69. TROPHY

7.4K 1.3K 74
                                    

"Kamu kayaknya sensi banget kalo ngomongin Arro, deh, Ar."

Ardi menatap istrinya dengan mendelik tajam. Baru kali ini Ardi menatap Opy dengan demikian. Jika sudah begini, Opy sangat paham suaminya tak suka akan sesuatu. Menghardik Opy melalui tatapannya saja. Semakin ke sini, Ardi semakin jago untuk mengintimidasi orang. Mengingatkan akan sosok Dave, sebab Karyna jelas tak akan setampan ini.

"Kamu tanya kenapa, Opium?" balas pria itu dengan sangat dingin.

"Hm, iya. Aku pengen tahu kenapa kamu sampai ladenin ucapan Esa. Dia masih kecil, Ar. Mana dia ngerti arti kata boyfriend dan pacar itu?"

"Oh, Musesa harus tahu apa perbedaan dan persamaannya. Kalo dia besar nanti, dia nggak akan salah kaprah menganggap Arro itu sebagai teman yang bisa dia ajak menjadi teman kencan. Arro adalah saudaranya."

"Mereka akan mengerti batasannya, kok. Begitu mereka besar, dewasa, mereka akan paham bahwa mereka adalah saudara. Dia nggak akan salah kaprah menaruh perasaan dengan saudaranya sendiri, Ar. Kamu jangan mikir terlalu jauh."

Ardi menghela napasnya dengan begitu keras. Tak akan pernah bisa menyerah untuk pendapat yang satu ini. Mengenai perasaan yang anak-anak kecil itu punya, Ardi jelas sangat peka. Sebab dia termasuk pria yang suka memendam dan mencari kesempatan untuk bisa bersama seseorang yang sudah mencuri hatinya.

"Jangan meremehkan sebuah perasaan. Sekalipun mereka anak-anak, mereka nggak akan bisa menahan gejolak perasaannya seiring dengan dewasanya usia dan kematangan cara berpikir mereka. Kalo ternyata semakin mereka besar, justru perasaannya semakin terpupuk ... kita akan dalam berada masalah besar."

Jujur saja, melihat suaminya yang menjelaskan dengan sangat berkarisma dan sedikit menggebu begini membuat Opy membayangkan kebalikannya. Ketika pria itu berbicara dengan lebih dan sangat lembut serta pelan di atasnya. Mengubah apa yang mereka bicarakan dengan kegiatan seksual. Kok, jadi mikir jorok, ya?

"Opy? Kamu ngerti atau nggak apa yang aku jelaskan?"

Opy berdehem dan tak langsung menjawabnya. Perempuan itu menarik pelan tablet suaminya, memindahkan semua barang yang berhubungan dengan pekerjaan. Tak lupa juga Opy mematikan dayanya dengan sengaja. Itu bertujuan agar tak ada yang mengganggu mereka. "Kok, kamu matiin semua gadget nya?" tanya Ardi bingung.

Tatapan Opy menjadi lebih tajam dan ia menarik secara perlahan rambutnya untuk diikat hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Semenjak menginjakkan rumah baru mereka, sepertinya Opy rasa belum ada aktivitas fisik yang membuat mereka terlena. Kelelahan pindah sana sini, prosesi pesta pernikahan, drama yang Draka bawa bersama dengan Arro yang tiba-tiba juga menjadi ancaman bagi Ardi ... semuanya mengalihkan mereka dari romantisme yang seharusnya tercipta.

"Diem di situ," kata Opy untuk melarang suaminya bergerak ke tempat lain. Setelah rambutnya diikat agak asal dan menyisakan sebagian rambut terurai hingga menambah kesan seksi, Opy naik di pangkuan Ardi. Membuat pria itu terkejut dengan langkah yang Opy lakukan. "Aku baru sadar kalo kamu sangat panas ketika bicara dengan menggebu dan mirip pemimpin demonstran begitu."

Ardi tak percaya dengan apa yang didengarnya ini. "Mana ada orang jadi horny begitu lihat laki-laki yang bicara menggebu dan memimpin demo di tengah jalan? Kalo kamu peserta demo dan aku pemimpinnya, apa kamu akan perkosa aku di tengah pelaksanaannya?"

Opy mencium leher kanan Ardi membuat pria itu sedikit terkesiap. Apa yang dilakukan oleh perempuan itu membuat Ardi kelimpungan. Sudah lebih dari tiga tahun mereka menjalani hidup bersama, dan Ardi masih saja seperti perjaka yang belum melepaskan virginitasnya di depan Opy.

"My Opium ...."

Opy tahu mereka harus melepaskan sedikit beban yang muncul karena kepulangan mereka ke Indonesia dengan bercinta. Inilah momen yang bisa mereka gunakan, karena Musesa juga sudah tertidur dan tidak akan berteriak untuk meminta kedua orangtuanya menemani anak itu tidur lebih dulu. Bagusnya memiliki anak yang tak betah tidur di ranjang sempit, ya, begini. Opy bisa menguasai papa Musesa yang sangat protektif terhadap putri kecil mereka itu dengan kecupan-kecupan yang menggiring mereka ke tempat tidur.

Oh, mereka sudah di atas tempat tidur tentunya. Hanya perlu mengeksekusi permainan saja.

"Selain karena mereka saudara, aku juga nggak suka orangtuanya." Ardi memberikan akses pada Opy untuk meninggalkan tanda pada bahu pria itu. Opy benar-benar agresif malam ini.

"Ehm, aku tahu," ucap Opy sebagai balasan yang apa adanya.

"Aku mau kamu jaga Esa dan Arro—"

"How can I fuck you, if you still talk about them?"

Ardi tersenyum setelah terkejut dengan kata fuck yang digunakan oleh istrinya itu. "Jadi ... malam ini ... we fuck rather than making love?"

Menggenggam rahang pria itu dengan tenaga yang ia punya, Opy mencium bibir suaminya dan memberatkan napas di atasnya. "Aku akan memperkosa kamu, di sini, malam ini, Lazuardi."

Senyuman Ardi berubah menjadi seringai. "Fuck me, then. I'm yours, truly yours, My Opium."

Opy tidak pernah merasa seliar ini, entah kenapa dia menginginkan Ardi dengan cara berbeda malam ini. Keinginan menginvasi tubuh suaminya dan tak memberikan Ardi kesempatan untuk memimpin percintaan mereka yang panas begitu kuat dorongannya. Jadi, Opy ikuti keinginan ini dan akan mengikat Ardi dengan tali cintanya. 

[Nggak kerasa, begitu bab 70, ternyata tinggal 10 bab lagi kisah ini tamat versi WP. Di buku udah pasti masih lanjut. Begitu Open PO jangan lupa bahwa kisah ini mengandung teka teki menuju kisah Ery, ya. Dan dikisah Ery nanti, nggak akan mengulik dari masa-masa ini. Sudah ada plot sendiri. Jadi, aku sarankan punya versi novelnya atau ebook nanti.]

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang