55. LAZUARDI

7.8K 1.4K 93
                                    

Bagaimana meminjam raga seseorang untuk menghadapi situasi yang, siap tidak siap, harus dijalani. Lazuardi tahu istrinya ingin melakukan hal itu. Bertukar raga untuk menghadapi keluarganya yang jelas memiliki anggota keluarganya yang banyak. Bukan hanya orangtuanya saja yang tahu, saudara Opy juga akan mendengar mengenai kabar ini. Setelah bertahun-tahun tak pulang, tidak mau dihubungi, tidak mau memberikan penjelasan, dan bahkan tidak bisa ditemukan di Singapura, tiba-tiba saja pulang dengan anak berusia tiga tahun dan pria yang tidak tahu darimana mengaku menikahi putri keluarga mereka secara resmi di luar negeri ... kira-kira apa yang akan dilakukan keluarga itu? Terutama, Dave Mahendra yang terkenal juga memiliki temperamen yang cukup keras.

Lazuardi yang memang seorang pejantan tangguh, tetap saja merasa nyalinya sedang diuji karena harus menghadapi mertuanya yang pasti akan menatapnnya dengan penilaian buruk.

"Langsung ke rumah orangtua kamu, Sayang?" tanya Ardi yang melihat istrinya sudah selesai mandi.

Mereka tentu beristirahat cukup setelah sampai dan memilih menginap di hotel lebih dulu. Putri mereka, Esa, tidur memunggungi mereka yang memutuskan untuk meminta ranjang tambahan karena Esa merengek kasurnya sempit diisi oleh papa dan mamanya. Anak itu memang berbeda. Ditambah dengan jet lag yang sudah pasti tidak bisa diterima oleh anak-anak dengan mudah, sudah pasti Ardi dan Opy bersyukur putri mereka memilih tidur ketimbang menangis dan merengek dengan perasaan tak seperti yang anak itu inginkan sepenuhnya.

"Aku mau ke rumah dulu, tapi kamu dan Esa jangan ikut dulu, ya?"

"Kenapa begitu?" sahut Ardi dengan perasaan tak tenang.

Menyadari apa yang ada dipikiran suaminya, Opy mendekat dan mencium bibir Ardi sekilas. "Aku ingin mengabarkan dulu kepulanganku. Aku akan bilang ke mami dan papi bahwa aku membawa kabar untuk mereka. Aku bukan nggak ingin mengakui kamu dan Esa, tapi aku mau mereka mempersiapkan diri untuk bertemu suami dan anakku." Opy menaikkan kedua bahunya. "Itu pun kalo aku diperbolehkan bilang kalo aku sudah bersuami, karena mungkin papi akan langsung histeris mendengar status tersebut. Dia akan marah dan aku nggak mau baik kamu dan Esa melihat papi yang drama tanpa persiapan."

"Apa bedanya? Papi kamu akan tetap marah juga dengan pria yang menikahi kamu tanpa izinnya. Papi kamu tetap akan menyalahkan aku, sekarang ataupun nanti."

"Tapi setidaknya papi nggak akan langsung menyalak ketika tahu aku memiliki kamu dan Esa. Paling nggak, jangan sampai papi memukul kamu di depan anak kita."

Benar. Tidak akan ada yang boleh memberikan contoh kekerasan kepada putrinya. Apalagi dengan membiarkan kakeknya memukul wajah Ardi, papa yang teramat dicintai oleh Esa. Itu akan membawa penilaian buruk bagi Esa pada kakeknya.

"Ar, papi aku harus tetap dikasih rambu dulu diawal. Jangan sampai Esa malah nggak bisa dekat dengan kakeknya."

Lazuardi mengangguk. Memang mereka tak bisa buru-buru bertandang ke rumah keluarga dengan senyuman manis dibibir ketiganya begitu saja. Opy memang harus bicara lebih dulu dengan keluarganya. Itu demi kepentingan banyak pihak, terutama Musesa.

"Akan ada banyak hal yang terjadi setelah semua ini. Setelah kita memutuskan untuk muncul bersama. Pertanyaan mengenai kita semua akan banyak diberikan, dari keluargamu dan keluargaku. Kamu siap, kan, kalo kita hadapi ini bersama?"

Ardi mengangguk, mencium kening istrinya dengan perasaan mendalam. "Kita akan selalu hadapi rintangan apa pun dengan cara yang kita punya. Aku, kamu, dan anak-anak kita."

*

Trophy dengan cepat pergi menuju rumahnya, diantar oleh sopir Ardi yang sudah ada karena pria itu mempersiapkannya. Rumah yang sejak kecil sudah menaunginya dan keluarganya tahu bahwa segalanya menjadi sangat rumit dengan semakin beranjak dewasa, anak kembar di dalam rumah itu memang mengalami hal yang salah. Ada yang tidak benar dengan hubungan anak kembar di rumah itu hingga baik Dave maupun Karyna memutuskan untuk tidak banyak ikut campur dengan keputusan mereka. Salah satunya keputusan yang Opy ambil.

"Sampai, Nyonya." Lamunan Opy teralih oleh kalimat sopirnya.

"Oh, oke. Kamu klakson saja nanti ada satpam yang keluar."

Dan seperti apa yang Opy titahkan, sopir itu melakukannya. Bunyi klakson satu kali yang langsung membuat penjaga rumah muncul dari pintu kecil. Sengaja tidak langsung membuka gerbang rumah itu. Opy tahu mobil yang digunakannya kini memang asing bagi penjaga rumah.

"Permisi, ada perlu apa, Pak?" satpam rumah itu bertanya tanpa melihat kursi penumpang.

Opy memajukan tubuhnya dan menunjukkan wajahnya. "Pak Mardi, bisa tolong buka gerbangnya? Saya mau masuk," ucap Opy membuat satpam bernama Mardi itu terkejut.

"Mbak Opy? Ya Allah, saya kira siapa. Nggak bilang-bilang kalo mau pulang."

Opy mempertahankan senyumannya. "Iya, bisa tolong segera dibukakan gerbangnya? Saya ingin menemui papi dan mami secepatnya."

"Baik ... baik, Mbak. Saya buka."

Opy hanya menggelengkan kepala. Dia tak menginginkan hal buruk terjadi. Intinya, semakin lama dia berada di depan rumah, maka kemungkinan mobilnya dilihat oleh Ery maupun Draka yang satu komplek dengan rumah mami dan papinya akan membuat mereka datang ke rumah.

Begitu mobil terparkir dengan baik, Opy menyiapkan clutch nya yang berisi benda kecil penting berada di genggaman. Mengembuskan napas lebih dulu untuk mempersiapkan diri.

Beberapa orang mulai muncul di depan teras. Dan ketika kedua orangtuanya muncul, Opy juga keluar dari mobil.

"Mami, Papi."

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang