Trophy's bedroom in Hawaii
Menjadi dewasa memang terkadang tak menyenangkan. Bagi Ardi yang memiliki orangtua tak imbang kasih sayangnya, juga memiliki kakek yang terlalu berharap banyak padanya ... itu menakutkan. Bukannya tak menerima semua pemberian kakeknya yang lebih dari cukup, tapi perhatian dan pengharapan dari kakeknya membuat anggota keluarga yang lain menatapnya tak suka. Kekayaan kakeknya dari pihak ibu tak perlu diragukan, tapi karena keluarga pihak ayahnya tak memiliki kekayaan yang sebanding, itu adalah titik permasalahannya.
Rumah yang ia miliki di Hawaii, itu adalah investasinya karena sudah mengabdi pada sang kakek hingga usianya begitu matang dan tak kunjung menikah. Banyak kecurigaan yang dia dapatkan dari orang terdekat maupun luar. Bisik-bisik mengenai dirinya yang seorang penyuka sesama jenis adalah yang paling gencar sampai ke telinganya.
Hingga kini, gosip itu sudah merebak manis di kolom pencarian daring. Tak perlu diragukan, bahwa pemberitaan benar-benar digiring oleh opini saja. Tak ada fakta yang benar dilakukan oleh pihak tersebut. Dunia berita hampir sama dengan dunia politik. Jika ada yang tegas menyampaikan kebenaran, ia akan dibungkam dan tak lagi terlihat dimanapun.
Itu juga yang menjadi penyebab Ardi tak percaya pada berita yang ada. Sebab dia bisa membelinya dengan uang. Jadi, intinya, setidaknya Ardi bisa percaya pada uang yang ia dan keluarganya miliki.
"Bunganya gagal?" tanya Tristan yang dilarang oleh Ardi untuk membeli bunga.
"Bukan gagal, tapi aku nggak mau kalau Opy merasa semua ini terlalu cepat. Bunga adalah langkah yang mengindikasikan hubungan dekat dengan status jelas."
Lazuardi menatap kolam renang buatan dengan pemandangan di sekitar yang menenangkan.
"Kamu mengurus mansion ini dengan sangat baik, Tristan."
Tristan menunjukkan sikap penuh bangga. "Oh, jelas. Aku anggap ini memang rumahku sendiri selama kakak nggak di sini."
"Syukurlah. Seenggaknya di sini Opy nggak akan takut karena rumah ini dijamah manusia, bukan makhluk lain," ucap Ardi dengan tawa renyah yang ia miliki.
Bukannya istirahat tidur, Ardi malah memilih duduk di teras utama memandangi mansion-nya. Tak lupa kacamata hitamnya dengan celana pendek dan kaus polo yang ia kenakan. Ardi benar-benar seperti liburan.
"Tapi, Kak. Memangnya hubungan kalian belum seserius itu? Bunga hanya simbol bentuk cinta, kan? Nggak masalah kalau memang nggak langsung serius. Bunga bukan berarti harus mengadakan lamaran kedua belah pihak keluarga."
Tristan sedikit banyak tahu mengenai ketakutan Ardi menyoal pernikahan. Namun, Ardi tidak membagi soal kandungan Opy dan cerita sebenarnya yang melibatkan Draka di dalamnya. Lazuardi tak ingin Tristan memandang Draka dengan cara berbeda sebagai sepupu Ardi. Biarkan saja orang-orangbdi dekatnya menganggap bahwa Draka tidak memiliki kisah apa pun dengan Opy.
"Pelan-pelan saja, Tristan. Jangan mendorong kakakmu ini untuk segera menikah. Karena yang jelas, kami akan fokus pada calon anak kami."
Belum sempat Tristan membalas, ada teriakan yang samar mereka dengar. Itu bukan suara hantu, karena tak mungkin ada hantu yang menyerukan nama Ardi dengan kuatnya.
Rumah besar memang menyulitkan mereka untuk mendengar teriakan secara cepat. Jadi, dengan kepekaan yang tajam, Ardi berlari menuju sumber suara. Itu adalah suara Trophy.
"Ar! Ardiiii!"
Semakin dekat dengan ruangan Opy, semakin suara terdengar jelas. Ada isak tangis pula yang masuk dalam telinga pria itu. Opy menangis dan memanggil namanya. Apa yang terjadi dan mengganggu wanitanya?
Melihat Opy sedang berdiri di ruangan yang tak jauh dari kamar, perempuan itu mencari-cari dengan wajah kebingungan.
"Opy," panggil Ardi.
Dengan segala ekspresi lega yang perempuan itu punya, pelukan erat Ardi dapatkan. Ia juga cemas memikirkan Opy yang berjalan cepat ke arahnya untuk memeluknya. Harusnya Opy tetap hati-hati karena bukan hanya memikirkan diri sendiri.
"Kamu ke mana, sih?!" protes Opy tanpa memberi jeda pada Ardi.
"Aku nggak kemana-mana. Aku di depan—"
"Kenapa kamu ninggalin aku sendirian di rumah sebesar ini? Ini bukan rumah biasa, ini seperti istana, kamu tahu??"
Ardi tertawa pelan dengan nada merajuk yang Opy luapkan. Akhirnya bisa mendapati Opy yang manja.
"Ini bukan istana, Opy. Ini cuma mansion. Aku yakin papa kamu yang terkenal dengan bisnisnya juga punya rumah mewah."
Opy memberi jarak untuk melihat wajah pria yang memiliki mansion dengan gaya terlalu biasa ini.
"Papi nggak punya mansion. Rumah besar juga karena anaknya banyak. Nggak sebesar ini, Ar. Aku sampai putus asa gimana bisa ketemu sama kamu. Terlalu sepi di sini."
Ardi tidak bisa menahan tangannya untuk mengusap kening perempuan itu.
"Nanti rumah ini juga akan ramai pada waktunya, Opy. Kamu belum terbiasa aja dengan semua ini. Lagian ada Tristan yang akan sering berkeliling di rumah ini," ucap Ardi.
Namun, dengan penjelasan itu, Opy mengeratkan tangannya pada kaos Polo pria itu. "Tapi untuk awal-awal aku nggak mau sendirian," balas Opy tegas.
"Terus, kamu mau ditemani? Aku akan mencari tem—"
"Aku mau terus bersama kamu, bukan yang lain!"
Sepertinya Ardi harus membuat kalung pengusir hantu. Karena sekarang ada hantu yang mengitari pikirannya yang menjadi kemana-mana karena permintaan Opy.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE WANTS TO FIX ME / TAMAT
General Fiction{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasakan kecewa dan rasa sakit yang begitu panjang karena hancurnya kepercayaan akan hatinya dihanguskan...