"Haaahhh...."
Seorang gadis berambut pendek sebahu itu mengalihkan perhatiannya dari layar komputernya yang menampilkan data-data penting perusahaan saat hembusan nafas panjang penuh rasa frustasi itu kembali terdengar untuk yang kesekian kalinya dari atasan hijau nya.
"Kau terlihat frustasi. Apa ada yang mengganggu pikiranmu ?" Celetuk Uraraka penasaran.
Midoriya menatap Uraraka dengan ekspresi gelap yang menghiasi wajahnya.
" . . . . semalam aku menyatakan perasaanku pada Kacchan," Lirih Midoriya.
Uraraka menaikkan sebelah alisnya mendengar penuturan Midoriya. Ia menatap pria itu heran. Jika sahabat hijau nya itu telah menyatakan perasaannya pada Bakugo, bukankah seharusnya ia terlihat lega ? Terlepas entah bagaimana respon yang ia terima sebagai hasil nya.
"Bukankah itu bagus ? Kenapa kau murung ?" Tanya Uraraka kebingungan menebak arti di balik ekspresi gelap Midoriya.
"Tidak, tidak bagus. Itu buruk. Sangat buruk !" Seru Midoriya frustasi sembari mengacak-acak rambutnya.
"Apa maksudmu ?" Uraraka mengerutkan keningnya karena merasa semakin tidak mengerti maksud ucapan Midoriya.
"Semalam aku pulang ke mansion dalam keadaan mabuk dan Kacchan meneleponku saat aku tertidur. Dering teleponnya membuatku terganggu jadi aku mengangkatnya dalam keadaan mengantuk dan masih setengah mabuk. Apa kau tau ? Saat mendengar suaranya di telepon aku tiba-tiba saja menangis lalu menyatakan cintaku padanya ! Aku bahkan merengek dan dengan bodohnya bertanya padanya kenapa mencintainya terasa sangat menyakitkan.... Bukankah itu buruk ? Aku pasti sudah gila !" Tutur Midoriya lemas sembari menempelkan keningnya pada meja kerja.
"Ohh... begitu," Ucap Uraraka acuh menanggapi cerita Midoriya.
"Setidaknya Bakugo tidak membunuhmu semalam," Imbuh Uraraka.
Midoriya menatap anak buahnya tidak percaya.
"Apa ? Bagaimana bisa itu lebih baik dari kejadian semalam ? Akan lebih baik jika Kacchan meledakkan wajahku hingga aku sadar... Aarghh aku harus bagaimana ?" Keluh Midoriya putus asa.
Uraraka memutar bola matanya malas. Tangannya bergerak mengambil tablet khusus yang ia miliki sebagai salah satu fasilitas yang ia dapatkan sebagai seorang sekertaris pribadi dari pemilik perusahaan ini yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya sendiri.
Layar tablet itu menampilkan deretan jadwal milik Midoriya dan juga beberapa hal penting yang harus ia bicarakan dengan atasannya itu sebagai seorang sekertaris yang kompeten.
"Berhentilah merengek dan dengarkan aku," Titah Uraraka dengan tidak sopannya memberikan perintah pada Midoriya.
Midoriya yang menyadari raut wajah serius Uraraka memilih untuk memperhatikannya dalam diam.
"Mengenai kesepakatan dengan Kambe Corp. yang kita sepakati kemarin, Haru-sama dan Daisuke-sama mengundang Midoriya-sama ke kediaman mereka di Inggris. Mereka berencana untuk mendukung proyek kita sepenuhnya dengan syarat Midoriya-sama harus bisa meyakinkan para petinggi Kambe Corp. agar mereka mau berinvestasi dan bekerja sama dengan Mido Group," Ujar Uraraka serius tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar tabletnya.
"Sepertinya Haru-dono dan Daisuke-dono ingin kita membuktikan kemampuan yang kita miliki pada para petinggi Kambe Corp. agar mereka bersedia untuk berinvestasi dan mendukung proyek kita sepenuhnya..... Kalau begitu kirimkan balasan pada mereka jika aku menerima undangan mereka dan bersedia untuk memenuhi syarat yang mereka ajukan," Putus Midoriya mantap.
Uraraka menganggukkan kepalanya mengerti mendengar keputusan Midoriya. Ia tampak fokus mengutak-atik tabletnya dalam diam melaksanakan keputusan yang diberikan oleh atasannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Katsuki - Kitsune [THE END]
FanfictionAll for One telah di kalahkan dan Aliansi Penjahat telah musnah. Tetapi ledakan gas beracun membuat sebagian populasi manusia berubah menjadi beast man !! Apa yang terjadi jika Bakugo, sahabat baik Midoriya juga berubah menjadi beast man karena kec...