2

3K 369 135
                                    


Aku membuka pintu kamar ku dan berjalan menuju meja makan. Kaachan tampak lahap memakan udon miliknya. Aku mengambil kursi dan duduk berhadapan dengannya.

Aku menatapnya sejenak. Lalu mengambil mangkuk milikku dan memulai makan malam.

Kami makan dalam diam. Kaachan tampak telah menghabiskan udon miliknya. Wajahnya yang terlihat memerah. Sepertinya ia kepedasan.

Aku meletakkan mangkuk ku dan beranjak mengambil segelas air untuknya. Kaachan mengambil gelas itu tergesa-gesa. Dia selalu saja kepedasan saat memakan makanan pedas, tetapi kenapa dia tetap suka memakan makanan pedas ?

Aku menatapnya tanpa berbicara. Aku memperhatikan perubahan raut wajahnya. Ini aneh, mukanya tetap terlihat manis bahkan saat kepedasan seperti ini.

"Kaachan, apa kau ingin menonton tv?" Tanyaku setelah ia tampak berhasil mengurangi kepedasan.

Aku beranjak meninggalkannya dan duduk di sofa terlebih dulu. Ia tampak mengikuti ku di belakang. Aku menyandarkan punggung dan tubuhku pada sandaran sofa. Aku menghembuskan nafas panjang saat kelembutan sofa menyentuh punggungku. Ini terasa melegakan.

Kaachan tidak mengambil duduk di sebelahku, melainkan ia menatapku dalam. Aku menatapnya balik.

"Ada apa Kaachan ?"

Setelah kuperhatikan ada yang terjadi pada Kaachan. Ia tampak menggigil. Seluruh tubuhnya bergerak tidak nyaman. Kedua tangannya menggenggam kuat pakaiannya seolah menyembunyikan sesuatu. Tubuhnya di penuhi oleh keringat.

"Kaachan, ada apa ? Perutmu sakit karena udon pedas tadi ?" Tanyaku memastikan. Ia tampak tidak sehat.

Ia menatapku dan tetap diam. Bibir tipisnya itu tampak seperti menahan sesuatu. Sepasang telinga rubahnya berdiri tegak dan kesembilan ekornya bergerak dengan gelisah. Bola mata Ruby miliknya terlihat tidak tenang.

"Kaachan, katakan ada apa ?" Bujukku padanya.

Ia membuatku khawatir. Mataku tertuju pada tali merah berbahan dasar kain yang terikat indah di leher Kaachan bagaikan kalung. Tanganku terulur menyentuh kalung itu.

"Apa kalung ini menyakitimu Kaachan ?" Tanyaku.

Kalung merah yang di pakai nya itu berguna untuk menekan aura nya yang kuat sebagai seekor rubah. Tanganku di tepis kasar oleh Kaachan sesaat setelah aku menyentuh kalung itu. Aku mengabaikan tanganku yang di tepisnya dan menatapnya khawatir.

"Kaachan, katakan apa yang terjadi padamu. Kau membuatku khawatir." Pintaku padanya.

Kaachan menundukkan kepalanya dalam seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Sial! Sebenarnya ada apa denganmu Kaachan ? Kau membuatku khawatir!

"ARGH SIAL !!"

Aku tersentak saat mendengarnya berteriak kesal seperti itu. Sudah lama aku tidak mendengarnya mengumpat dengan keras seperti itu.

Kaachan menatapku tajam. Ia merobek pakaian atasnya dengan kasar. Aku terkejut melihatnya seperti itu.

Tetapi kurasa, aku lebih terkejut melihat tanda-atau mungkin segel yang berwarna merah menyala menempel di sekujur tubuh Kaachan.

Kaachan melompat tepat di hadapanku. Ia melemparkan dirinya ke atas pangkuanku dan memelukku erat.

Taring tajamnya menyentuh daun telingaku. Tubuhku membeku meresponnya. Aku bisa mendengar nafas Kaachan yang terdengar tidak normal. Ia terengah-engah seperti orang yang melakukan marathon. Tanganku memeluk tubuhnya.

Panas ! Tubuh Kaachan panas sekali. Aku mendorong tubuh Kaachan dan membuatnya menatap mataku.

"Kaachan, tubuhmu panas sekali. Kau demam! Turunlah, akan aku ambilkan obat penurun demam." Pintaku padanya.

Katsuki - Kitsune [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang