35

1.3K 162 31
                                        

Ting !

Denting lift terdengar kala mencapai lantai yang dituju. Pintu lift terbuka dan menampilkan tiga orang remaja yang datang untuk kembali bekerja.

Ketiganya melangkahkan kakinya menuju pintu penthouse milik atasan mereka. Seorang remaja pria, Ryoka, membuka pintu itu setelah mendapat balasan dari sang atasan di balik pintu.

Ryoka memasuki penthouse diikuti oleh Harumi dan Reiko di belakangnya. Ryoka melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat dari kedua gadis di belakangnya menuju pria bersurai pirang yang tampak kesulitan dalam berjalan dan hampir saja terjatuh.

"Bakugo-sama !" Seru Ryoka secara spontan menahan tubuh atasannya yang hampir terjatuh.

Ryoka mengalungkan tangan atasannya pada bahu nya kemudian meletakkan tangannya di pinggang pria pirang itu untuk menahan berat tubuhnya agar tidak goyah dan terjatuh.

"Ck !" Decak Bakugo yang mendapati pria remaja itu bertingkah semau nya. Meski begitu, ia tidak menolak bantuan Ryoka.

Ryoka membantu Bakugo berjalan menuju sofa di ruang tengah. Setelah atasannya itu duduk di atas sofa dengan selamat, ia mendudukkan dirinya tidak jauh dari sana. Harumi melangkah mendekat dan berdiri di sisi belakang sofa yang Bakugo duduki. Sedangkan Reiko memilih untuk memasuki dapur dan membuatkan minuman untuk atasannya itu.

"Apa terjadi sesuatu selama kami tidak disini ? Apa Bakugo-sama terluka ?" Celetuk Ryoka penasaran.

Bakugo menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa lalu ia meletakkan sebelah tangannya di atas sandaran sofa kemudian ia mendongakkan kepalanya sembari menghembuskan nafas panjang dengan kedua mata tertutup.

"Tidak terjadi apa-apa, bocah. Aku hanya tidak sengaja membangunkan singa yang tertidur di saat-saat krusial dan membuatnya menyerang ku," Jawab Bakugo acuh sembari membuka kedua matanya dan mengulurkan tangannya untuk mengambil remote televisi.

"Bukankah itu artinya telah terjadi sesuatu yang berbahaya selama kami pergi ? Lalu, apakah singa itu melukai Bakugo-sama ? Apakah meninggalkan luka ?" Tanya Ryoka sembari mengerutkan keningnya bingung dengan jawaban yang diberikan oleh atasannya itu.

Pria pirang itu mengatakan tidak terjadi apa-apa selama mereka pergi. Tetapi disaat yang bersamaan pria itu mengatakan jika ia telah tanpa sengaja membangunkan singa yang tertidur hingga menyerangnya. Bukankah kedua pernyataan itu bertentangan ? Membuatnya bingung saja.

Bakugo menoleh sekilas ke arah Ryoka dengan sebelah alis yang terangkat. Ia melambaikan tangannya di depan wajah remaja itu acuh.

"Tidak. Tidak. Kau salah. Singa itu memang menyerang ku, tapi dia tidak berbahaya dan tidak melukaiku. Aku hanya sedikit kewalahan, itu saja.... Sudahlah, jangan membahas singa itu lagi," Ujar Bakugo tidak tertarik.

Ryoka semakin mengerutkan keningnya mendengar penjelasan yang Bakugo ucapkan mengenai singa yang menyerang atasannya itu. Ia benar-benar tidak bisa mengerti. Bagaimana bisa seekor singa yang menyerang dianggap tidak berbahaya dan bahkan tidak meninggalkan luka sedikitpun melainkan hanya kewalahan menangani nya ?

Berbeda dengan remaja perak yang tenggelam dalam pikirannya kebingungan dengan maksud dari ucapan Bakugo. Gadis bersurai hijau yang sedari tadi berdiri tegap di belakang Bakugo dapat menangkap maksud dari ucapan atasannya itu dengan mudah. Terlebih setelah manik matanya menangkap bekas ruam-ruam merah yang banyak terlihat di leher dan tulang selangka atasannya yang tanpa sengaja terlihat dari posisinya saat ini.

Gadis bersurai perak, Reiko, meletakkan segelas jus semangka yang diisi dengan beberapa kotak es batu. Reiko mendudukkan dirinya bersebelahan dengan atasannya itu di sisi yang bersebrangan dengan kakak kembar nya.

"Apa Bakugo-sama sudah sarapan ?" Celetuk Reiko ramah.

"Belum. Kau lihat sendiri kan bagaimana keadaanku ? Aku tidak bisa membuat sarapan dan si bodoh itu masih tidur nyenyak. Cih ! Deku sialan !" Umpat Bakugo kesal.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku buatkan sandwich ?" Tawar Reiko diselingi kekehan ringan mendengar gerutuan Bakugo.

"Ya ! Buatkan yang banyak sekalian !" Seru Bakugo.

Reiko menganggukkan kepalanya mengerti sembari beranjak menuju dapur untuk membuatkan beberapa potong sandwich diikuti oleh Harumi yang berniat untuk membantunya.

Kedua gadis itu berkutat di dapur, mengabaikan obrolan antara dua orang pria di ruang tengah.

Keempat orang itu terlarut dalam kegiatannya masing-masing hingga tidak menyadari suara pintu kamar yang terbuka.

"Kacchan ? Kau sudah bangun ? Kenapa kau tidak membangunkan ku ? Bagaimana keadaanmu ? Apakah tubuhmu terasa sakit ?" Ujar seorang pria bersurai hijau yang keluar dari lorong kamar Bakugo dengan wajah mengantuk.

Keempat orang yang mendengar suaranya menolehkan kepalanya dan menatap ke arahnya. Kedua gadis yang berada di dapur itu refleks mengalihkan pandangannya ke arah lain saat melihat tubuh bagian atas Midoriya yang terekspos dengan jelas.

Begitupun dengan Ryoka yang mengalihkan arah tatapan matanya ke arah lain saat menyadari ada bercak-bercak ruam merah yang menghiasi tubuh kekar Midoriya.

Berbeda dengan respon ketiga remaja itu, Bakugo melotot melihat penampilan Midoriya saat ini. Rambut berantakan, mata yang masih mengantuk, dan hanya memakai celana pendek yang menutupi tubuhnya.

Bakugo melemparkan bantal sofa yang ada di dekatnya tepat ke arah wajah Midoriya. Midoriya sedikit memundurkan tubuhnya saat mendapat serangan tepat di wajahnya.

"Ouch ! Ittai, Kacchan ! Kenapa kau menyerangku ?" Keluh Midoriya sembari mengusap wajahnya.

"WHAT THE FUCK ARE YOU DOING ?!! WEAR YOUR DAMN CLOTHES !!" Teriak Bakugo kesal.

Midoriya tersentak mendengar teriakan Bakugo hingga ia tersadar jika saat ini ia hanya memakai celana pendek tanpa kaus yang menampilkan ruam-ruam merah di tubuhnya dengan jelas.

Midoriya segera berbalik melangkah menuju kamar Bakugo setelah menyadari kehadiran Harumi, Reiko, dan Ryoka di dalam penthouse untuk mengambil pakaiannya yang ia lepas kemarin malam.

Kenapa semalam ia melepas kaus nya dan hanya memakai celana ? Mari kita jadikan itu misteri.

"Cih ! Deku sialan !" Gerutu Bakugo kesal.

Bakugo mengerutkan keningnya kesal. Apakah dia merasa malu melihat tubuh kekar Midoriya yang dihiasi ruam-ruam merah akibat ulahnya ? Tidak. Bukan itu yang ia permasalahkan.

Ia sudah pernah melihat tubuh telanjang Midoriya secara keseluruhan. Jadi tentu saja ia tidak lagi merasa malu untuk sekedar melihat dada bidang milik pria hijau itu.

Sejujurnya ia tidak masalah melihat tubuh kekar itu di pagi hari. Hitung-hitung sebagai pemandangan indah untuk cuci mata.

Hanya saja ! Ia tidak sudi jika harus berbagi pandang tubuh kekar itu dengan orang lain. Sekalipun ia sudah menandai tubuh itu, ia tetap tidak suka melihat tubuh indah milik Midoriya ditatap oleh orang lain.

'Perhatikan arah pandang mata kalian gadis sialan ! Pria itu mencintaiku ! Jadi berhentilah menatapnya atau aku akan mencongkel mata kalian !!' Batin Bakugo penuh emosi mengetahui kedua gadis remaja yang ada di dapur itu mencuri pandang ke arah punggung Midoriya yang melangkah menuju ke kamarnya untuk mengambil baju.

°~°

•TBC•


Hi guys ! Sana buat kalian nunggu lama ya ? Sorry guys 😉

Semoga kalian belum lupa sama alur cerita nya ya ><

Oh ya, kalian lebih prefer untuk happy ending atau sad ending ? Kasih alasannya ya !!

Note : Typo itu manusiawi 😆

See you next chapter 😜 !!

Love you all ❤️

Jangan lupa vote dan komennya 😌

Katsuki - Kitsune [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang