48

1.4K 162 57
                                    

"Hoek ! Huekk ! Uhuk ! Blergh !!"

Bakugo memejamkan matanya erat saat pusing menyerangnya. Kedua kakinya tertekuk lemas dengan tubuh yang bersandar pada dinding toilet.

Midoriya mengulurkan tangannya mengangkat tubuh Bakugo perlahan. Di gendongnya tubuh Bakugo yang melemas karena morning sickness yang dialaminya.

Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang dengan Bakugo yang berada di pangkuannya. Ia mengambil segelas cokelat hangat yang ada di atas nakas dan menyodorkannya pada Bakugo.

Bakugo menerima gelas itu dengan lemas dan meminumnya perlahan. Midoriya membantunya memegang gelas dan memperhatikan Bakugo yang sedang minum dengan serius.

Bakugo mendorong gelas itu menjauh setelah meminumnya sedikit. Ia membalas tatapan Midoriya dengan senyum tipis di wajahnya.

Ia mengulurkan tangannya menyentuh pipi Midoriya dan mengusapnya lembut.

"Apa yang kau pikirkan, hm ?" Bisik Bakugo bertanya.

Midoriya menatapnya iba. Ia meletakkan gelas yang ia bawa tanpa mengalihkan perhatiannya dari Bakugo.

"Kau terlihat kesulitan. Terus merasa mual tanpa ada satu pun yang keluar, bukankah itu menyakitkan ?" Tanya Midoriya lembut.

Faktanya, semalam Midoriya memang menangis haru setelah mendengar berita kehamilan Bakugo. Tetapi melihat kondisi Bakugo pagi ini, membuatnya merasa sedih.

"Aku memang kesulitan. Tapi ini adalah bukti bahwa bayi ini tumbuh dengan sehat di dalam perutku. Aku tidak masalah jika harus mengalami ini selama trisemester pertama, asalkan dia tumbuh dengan baik," Ujar Bakugo tulus.

Midoriya mengalihkan perhatiannya menuju perut Bakugo yang masih terlihat rata dan belum ada tonjolan sedikitpun. Di usapnya perut itu dengan hati-hati, tetapi penuh kelembutan.

"Bayi ini.... adalah anak kita. Aku... masih tidak menyangka jika aku akan menjadi seorang ayah," Ucap Midoriya mengungkapkan isi hatinya.

Bakugo terkekeh kecil mendengar ucapan Midoriya.

"Benarkah ? Aku bahkan sudah bisa membayangkan suaranya yang lucu saat memanggilmu nanti," Timpal Bakugo manis.

Midoriya tersenyum tipis saat membayangkan seorang anak kecil dengan warna rambut yang sama seperti milik pujaan hatinya itu berjalan dengan kedua kaki kecilnya menuju ke arahnya sembari memanggilnya 'Papa'.

"Pfft-" Midoriya menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat tiba-tiba saja sebuah pikiran muncul di kepala hijaunya dan membuatnya ingin tertawa.

"Kenapa kau tertawa ?" Celetuk Bakugo penasaran.

"I-ie... Aku hanya membayangkan sesuatu yang lucu dan membuatku ingin tertawa," Balas Midoriya mengelak.

Pria hijau itu tidak lagi terlihat seperti orang yang sedang menahan tawanya, tetapi senyum lebar di bibirnya masih menghiasi wajahnya.

"Memangnya apa yang kau bayangkan ?" Tanya Bakugo semakin penasaran.

Midoriya menatapnya dengan senyum di wajahnya. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Bakugo hingga hidung dan kening mereka saling menempel.

"Aku membayangkan suaranya yang lucu itu memanggilmu 'Mama' sembari merengek meminta untuk digendong," Bisiknya lembut.

Blush !

Wajah manis Bakugo bersemu merah mendengar bisikan Midoriya. Ia mengalihkan arah pandangnya ke samping menghindari tatapan intens Midoriya yang membuatnya salah tingkah.

Katsuki - Kitsune [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang