30

1.2K 161 30
                                    

PERHATIAN

PERHATIKAN URUTAN CHAPTER SEKALI LAGI SEBELUM MEMBACA !!

.

.

.

.

.

.

.

.

Dua Minggu berlalu sejak Midoriya dan Bakugo menempati penthouse bersama dengan tim khusus yang tinggal secara bergantian. Meski awalnya sedikit canggung, sedikit demi sedikit Bakugo berhasil akrab dengan ketiga remaja tersebut.

Kehidupan sehari-hari Bakugo tidak lagi terasa membosankan karena mereka berlima melewati waktu yang menyenangkan bersama-sama. Akan tetapi hal itu hanya bertahan selama seminggu.

Dalam satu Minggu terakhir, Midoriya disibukkan dengan kasus penggelapan dana yang terjadi di kantornya. Harumi, selaku ketua tim khusus itu, seringkali melewati waktu jaga karena harus ikut untuk membantu Midoriya mengatasi kendala yang dialami dalam pengungkapan kasus itu.

Seringkali keduanya baru bisa pulang saat tengah malam dan kembali berangkat ke kantor sebelum Bakugo terbangun. Pada selang waktu ini membuat Bakugo hampir tidak pernah sekalipun bertatap muka secara langsung dengan Midoriya. Ia hanya akan melihat wajah sahabatnya itu dari layar televisi yang membahas mengenai kasus penggelapan dana tersebut. Hal ini tanpa sadar membuatnya terganggu.

Bakugo melihat jam dinding yang menunjukkan angka 10.35 p.m. lalu menghembuskan nafas panjang sembari mendudukkan dirinya di sofa dan mendongakkan kepalanya pada sandaran sofa. Dua orang remaja bermarga Shinichi itu menoleh dan menatap ke arah Bakugo yang kini sedang menutup kedua matanya dengan alis yang mengkerut.

Ryoka mengalihkan pandangannya dan kembali melanjutkan permainan yang dimainkan olehnya di ponsel. Sedangkan Reiko memilih untuk berjalan mendekat lalu mendudukkan dirinya bersebelahan dengan Bakugo.

"Bakugo-sama terlihat gelisah. Ada apa ?" Celetuk Reiko bertanya.

"..." Bakugo melirik sekilas ke arah Reiko yang kini duduk menghadap ke arahnya.

"Bukan urusanmu, bocah !" Ujar Bakugo ketus.

Bakugo kembali menghembuskan nafas panjang. Entah mengapa saat ini ia merasa dirinya sedang kesal dan ingin meluapkan emosi tanpa penyebab yang jelas. Bakugo tidak tau apa penyebabnya ia merasa sekesal ini, tetapi ia tau jika saat ini ia ingin sekali meledakkan wajah sahabat brokoli nya itu.

"... Apa Bakugo-sama mengkhawatirkan Midoriya-sama dan berniat menunggunya pulang ?" Ucap Reiko setelah terdiam beberapa saat.

"SIAPA YANG MENGKHAWATIRKAN SIAPA, HA ?!" Sentak Bakugo mendengar pertanyaan Reiko yang terdengar absurd di telinganya.

Reiko menutup kedua matanya takut sembari melindungi kedua telinganya dari teriakan menggelegar milik Bakugo. Bakugo menatap tajam tubuh Reiko yang tampak bergetar ketakutan.

Bakugo menghembuskan nafasnya sembari mengacak-acak rambutnya kesal.

"Menjauh lah dariku jika kau tidak ingin aku ledak kan, bocah," Ucap Bakugo memperingatkan sembari mengayunkan tangannya mengusir Reiko dari sisi nya.

"Ba-baik Bakugo-sama," Balas Reiko lirih sembari bangkit lalu mendudukkan dirinya pada sofa yang berjauhan dengan Bakugo.

"Hei, bocah. Aku ingin meluruskan satu hal. Aku tidak mengkhawatirkan si bodoh itu, aku hanya kesal karena brokoli sialan itu tidak menjawab pesanku saat aku memesan makanan. Kau mengerti ?" Celetuk Bakugo setelah terdiam beberapa saat.

Katsuki - Kitsune [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang