43

1.1K 153 62
                                    

"Uhuk ! Hoeekk ! Hueekk ! Ohok ! Uhuk ! Huekk ! Urgh ! Blurgh ! Hoeekk ! Hueekk !"

Bakugo terduduk lemas di depan toilet dengan kedua tangan yang menggenggam erat pinggir toilet. 

"Uhuk ! Uhuk ! Hoeekk ! Huekk ! Urgh ! Sia- Hoekk !"

Setetes air matanya jatuh dari kelopak matanya yang indah, napasnya tersengal-sengal, wajahnya terlihat pucat, dan tubuhnya terasa sangat lemah. 

"BAKUGO-SAMA !!" Seru Ryoka melihat pria pirang itu terduduk lemas di atas lantai yang dingin di pagi hari. 

Ryoka berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya menyentuh tengkuk leher Bakugo lalu memijatnya pelan. Sudah tiga hari belakangan atasannya ini terus saja merasa mual dan kesulitan untuk memakan sesuatu karena setiap kali ada makanan yang masuk ke dalam mulutnya, ia akan merasa mual. 

Ryoka mengusap bibir Bakugo menggunakan sapu tangannya lalu mengalungkan tangan atasannya pada bahu nya dan memapahnya menuju ranjang. 

Bakugo menarik tangannya dari bahu Ryoka saat ia kembali merasa mual berlebih yang akhir-akhir ini menyerangnya, terutama di pagi hari seperti sekarang. Bakugo mendudukkan dirinya di pinggir ranjang dengan kepala yang menunduk dan kedua tangan yang masing-masing menutupi mulut dan menyentuh perutnya.

"Aku sudah menghubungi Katsuma-sama dan memintanya kemari untuk memeriksa keadaan Bakugo-sama. Aku juga menyuruh Rei-chan untuk membeli obat di apotek. Sekarang tolong kau buatkan bubur yang menggugah selera dan mudah dicerna untuk Bakugo-sama. Aku akan membantunya membasuh tubuhnya dan berganti pakaian," Ujar Harumi yang melangkah masuk ke dalam kamar Bakugo dengan membawa sebaskom air hangat dan selembar kain. 

Ryoka menganggukkan kepalanya mengerti dan beranjak menuju dapur mengikuti perintah dari ketua tim nya. Di saat-saat genting seperti ini, hanya Harumi yang bisa ia andalkan untuk tetap tenang dan memberikan perintah yang sesuai. 

Harumi bersimpuh dihadapan Bakugo. Ia mengulurkan tangannya pada Bakugo dan melepaskan pakaian Bakugo dengan perlahan. 

"Blurgh !" Bakugo kembali menutup mulutnya saat mual kembali menyerangnya. 

Harumi mengambil ember kosong yang dengan sengaja diletakkan di pinggir ranjang dengan cekatan dan menyodorkannya di depan Bakugo. Bakugo mengambil ember itu dan menundukkan kepalanya dalam. 

"Hoekk ! Huekk ! Blergh ! Huekk !"

Harumi memijat tengkuk Bakugo lembut tanpa menyakiti. Bakugo mengerutkan kenignya kesal karena sekali lagi ia tidak memuntahkan apapun. 

Selalu seperti ini. Ia merasa mual, tetapi tidak ada sedikit pun yang keluar setiap kali ia memuntahkannya. Ini menyebalkan dan menyakitkan ! Ia tidak tau apa penyebabnya, tetapi ini menyiksanya !

Setelah beberapa saat kemudian Bakugo kembali tenang dan rasa mualnya sedikit berkurang. Harumi menyeka tubuh bagian atas Bakugo dengan telaten dan perlahan. Gerakannya terhenti sejenak saat ia melihat pola unik yang sebelumnya hanya ada di atas ekor Bakugo kini melingkar sempurna di pinggang Bakugo dengan pusatnya di perut bagian bawah Bakugo. 

Harumi kembali meneruskan kegiatannya dalam diam tanpa mencoba menanyakan apapun karena ia masih menyayangi nyawanya yang mungkin akan melayang jika ia terlalu banyak berbicara disaat seperti ini. 

Setelah selesai menyeka tubuh Bakugo, Harumi memakaikan kaus yang nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan sebagai persiapan jika nantinya terkena muntahan. Bakugo hanya menurut dalam diam dengan kedua mata yang tertutup karena ia terus saja merasa tidak nyaman. 

Harumi membantu Bakugo untuk bersandar di kepala ranjang dengan tumpukan bantal yang telah ditata sedemikian rupa agar Bakugo merasa nyaman. Harumi menuangkan segelas air dan meletakkannya di atas nakas yang ada di dekat ranjang. Ia memutuskan untuk sedikit merapikan kamar Bakugo sembari menunggu Ryoka menyelesaikan masakannya. 

Katsuki - Kitsune [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang