FLASHBACK ON
"Ibumu bilang..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"... Kau harus menjaga kesehatanmu dan ingat satu hal penting..." Lagi, Midoriya kembali menggantungkan ucapannya.
"Apa itu ?" Desak Bakugo kesal menyadari Midoriya kembali menggantung ucapannya. Senang banget gantungan ucapan, gatau apa kokoro nya Bakugo tuh dag-dig-dug ser.
"... Apapun yang terjadi, ingatlah bahwa kau memiliki rumah untuk pulang dan beristirahat. Pintu rumah mu akan selalu terbuka lebar dan menerima kepulangan mu kapanpun." Manik hijau itu menatap lurus kelereng Ruby di hadapan nya.
Ruby itu berkaca-kaca. Midoriya tau Bakugo menahan tangisnya. Biasanya ia akan berpura-pura tidak melihatnya saat Ruby itu menampilkan kerinduan, karena Bakugo pasti akan mengelaknya tegas.
Tapi kali ini tidak bisa. Ia ingin memeluknya dan membawanya dalam dekapan. Ia bisa saja mempertemukan mereka dengan mudah, tetapi itu artinya ia bergerak tanpa persetujuan Bakugo. Dan hal itu hanya akan melukai perasaan Bakugo yang masih merasa belum siap untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Midoriya tidak mau melukai perasaan Bakugo meski hanya sedikit.
Keinginan memeluk Bakugo dalam benaknya tumbuh terlalu kuat hingga tanpa sadar ia menggerakkan tangannya.
Tangannya terulur menyentuh bahu sempit itu dan menariknya hingga berbaring di atas rumput berada tepat di sampingnya. Midoriya menarik Bakugo dalam pelukannya. Mendekapnya lembut menyalurkan kehangatan, kenyamanan, ketenangan.
Telapak tangan penuh bekas luka itu mengusap lembut punggung Bakugo dan bibirnya tertempel apik pada kening Bakugo.
"Ssstts..... Tak apa Kaachan, menangislah hingga kau lega. Tidak ada satupun orang yang akan melihatmu. Aku akan menjadi perisai untukmu, Kaachan." Bisik Midoriya penuh ketenangan. Dalam nadanya tersirat makna yang dalam.
Saat itu juga, bulir-bulir bening berjatuhan dari sepasang Ruby yang indah. Tubuh dan punggung rampingnya tampak bergetar dalam dekapan Midoriya. Kedua tangannya mencengkram kuat jaket yang di pakai Midoriya. Kaus yang ia pakai mulai terasa basah kala tangis Bakugo terus berlanjut.
"Hiks... Hiks... A-aku tidak menangis bodoh ! Hiks... Huhu.... Ma-mataku perih...hiks... dan keluar air mata.... Uh huhuhu.... Hiks..." Bantah Bakugo dalam tangisannya.
Midoriya mengangguk kecil dan mengeratkan pelukannya.
"Hmm, yah, kau benar, matamu perih dan keluar air mata. Aku mengerti." Balasnya seadanya.
Tepukan halus pada punggung yang menyalurkan ketenangan, dekapan lembut yang menyalurkan kehangatan, dan ritme teratur detak jantung Midoriya yang menyalurkan kenyamanan membuat Bakugo merasakan perasaan dilindungi. Perlahan, tangisannya mereda dan ia jatuh tertidur dalam dekapan Midoriya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katsuki - Kitsune [THE END]
FanfictionAll for One telah di kalahkan dan Aliansi Penjahat telah musnah. Tetapi ledakan gas beracun membuat sebagian populasi manusia berubah menjadi beast man !! Apa yang terjadi jika Bakugo, sahabat baik Midoriya juga berubah menjadi beast man karena kec...