8. DUNIA RASANYA TERBALIK

82 4 0
                                    

Hi kalian yang udah mau baca cerita aku sampai disini, makasih ya. Aku bener bener apresiasi bgt kalian yang baik mau baca cerita aku, semoga kalian suka. Maaf kalo masih kurang bagus dan typo yang bertebaran. Semoga kalian ngerti ya hihihi

Happy reading✨
.
.
.
.
.
.
.

🌟🌟🌟

Sore ini walaupun sudah jam pulang sekolah tapi lapangan indor sekolah masih terlihat berpenghuni. Beberapa siswi datang menemani pacar atau gebetannya latihan basket tapi tidak sedikit yang hanya nongkrong sekedar ingin menonton. Anya salah satunya, tadi dia bersama Felicia sebelum Feli dijemput oleh supirnya. Anya sudah membawakan air minum dingin untuk Abby, itu pun saran dari Agata. Anya juga menjadi paparazi karena sedari tadi dia bertukar pesan dengan Agata.

"Moto siapa lo?" Tiba-tiba suara berat dari Dhika membuat tangan Anya gemetar.

"Ehh Dhika, gue tadi, gue lagi nge-pap ke Agata." Ujar Anya gagap karena seperti maling yang tertangkap basah.

Dhika hanya mengangguk saat Anya menunjukan room chat dirinya dengan Agata. Dirinya kira Dhika sedang latihan silat karen dia tidak melihat teman-teman Abby selain Evan yang sedang latihan dengannya. Tidak ada pembicaraan yang membuat mereka seolah bicara layaknya teman, Dhika seoarang yang lebih susah diajak bicara apa karena Anya memang tidak ingin tahu tentang Dhika makanya dia merasa tidak ada yang bisa di bahas.

"Lo deket ya sekarang sama Abby?" Tanya Dhika membuat Anya langsung menoleh menatap Dhika yang masih menatap ke depan.

"Ah, gue? Ya mungkin." Jawab Anya tidak mau ambil pusing.

"Kita juga searah kalo pulang, Abby juga bisa dengerin cerita gue yang gak bisa gue ceritain secara leluasa ke orang-orang. Bener kata dia, mending cerita sama orang asing." Ujar Anya tersenyum melihat Abby yang sedang berlari mengejar bola.

Memang belakangan ini Abby dengan Anya terlihat akrab karena sering pulang bareng. Terlepas dari misi rahasia Agata dan Abby, secara tidak langsung Anya juga kecipratan untung bukan gak mungkin rasa nyamannya membuatnya egois.

Matahari sudah hampir tenggelam, Abby dan Evan menghampiri Dhika dan Anya yang duduk di sayap sebelah kanan. Mereka berdua terlihat sangat kelelahan sampai Evan seperti mandi keringat. Evan yang memang terkenal playboy sangat gambang berkomunikasi dengan perempuan. Buktinya saja sekarang Evan lah yang nemiliki suara paling banyak.

"Eh Nya jangan jauh-jauh." Ujar Evan membuat Anya tak bisa berkutik.

"Kalau jauh nanti gue kehilangan separuh nafas gue." Lanjut Evan sambil memegang dadanya.

"Sa'ae lu kang cendol." Ujar Abby sambil mendorong tubuh Evan.

"Harus dong kang soto." Balas Evan menatap Abby yang tertawa.

"Jadi pada buka lapak." Ujar Anya mengikuti yang lainnya tertawa.

Baru saja mereka sedang bercanda dan saling tertawa sedikit melepas penat, tiba-tiba ponsel Abby bergetar tertulis nama Alluna dilayarnya. Tiga lagi dering baru Abby mengangkat telpon dari adiknya itu. Wajah Abby yang tadi penuh senyuman langsung berubah pucat dan menegang. Semua menoleh kearah Abby sama dia bertanya, dirumah sakit mana.

Setelah limat menit berbicara dengan orang dibalik telpon, Abby langsung membenahi barang-barangnya. Melipat handuknya dan menaruh botol minumnya di tas. Dhika memperhatikan Abby dengan tatapan seolah ikut pusing karena Abby yang tidak bisa tenang membereskan barang.

"Kenapa lo?" Tanya Dhika tapi sama sekali tidak digubris Abby.

"Heh budeg lo?" Ujar Dhika dengan penekanan pada kata budeg.

Dari Abby [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang