Sudah enam bulan Agata berjalan dengan bantuan tongkat yang mungkin membuat kakinya lupa cara berjalan sewajarnya. Maka dari itu dia menjalani terapi berjalan yang diminta papanya. Semua juga untuk Agata, begitulah sabda Andrea pada Abby.
Sore ini Agata yang diantar supir papanya untuk terapi sempat meminta untuk jangan di jemput karena katanya Abby yang akan menjemput. Walaupun Agata sudah mulai belajar berjalan tapi dirinya tetap tidak berani di lepas saat berjalan. Abby juga masih setia menggunakan mobil untuk berangkat dan pulang sekolah karena Agata masih trauma saat naik keatas motor. Iya itu tidak mudah untuk Agata.
"Gue duluan ya." ucap Abby pada Windu yang ada di pinggir lapangan bersama Satria.
"By, tunggu bentar." cegah Windu yang menepuk pundak Satria seolah memohon izin pada teman-temannya saat itu.
"Kenapa bang?" Abby menunggu Windu menghampirinya yang sudah akan keluar dari lapangan basket.
"Gue mau ngomongin soal ketua basket sama ketua S.O.S. Sampek sini lo pasti paham."
Singkat dan jelas. Windu sama sekali tidak basa basi pada Abby. Ya karena memang sejak kelas 10 Abby sudah menjadi incarannya untuk menduduki tahtanya. Ya mungkin selama ini menjadi komando angkata tidak ada apa-apanya bagi Abby, karena kelas 10 biasanya manut-manut saja. Belum jadi ketua geng untuk 3 angkatan yang mana otomatis Abby akan menjadi leader kakak-kakak kelasnya yang seangkatan Windu.
"Ini serius bang?"
"Masih opini gue, sama minta saran Satria. Kapan lo bisa kita ngobrol lagi, kayaknya lo lagi buru-buru."
Abby menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena dari tadi dia yang sangat-sangat menghargai waktu sampai-sampai tidak ada hahaha hehehe dulu dengan teman-temannya, ini malah langsung ambil tas bergegas pulang.
"Iya sorry bang gak bisa kumpul bareng yang lain, gue ada urusan."
"Santai, urusan lo pasti penting. Btw, cewek lo gimana kabarnya?"
"Baik bang, ini mo nyamperin dia yang lagi terapi jalan."
Windu hanya manggut-manggut menjawab ucapan Abby. Selanjutnya Windu menepuk pundak Abby menyuruh adik kelasnya itu untuk hati-hati dijalan.
Sepeninggalan Abby dari kawasan sekolah dan masuk kedalam mobil, dia melihat pesan dari Agata sejam yang lalu. Benda pipih berwarna hitam itu memperlihatkan video Agata yang sedang memulihkan saraf-sarafnya. Agata yang sudah mulai bisa berjalan walaupun masih sangat pelan, membuat Abby tersenyum. Rasanya makin merindukan perempuan kecil itu dan ingin memeluknya segera.
Di perjalanan menuju tempat terapi Agata, Abby mengingat sesuatu. Atas semua usaha kekasihnya Abby berusaha mungkin memberi apresiasi, kini dia tidak membawa apa-apa. Kebetulan Abby juga kehausan jadilah dia melipir menuju mini market berlampu biru kesayangan banyak orang.
Abby keluar dari mobil hanya membawa ponsel dan dompet. Dia masuk dan disambut sapaan ramah mbak-mbak kasir. Saat masuk Abby bingung harus membawakan Agata apa.
"Anjirr banyak banget pilihannya." monolog Abby saat menuju beberapa pendingin ruangan.
"Ini sama ini aja kali ya." Abby mengambil susu tinggi kalsium seperti yang biasanya Abby bawakan untuk Agata dan juga coklat almond kesukaan perempuan itu.
Membayangkan wajah bahagia Agata menceritakan keseruannya terapi berjalan dan mendapatkan hadiah dari Abby membuat cowok tinggi, putih bernetra hitam itu tersenyum samar. Sebegitu rindunya Abby pada Agata.
Abby sudah sampai di parkiran, dia tidak berani masuk karena takut memecah konsentrasi Agata. Jadi dia memutuskan menunggu lima belas menit lagi sebelum masuk kedalam. Tidak susah mencari ruangan Agata karena masih di lantai 1 juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Abby [THE END]
Teen FictionKisah cinta masa sekolah memang tiada tandingannya. Penasaran sampai mencari informasi tentang doi udah jadi keharusan entah itu cowok atau cewek. Buat kalian aku pesenin nih, jangan lewatin pokoknya jangan pernah lewatin dia yang ngambek gak jelas...