12. AKAR MASALAH

77 3 0
                                    

Hi kalian yang udah mau baca cerita aku sampai disini, makasih ya. Aku bener bener apresiasi bgt kalian yang baik mau baca cerita aku, semoga kalian suka. Maaf kalo masih kurang bagus dan typo yang bertebaran. Tapi kok rasanya sepi banget ya, semoga cepet rame ya lapak ini.
Btw selamat menunaikan ibadah puasa untuk teman-teman yang menjalankan.

Happy reading✨
.
.
.
.
.
.
.

"Bener ya kata orang, cinta dan patah hati emang sepaket. Dan kamu orang yang pas banget buat nunjukin keduanya" - Agata Jovany

🌟🌟🌟

Abbynanda Wikanjaya : Nya, gue ke rumah lo sekarang.

Anya yang mendapat pesan dari Abby sontak terkejut. Untuk apa Abby kerumahnya sore-sore seperti ini. Tak lama terdengar suara motor berhenti didepan gerbang rumah Anya. Dengan cepat cewek berambut panjang itu membuka gerbang. Benar, itu Abby yang masih menggunakan seragam sekolah.

"Loh, kok?" Tanya Anya sembari membuka gerbang untuk Abby.

"Gue bingung Nya." Ujar Abby dengan tampang frustasi.

"Yaudah duduk dulu." Ucap Anya sambil mempersilahkan Abby duduk di teras rumahnya.

Anya keluar dengan kotak p3k dan teh hangat untuk Abby. Wajah Abby lebam, sudah dapat dipastikan kalau cowok berwajah datar didepan Anya ini habis berantem hingga pukul-pukulan.

"Kok bisa sih? Lo utang cerita." Ujar Anya yang membersihkan ujung bibir Abby dengan rivanol.

"Agata hampir diapa-apain." Ucap Abby.

Mendengar ucapan Abby tanpa sadar Anya menekan luka diujung bibir Abby hingga membuatnya meringis.

"Lo kalo gak ikhlas mau obatin ya gak usah." Ujarnya lagi.

"Bukan By, gue kaget aja." Ucap Anya dengan tangan masih membersihkan luka Abby.

"Terus lo gak sempet pulang?" Tanya Anya karena Abby masih menggunakan seragam.

"Gak deh. Tar dirumah gue mukul bokap kalo ke rs gue bikin bunda nangis." Jawab Abby.

Dari sini Anya melihat dengan jarak dekat. Jarak yang tidak pernah dia bayangkan bisa sedekat ini dengan seorang Abbynanda Wikanjaya.

"Thanks Nya." Ucap Abby sambil tersenyum tipis kearah Anya.

Anya merasa ada yang hangat dihatinya. Seolah senyuman Abby adalah sinyal untuk Anya tidak pergi dan melepaskan Abby.

"Makasih lo mau dengerin gue." Tambah Abby.

"Gak usah kebanyakan makasih, berasa penting banget gue buat lo." Ujar Anya dengan kekehan renyah diakhir kalimatnya. Anya baper hanya karena ucapan Abby.

"Gue bingung." Ucapnya dengan posisi paha menjadi tumpuan tangannya.

"Gue harus gimana Nya? Masalah rumah gue udah cukup bikin gue muak ini ditambah lagi sama Agata." Keluh Abby tanpa sadar. Rasanya beban di tengkuknya terlalu berat sampai keluhan itu keluar dari bibirnya.

"Kalau emang masalahnya Agata kenapa gak lo jauhin aja akar masalahnya." Ujar Anya.

Perempuan dengan hidung mancung dan rambut panjang berwarna gelap itu terkejut dengan kata-kata yang dia ucapkan kepada Abby. Itu salah, ya Anya tahu itu salah tapi itu adalah apa yang hatinya rasakan kala Abby dan Agata semakin dekat. Egois? Ya Anya egois kali ini karena Abby.

"Maksud gue, kalo emang Agata jadi beban masalah lo kenapa gak lo kasi ruang buat kalian. Ya jaga jarak aja." Ucap Anya seolah membenarkan kalimatnya.

Dari Abby [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang