47. MARTIN VS S.O.S

42 1 0
                                    

Hari ini Martin sudah berpakaian rapi ingin menjemput Jeslyn ke rumahnya, bukan tanpa alasan. Dia hanya ingin terlihat baik, pasti mama Jeslyn kemarin khawatir saat melihat Jeslyn pulang dengan wajah penuh air mata. Martin tidak ingin disalahkan untuk itu. Masih ada waktu untuk menjadi penjilat didepan keluarga Jeslyn. Tujuannya adalah menghancurkan hidup Jeslyn yang menurutnya terlalu sombong.

Martin mengendarai mobil sedan hitamnya menuju rumah megah Jeslyn untuk menjemput cucu pengusaha besar Rusdi Wijaya. Walaupun Nenek Jeslyn yang merupakan saudara kandung kakeknya, itu masih membuat mereka memiliki ikatan saudara kan?

Mobil Martin memasuki pekarangan luas rumah Jeslyn yang terlihat dua orang tukang kebun sedang bersih-bersih dan mama Jeslyn yang sepertinya baru saja habis jogging mengitari kompleks perumahan mewah itu.

"Pagi tante." ucap Martin sembari menyalimi tangan lembut dan putih mama Jeslyn.

"Pagi Martin, wah ada apa nih pagi-pagi sudah kemari?" 

Dari raut wajah mama Jeslyn sepertinya tidak ada rasa kesal ataupun amarah, jadi ini kesempatan Martin untuk cari muka.

"Itu muka kamu kenapa deh, kok luka-luka gitu?"

"Biasa tante, ada yang iseng mau nyelakain aku." bohong adalah salah satu keahilian Martin yang mungkin akan dia sertakan di surat lamaran pekerjaan.

"Astaga. kenapa bisa, kamu inget orang-orangnya?" nada khawatir mama Jeslyn membuat Martin merasa puas, kailnya sudah bisa memancing sasarannya.

"Udah gak inget tante, malam juga, gelap. Yang penting Jeslyn gak apa-apa." katanya dengan senyum seramah mungkin.

"Ah, Lyn kemarin ikut kamu?"

"Iyaa rencananya tante. Dia udah dirumah kan?"

"Enggak, Jeslyn gak ada dirumah. Feli temennya bilang Lyn nginep disana."

Ah sial, pikirnya kemarin Jeslyn pulang bersama teman-temannya tapi ternyata malah bersembunyi. Bukan Martin namanya kalau kehilangan akal, dia selalu ada pikiran-pikiran cerdik untuk melawan fakta.

Marti mengangguk mendengar penjelasan mama Jeslyn, dia berinisiatif menjemput Jeslyn tapi mama Jeslyn mengatakan kalau dia akan menelpon Jeslyn dulu takutnya adanya memiliki jadwal kumpul-kumpul dengan teman-temannya saat weekend seperti sekarang. Jeslyn itu tipe yang susah bersosialisasi jadi saat awal sekolah Jeslyn menceritakan Agata dan Fellicia membuatnya tidak khawatir lagi.

"Yaudah tante Martin sambil jalan juga ya mau beli beberapa keperluan juga. Nanti mungkin Martin hubungi Jeslyn juga buat tanya keadaannya."

"Makasih ya Martin, kamu baik banget sama Jeslyn mau jagain dia. Makasih ya."

Martin hanya mengangguk dan pamitan, sial rencananya harus dirombak lagi. Niatnya bisa cari muka untuk bisa menjadi anak laki-laki yang cocok untuk Jeslyn malah mendapat kenyataan cewek itu belum sampai rumah dan memilih untuk menginap di rumah Fellicia.

🌟🌟🌟

"Lyn, lo udah bangun?" tanya Fellicia yang baru saja selesai mandi karena dia yang paling pertama bangun.

Jeslyn hanya mengangguk diatas kasur sembari mengecek ponselnya. Dia berusaha mengecek beberapa pesan dari mamanya, Ervan dan juga ada pesan dari manusia yang super menyebalkan yaitu Martin. Berusaha bersikap tenang saat mamanya mengintrogasi Jeslyn dalam pesan. Dari bertanya siapa yang mencoba melukai Martin dan dirinya kemarin malam, sampai ke praduga kalau Jeslyn tidak menginap di Fellicia.

"Guys, foto bareng yuk. Nyokap gue gak percaya gue disini." ucap Jeslyn pada teman-temannya yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing.

Fellicia yang tengah menggunakan skincare, Anya yang tengah membersihkan selimut, dan Agata yang tengah membucin dengan video call pagi-pagi dengan Abby pun juga ikut terganggu. Mereka merapikan rambut dan tersenyum dengan ramah. Agata memberi saran untuk juga mengirimkan video ke mama Jeslyn.

Dari Abby [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang