Abby kembali dari setelah mengantar Agata, rumahnya dari depan tampak gelap. Tidak biasanya, karena jam sekarang biayanya ayahnya sudah pulang dan bundanya sedang menyiapkan makan malam. Kecurigaan Abby terjawab saat dia mulai memarkirkan mobilnya di garasi, iya suara ribut-ribut didalam membuatnya sadar bahwa sedang ada yang tidak baik-baik saja di dalam.
Abby dengan cepat berlari menuju dalam rumah, mendengar ocehan bundanya membuat Abby buru-buru berlari masuk. Terlihat seorang perempuan yang asing dimata Abby, di ruang tamu hanya ada ayah, bunda dan wanita itu. Abby mengepalkan tangannya saat paham siapa perempuan itu.
"BANGSAT!" Abby berniat melayangkan pukulannya sebelum di tahan bundanya.
"Bunda ngapain sih nahan abang! Ni manusia lama-lama gak boleh dibaikin!" teriak Abby yang sudah panas, belum mendengar penjelasan saja Abby sudah tahu siapa perempuan yang diajak ayahnya itu.
"Abang, masuk kamar." perintah Sania dengan nada lembut sembari mengelus lengan kekar putranya.
"GAK MAU!"
"Abbynanda Wikanjaya, masuk kamar. Ini masalah orang dewasa." ucap Sania lagi dengan nada penuh penekanan.
"Abby juga udah dewasa bun."
Tidak sama sekali terpikirkan di kepala Abby, perempuan yang dia liat saat kecil yang berusaha merusak keluarganya kembali lagi. Kembali dengan wajah yang sama-sama tidak ada rasa bersalahnya. Apakah diluar sana kurang laki-laki yang sepadan dan sesuai kriterianya sehingga perempuan murahan itu mengganggu ayahnya dan merusak keluarganya.
Sania yang melihat wajah putranya menangis dipelukan Abby. Pertahanan yang dia buat untuk tidak menangis dan tabah akhirnya pecah. Kegigihan Abby sangat mirip dengan kegigihan suaminya dulu saat akan melamarnya, kekesalan Abby pada ayahnya persih dengan kekesalan suaminya saat tahu ayah mertua Sania memiliki wanita lain di umur yang sudah tidak muda lagi dan dimana dia baru menikah dengan Adi. Film-film menyedihkan itu kembali terulang.
Mengingat wajah sedih ibu mertuanya membuat Sania merasa bahwa posisi mereka sekarang sama. Kalau ibu mertuanya hanya memiliki Adi sebagai anaknya, kini Sania memiliki dua orang malaikat yang membuatnya harus lebih kuat.
"Kenapa semuanya diem?" tanya Abby dengan nada penuh amarah.
"CEWEK BANGSAT INI UDAH DATENG DUA KALI YAH, DUA KALI!" ucapan Abby penuh penekanan menunjuk perempuan yang datang tanpa rasa bersalah itu.
"Ayah bisa jelaskan." Adi terlihat sangat terpojokkan sekarang.
Istrinya menangis tersedu-sedu dipelukan putranya, dan putra yang menjadi satu-satunya yang akan menyambung keluarganya juga ikut serta membencinya.
"Ayah dan dia sudah putus bun, bang." jelas Adi yang tidak langsung membuat mereka berdua percaya.
Abby tersenyum sinis, tidak mungkin pikirnya.
"Saat itu juga katanya begitu kan?" ledek Abby dengan wajah seriusnya.
"Saya hamil." ucap perempuan itu dengan lugas.
Tangan Abby mengepal, pertahan bundanya runtuh untuk kedua kalinya. Sania tergelincir terduduk di sofa. Kakinya terasa mati rasa, dengan cepat Abby menerjang Ayahnya dan memberikan pelajaran yang mungkin tidak akan dilupakan oleh Adi.
"BANGSAT!"
Tanpa ampun Abby menghujani Ayahnya dengan pukulan yang mewakili sakit hati bundanya yang lebih dari sepuluh tahun merasakan sakit hatinya. Perempuan itu barusan mengatakan kalau dirinya hamil dan itu pasti perbuatan ayahnya.
"Abang STOP!" teriak Sania yang masih ada sisa suara sumbang akibat menangis disana.
"Ngapain kamu kotorin tangan kamu buat orang seperti itu bang. Berikan dia kebebasan kalau rumah ini bukan tempat yang nyaman untuk dia pulang." jelas Sania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Abby [THE END]
Novela JuvenilKisah cinta masa sekolah memang tiada tandingannya. Penasaran sampai mencari informasi tentang doi udah jadi keharusan entah itu cowok atau cewek. Buat kalian aku pesenin nih, jangan lewatin pokoknya jangan pernah lewatin dia yang ngambek gak jelas...