39. BUNDA SAYANG

65 4 4
                                    

Hi kalian yang udah mau baca cerita aku sampai disini, makasih ya. Aku bener bener apresiasi bgt kalian yang baik mau baca cerita aku, semoga kalian suka. Maaf kalo masih kurang bagus dan typo yang bertebaran

Oh iya, aku mau bilang makasih buat kalian yang berbaik hati masukin cerita ini ke perpustakaan kalian. Bahkan rajin share ke temen-temen kalian, makasih yaa💜

Aku mah apa atuh tanpa kalian, jangan bosen-bosen ya buat kasi vote dan ngeramein komen diseriap barisnya.

Kalian yang baca Abby sampek sini, favorite couple nya siapa? Mau tau dong, tulis di komen yaaa

.
.
.
.
.

"Kalau cinta itu karena terbiasa, aku terbiasa sama bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau cinta itu karena terbiasa, aku terbiasa sama bunda. Jadi tolong jangan tinggalin aku sendiri bunda sayang." - Abbynanda Wikanjaya

Happy reading✨

🌟🌟🌟

"Bunda, Al pulang."

Alluna berteriak memanggil bundanya yang masih setia bungkam, tidak mengindahkan panggilan Alluna. Dengan langkah yang mulai panik karena bunda Sania tidak ada di sekitaran rumah, Alluna langsung mencarinya ke kamar bundanya. Betapa terkejutnya Alluna saat melihat Sania sudah tidak sadarkan diri dengan aroma obat nyamuk semprot disekitarnya.

Dengan gerakan refleks, Alluna keluar rumah dan meminta pertolongan tetangga sambil menghubungi Abby. Tidak lama seorang tetangga mereka menawarkan kendaraannya untuk mengantar Sania ke rumah sakit. Dijalan Alluna tidak henti-hentinya menangis melihat sang Bunda di pangkuannya lemas tak berdaya.

"Bunda sayang, kuat yaa." ucap Alluna lirih.

Jujur siapapun yang melihat ini akan ikut terbawa suasana. Sania yang bisa-bisanya kepikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri dengan menenggak racun dari obat nyamuk semprot.

"Al, kamu yang sabar. Tenang nak, telpon abang sama ayah kamu dulu."

Ucap seorang ibu muda yang suaminya sedang menjadi supir mereka sekarang. Tanpa disuruh pun sudah Alluna laksanakan, tapi ayahnya sama sekali belum mengangkat telponnya dan abangnya sudah berangkat ke rumah sakit terdekat dari rumah mereka.

Bisa kalian bayangkan jadi Alluna yang pastinya sangat terkejut melihat keadaan bundanya tadi. Sekarang dia duduk di kursi tunggu dekat UGD bersama mbak Ratih dan suaminya yang sudah mau mengantar Alluna. Tidak henti juga Alluna mengirinkan pesan dan juga membuat panggilan telpon ke Ayahnya.

"Ayah, dimana?"

Isak tangis terdengar di telinga Ratih yang tidak tega melihat kondisi Alluna, perempuan muda yang baru saja menikah dan tinggal di daerah rumah Alluna itu merangkul tubuh kecil disebelahnya. Sudah jelas Ratih dan suaminya iba, kenapa anak sekecil Alluna harus mengalami hal yang mungkin bisa membuatnya trauma ini.

Dari Abby [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang