Pagi ini seluruh siswa dan siswi SMA memenuhi GOR Cipta Karsa karena diadakan DBL antar sekolah SMA sederajat. Pemandu sorak dan tim basket putra sedang bersiap mulai pemanasan dan check in dimana panitia mengecek jumlah pemain dan lain-lain. SMA Nusantara sudah bersiap diruang tunggu, Evan yang melihat pergelangan tangannya mengecek jam tangan hitam yang melingkar.
Baru jam 9, batinnya.
SMA Nusantara mendapat giliran pukul 12 siang dan mereka sudah standby sambil menunggu beberapa personil lagi yang belum datang. Evan merasa tidak nyaman saat pemanasan karena teman sekelasnya Abby belum juga menunjukan batang hidungnya padahal kak Rey pelatih basket mereka sudah memberi ultimatum di grup untuk berkumpul jam 9 di GOR.
09.30
"Sorry semua." Seseorang dengan tiba-tiba membuka paksa pintu ruang tunggu berwarna coklat dengan pegangan silver.
Abby mendapat tatapan sengit dari semua orang tidak terkecuali kak Rey yang sudah mengomel menyuruh Evan menghubungi Abby.
"Dari mana Abby? Ini sudah jam berapa?" Kak Rey langsung bangun dari duduknya tadi.
Mereka sedang menyiapkan siasat nanti saat menyerang dan Abby sebagai Center belum juga datang jadi saat dia datang habislah diomelin Kak Rey.
"Maaf kak." Singkat Abby dan duduk disebelah Evan seolah tidak ada yang masalah.
Rey yang sudah hafal betul tabiat anak-anak didiknya hanya bisa mengelus dada sambil mendengus. Namanya juga Abby, mana perduli dia dengan ocehan orang. Menurut Abby kalau dia sudah menyadari kesalahannya dan minta maaf semua sudah selesai.
"Dari mana lo?" Sekarang giliran Evan yang meminta penjelasan seolah mengintrogasi Abby.
Sama. Respon Abby hanya menengok kearah Evan sambil menunjukan ekspresi seperi "biasalah" dan kemudia menatap kearah kak Rey yang sudah memegang papan putih dengan gambar abstraknya.
Ya memang tidak bisa dipandang remeh seorang Abbynanda Wikanjaya. Cowok yang irit omongan dan cuek. Tapi jangan tanya pesona Abby, dia yang baru kelas 10 sudah dikenal kakak kelas dan teman seangkatannya karena saat sparing melawan SMA lain beberapa waktu lalu Abby menyelamatkan timnya dan menang. Di akhir pertandingan pun Abby menunjukan pesonanya dengan mengambil satu botol air mineral dingin dan diguyur dikepala san wajahnya. Sambil mengibaskan rambutnya yang basah satu sekolah menyorakinya.
Kaum hawa yang tidak hanya dari SMA Nusantara antusis melihat apa yang ada dipandangan mereka. Memang Abby tidak melakukan apa-apa tapi dia sungguh membuat banyak ciwi-ciwi terpesona.
Kembali ke DBL hari ini dan penjelasan kak Rey tentang profil lawan yang tidak boleh kita remehkan walaupun misalnya sudah bertemu dan bertanding. Pesan kak Rey selalu sama.
"Semua orang melakukan progress dalam hidupnya. Boleh saja kemarin kalah tapi siapa tau yang terjadi nanti jadi jangan lengah dan lakukan yang terbaik!"
Seruan akhir kata-kata kak Rey membuat satu tim basket SMA Nusantara menjadi semangat. Semangat mereka seperti api yang membar.
Abby sedang melakukan pemanasan dan seperti biasa dia mengambil ancang-ancang untuk berlari kecil mengelilingi gor. Sudah menjadi ritual Abby dimana pun dia akan bertanding dia pasti akan keliling tempat itu. Entah di gor ataupun lapangan sekolah SMA lain.
Evan sudah mendekatkan dirinya pada Abby sambil membisikan sesuatu.
"Eh Abby lo tau gak kita bakal di tonton sama Adit sama Dhika." Seru Evan memberi tahu Abby padahal yang ingin dikirimkan kabar sedang menggunakan earphone.
"Yeh si bangke." Evan mendorong bahu Abby kasar.
Merasa ada yang mengganggunya Abby membuka earphonenya dan menaikan dagunya seolah bertanya kepada Evan ada apa. Evan menghembuskan nafas gusar. Kenapa bisa bisanya Evan memiliki teman sejenis Abby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Abby [THE END]
Fiksi RemajaKisah cinta masa sekolah memang tiada tandingannya. Penasaran sampai mencari informasi tentang doi udah jadi keharusan entah itu cowok atau cewek. Buat kalian aku pesenin nih, jangan lewatin pokoknya jangan pernah lewatin dia yang ngambek gak jelas...