52. Abby dan Pikirannya

43 1 0
                                    

"Kamu tau gak By, kata papa tadi pas sarapan dia kan mau ada tugas keluar kota terus oma gak bisa ke rumah buat nemenin aku. Jadi aku boleh nginep di rumah kamu." celoteh Agata yang sejak tadi memenuhi kendaraan roda empat yang dikemudikan kekasihnya yang setia menatap lurus kejalanan

Agata yang sibuk melihat sisi jalanan jelas-jelas merasa ada yang aneh, Abby sama sekali tidak menjawab ucapannya dari tadi. Agata menoleh dan melihat kekasihnya itu termenung menatap lurus jalanan dengan pandangan kosong. Memang jalanan sedang lenggang pagi ini, tapi bukan berarti Abby bisa melamun saat mengendarain mobil. Agata masih trauma akan kejadian beberapa minggu yang lalu.

"Abby, are you ok?"

Abby mengedipkan matanya untuk mengembalikan konsentrasinya yang tadi terpecah karena masalah kemarin dirumah. Dia tersenyum dan menatap seorang gadis yang bagaikan obat, saat melihatnya Abby merasa lebih membaik.

"Iyaa, sorry ya Ta. Kenapa tadi kata papa?

Agata melipat kedua tangannya, tanda dirinya tengah merajuk kepada Abby. "Males ahh." 

Melihat kekasihnya cemberut dengan bibir maju dan alis yang hampir menyatu, Abby malah tersenyum mengejek. Agata yang merasa usahanya ngambek hanya dikira gretak sambel oleh Abby, dengan ringan tangan dan senang hati Agata memukul-mukul lengan kekar kekasihnya yang mungkin bagi Abby itu hanya pukulan saat temannya tidak sengaja melempari kertas kepadanya.

"Nyebelin ah, kesel!" 

Abby yang dengan cepat menangkap tangan yang akan memukul lengan kirinya dan memlintir tangan kanan Agata menuju bahu kiri perempuan itu. Dengan halus Abby mendekap Agata dari samping tanpa melepas pegangan tangan kanannya dari stir mobil. Bibirnya mengecup puncak kepala Agata hangat penuh kasih sayang. Seolah hanya itu kekuatannya sekarang dan semoga itu juga menjadi kekuatan untuk Agata ditengah lelah yang dia rasakan.

"ABBYYY KENAPA SIHHH!!" teriak Agata yang salah tingkah.

Abby sama sekali tidak melepaskan pelukannya itu, dia malah tertawa ringan dan menyenderkan kepalanya di puncak kepala Agata. Posisi yang membuat keduanya merasanya nyaman untuk beberapa saat. 

Setibanya di sekolah Agata malah tidak mau melepas genggaman tangan Abby. Sudah posisi wenak katanya. Abby menggeleng-gelengkan kepalanya, sikap cewek disebelahnya itu memang sangat tidak mudah di tebak yaa. Setelah melakukan transaksi dan kesepakatan akhirnya Agata melemah, mereka berdua keluar dari mobil menuju ruang kelas.

"Kapan emang papa berangkat?" tanya Abby saat keduanya tengah berjalan di koridor.

"Besok katanya, boleh kan nginep?" 

Belum juga Abby menjawab, tangan Adit sudah merangkul bahunya, Evan juga terlihat dibelakang mengikutinya dengan Dhika disebalahnya.

"Ayoo mau nginep dimana lo berdua?" tanya Adit geli, mencoba mengganggu temannya pagi-pagi.

"O yo -"

"Waduhh parah lo Ta, kaki masih di perban mau ngasi jatah segala ke Abby." ucap Evan memutus ucapan Agata barusan.

"EVAN OMES!" kesal Agata memukul lengan Evan dengan tongkat bantunya.

"Makanya dengerin orang ngomong. O Yo di rumahe yang beb." Aksen Surabayanya kental membuat Abby tertawa, ternyata pacarnya bisa melawak juga pikirnya.

"Alah, kalo disana beneran juga gak apa. Abby kan bentar lagi sweet seventeen, asekkk." ucap Evan ikut mengompori. 

Ah hampir saja Agata lupa ulang tahun Abby. Dia kan niatnya memberikan kejutan untuk ulang tahun orang yang dia sayang setelah ayahnya itu. Cowok yang selama ini bisa Agata andalkan sebelum dan bahkan saat mereka sudah menjadi pasangan. Tapi anehnya dari Abby sama sekali tidak pernah membahas soal hari bahagianya itu, yang akan datang minggu depan.

Dari Abby [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang