MINI SEQUEL 3

3.2K 235 43
                                    

Bed(t) Friend
.
.
.
.

"Jimin!"

Jantung jimin hampir saja copot saat mendengar namanya dipanggil oleh sang istri. Saat dia berbalik Seulgi sudah berdiri dengan dua tangan yang bertengger di pinggang dan memasang wajah galak.

"taruh itu!"

Park Jimin langsung melepaskan benda yang dia pegang dan bangun dari duduknya. Dia mendekat pada Seulgi dengan wajah yang dibuat semanis mungkin supaya Seulgi tidak lagi menyalakan mode mengamuknya.

Baru saja Jimin ingin menarik Seulgi ke dalam pelukan, gadis itu sudah lebih dulu mundur dan mendorong Jimin makin menjauh. "gak usah peluk - peluk!"

"mandi Jimin! Aku gak minta kamu ngapa-ngapain! Mandi! Kerja sana! Ngapain sih di rumah mulu!"

Jimin memanyunkan bibirnya, "aku kan mau nungguin Jinan..bantuin kamu."

"bantuin apanya sih?! Liat kerjaan kamu! Bangun siang, terus Main PS terus! Aku dibantuin apa? Yang ada aku pusing liat kamu berantakin rumah! Liat itu remah cemilan kemana - mana! Aduh! Mending kerja! Ngapain cuti-cuti bilang istri nya baru ngelahirin tapi di rumah gak ngapa - ngapain!"

Park Jimin melebarkan mata sipit nya melihat Seulgi yang sudah mengomel dan memarahi dirinya atas tingkah laku nya selama dia meliburkan diri di rumah seperti hari ini. Padahal sudah terhitung satu bulan lebih sejak Seulgi melahirkan putra mereka, Park Jinan. Tapi Jimin sering sekali beralasan untuk tidak berangkat ke kantor nya karena istrinya yang butuh bantuan untuk mengurus bayi baru mereka.

"kok kamu ngomongnya gitu?!"

"ya emang kan?!"

Jimin tiba - tiba menunjukkan raut sedih dan berputar balik. Bukan pergi tapi merapihkan bekas cemilan yang berserakan seperti kata Seulgi dan merapihkan perangkat gaming nya yang memang tak beraturan lagi. Seulgi melihat ke arah Jimin sambil bersedekap. Melihat punggung Jimin yang turun lantaran pasti pria itu sedih mendengar ocehannya, Seulgi akhirnya memilih menyusul Jimin untuk membantunya.

"gak usah!" ucap Jimin menghentikan Seulgi yang hendak menggulung rol sambungan listrik yang baru jimin gunakan.

"loh gak mau dibantuin?"

"gak perlu! Udah sana kamu ke kamar aja, masa Jinan ditinggal!"

"kok kamu ngegas - ngegas?! Jangan ngajak berantem ya, Jim. Aku capek tauk. Aku gak minta pengasuh, Gak minta pembantu karena aku gak mau. Tapi bukan berarti aku nya sabar terus kalau kamu-"

Jimin membanting stik ps yang semula ada di tangannya. "Kan kamu ngeluh lagi! Kalau gak sanggup tuh bilang! Jangan kaya seolah - olah suami kamu gak bisa bayar orang ya buat bantuin ngurus rumah! Pake orang gak akan bikin kamu di cap jelek juga! Wajar! Namanya mama baru! Ah udahlah! Gengsi terus yang di gedein!"

Pria itu memilih untuk pergi meraih kunci mobil yang dia letakkan di sebuah mangkuk keramik berwarna blue saphire di meja di samping pintu keluar rumahnya.

"mau kemana?! Kok malah kamu yang marah! Jimin udah jadi bapak ya kamu tuh! Jangan kaya gitu!"

"Mau cari angin.. Gak usah teriak - teriak cobak nanti anaknya bangun!" setelah itu pintu dibanting keras dan Jimin keluar dari rumah meninggalkan Seulgi yang hanya bisa menganga tak percaya melihat suaminya yang jelas - jelas sudah menjadi bapak malah kembali berulah dan bersikap seperti saat masih remaja dulu.

"BAPAK GILA!"

dan yang lebih membuat Kang Seulgi kesal adalah Jimin meninggalkan rumahnya tetap dalam keadaan berantakan. Nasib baik PS 5 yang dia beli tidak rusak. Hah! Seulgi tidak perduli toh barang itu Jimin beli dengan uang nya senditi dan Seulgi tak ambil pusing kalau sampai itu rusak.

Bed(t) Friend - SeulMin [Complete] [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang