(73) Anxiety

5.9K 685 126
                                    

Bed(t) Friend
.

.

Jimin mempersilahkan Seulgi untuk masuk ke dalam unit yang dia tempati selama berada di Sydney. Hotel mewah yang hampir menyerupai apartment. Seulgi tersenyum dan berjalan mendahului Jimin masuk ke dalam kamar ini.

Pria itu menyusul, kemudian menarik tangan Seulgi agar duduk di sofa di depan sebuah meja yang ada.

"lo pesen makan."

"tap-"

"lo yang pesen, and see apa lo masih inget kesukaan gue atau enggak.."



Cup

Jimin mengecup kening gadis itu dan berjalan menuju ranjang, merebahkan tubuhnya diatasnya. Seulgi menggeleng. Not change at all.

Gadis itu mulai menjalankan perintah Jimin untuk memesan makanan untuk mereka berdua. Tidak tau apakah hotel ini menyediakan makanan kesukaannya atau tidak tapi yang jelas dia hanya harus memesan itu.

"Sayang?!"

Seulgi menggigit bibirnya mendengar Jimin memanggilnya demikian. Sudah lama sekali. Dalam hatinya Seulgi merasa senang sekaligus bingung. Bingung apakah mereka kini sudah benar baik - baik saja?


"Seulgi kok gak jawab?! Udah belum pesen nya?"

"iya.."

"kalau udah sini sebentar!"



Seulgi mempercepat pekerjaannya dan berjalan menuju tempat Jimin berada setelahnya. Gadis itu duduk di kursi yang berada di dekat ranjang Jimin, memperhatikan wajah Jimin yang sedang terpejam.

Pria itu membuka matanya, langsung mengunci tatapan dari Seulgi yang kini terkekeh melihat Jimin menguap lebar.

Jimin menggeser tubuhnya sedikit, kemudian menepuk sisi kosong yang baru dia tempati sambil memandang Kang Seulgi. Dia berusaha memberitau Seulgi agar gadis itu naik dan berbaring di sampingnya. Tapi gadis itu menggeleng kemudian menunduk. Jimin merasa heran. Dia bangun dari tidurnya dan duduk menghadap lurus ke arah Seulgi.

"why?" tanya Jimin yang hanya dibalas gelengan oleh Gadis Kang.

Jimin turun dari ranjangnya, berjalan mendekat ke arah Seulgi dan duduk di depannya, di lantai, tepat di bawah Seulgi yang duduk di atas kursi.

Tangan Jimin terulur ke atas meraih pipi Seulgi dan mengelusnya.

"lo kurusan tapi pipi masih kaya gini? Hebat sih!"

"apasih?"

Jimin terkekeh. Dia senang ketika melihat wajah sebal Seulgi. Itu lebih menyenangkan daripada melihatnya murung tak berekspresi.

Pria itu berdiri kali ini posisinya lebih tinggi dari Seulgi. Jimin menarik tangan Seulgi hingga berdiri, berhadapan dengannya, sangat dekat.



"YA! Park Jim-"

"....."

Bruk!


Bed(t) Friend - SeulMin [Complete] [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang