BAB 1

31.1K 1.3K 1.1K
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WR WB.

"Thania Aurora, hukuman lo ditambah. Sekarang ke lapangan dan lari tujuh putaran." Seorang laki-laki berparas tampan dengan sorot tajam itu berucap dingin. Sosok pemilik tubuh tinggi menjulang yang dibalut oleh seragam sekolah serta almamater, yang menonjolkan badan atletisnya itu terlihat sangat sempurna.

Suara laki-laki itu pun seksi, berat dan serak.

Thania cemberut, dia menunduk dan mencibir pelan, kemudian mengangkat kepala dan tersenyum menawan. "Aksa, lo ganteng, tapi—"

"Gue tahu," sela Aksa cepat. Dia menatap Thania dengan sorot mata tajam, lalu berucap dingin. "Cepet ke lapangan!"

Thania menghela napas. Dia mencibir pelan. "Cipit ki lipingin."

"Thania, hukuman lo ditambah membersihkan taman belakang!"

Mata cantik itu membola sempurna. Thania menghela napas kasar. "Nggak bisa git—"

"Nggak ada bantahan!"

Thania mencebik kesal, rasanya ingin sekali dia memukul pantat Aksa hingga benjol. Namun gadis itu tidak berani. Thania menatap Aksa sinis kemudian pergi ke lapangan, meninggalkan Aksa yang menatapnya datar.

Kini, Thania berlari di lapangan sesuai perintah Aksa. Mulutnya berkomat-kamit menjelekkan si muka datar yang tengah mengawasinya di pinggir lapangan. "Sialan, gue santet lo Aksa!

Putaran demi putaran dilalui oleh Thania. Matahari sudah mulai naik dan Thania malas untuk melanjutkan hukumannya.

Thania berhenti dan menunduk guna menghilangkan pening di kepala, dia seka keringat yang mengalir di pelipisnya dengan punggung tangan.

Thania berjalan keluar dari area lapangan tanpa menyelesaikan hukumannya. Persetan dengan Aksa, dia tidak peduli.

"Hukuman lo belum selesai, Thania!" Aksa menarik kerah belakang Thania hingga terhuyung ke belakang.

Thania yang ditarik seperti itu hanya pasrah. "Aksa, gue lagi sakit."

"Nggak usah drama, basi!"

Thania mencibir, "Lepasin dulu, Sa."

Aksa menurut. Dia memegang pundak Thania dengan kedua tangan kekarnya. "Hadap gue!"

Thania berdecak. Dia berbalik memandang Aksa dengan sinis. "Apa?"

"Hukuman lo ditambah. Bersihin semua toilet perempuan dari lantai satu sampai lantai tiga. Setelah itu, lo boleh masuk." Aksa berbalik, tetapi belum tiga langkah, dia berhenti. Lantas, suara dinginnya pun terdengar. "Selesaikan dulu hukuman lari lo, sebanyak sepuluh kali putaran!"

"Satu lagi, untuk hukuman di taman belakang, diubah setelah pulang sekolah!"

Mendengar itu, Thania hanya menganga, kemudian berdecak kagum, dia bersorak, "Gila! Si muka datar ngomong panjang kali lebar!"

Aksa yang mendengar itu sontak menggeleng-geleng, tidak habis pikir. "Gadis gila."

****

"Thania, hukuman lo masih berlaku." Aksa, cowok itu bersedekap, memandang Thania dengan sorot mata tajam.

Thania berdecak kesal saat melihat Aksa memergokinya. Gagal sudah rencana kabur yang dia susun. "Sa, lo nggak capek ngehukum gue terus? Lo nggak bosen, gitu? Gue bosen, Sa, ketemu lo terus."

Aksa mengangkat alisnya sebelah. "Nggak usah banyak cincong, sana kerjain!"

"Argh! Kesel gue sama lo!" Thania mengentak-entakkan kakinya kasar, dia menyenggol bahu Aksa keras saat melewati pemuda itu.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang