BAB 20

5.8K 399 118
                                    

Dirgael Richards Alvarez, lelaki paruh baya yang sudah memasuki usia lebih dari kepala empat. Pemilik perusahaan terbesar nomor satu di Asia dan memiliki banyak cabang perusahaan di mana-mana yang tidak kalah terkenal dari perusahaan-perusahaan lainnya.

Selain kekayaannya, dia juga masuk dalam jajaran lelaki tampan dan incaran para wanita. Hanya satu wanita yang membuat Dirgael tertarik dan jatuh cinta. Siapa lagi kalau bukan istrinya, Kayla Elsafhier Alvarez.

Dia Dirgael, kakek Thania dan Satria.

Sejak sejam lalu, Dirgael berkutat dengan dokumen-dokumen yang menumpuk. Sesekali membenarkan letak kaca matanya yang terpasang. Selang beberapa menit, akhirnya pekerjaannya selesai.

Tangan besar itu meraih handphone yang sedari tadi dia matikan. Baru saja mengaktifkan datanya, banyak sekali pesan dan panggilan yang tidak terjawab. Tapi, fokusnya hanya satu, yaitu pesan dari cucunya.

Mengklik pesan tersebut.

Cucuku :

| thania berada di rumah sakit |

 ****

Di sebuah ruangan bernuansa putih dengan bau obat-obatan yang menyengat, terdapat seorang gadis cantik yang sedang asyik melamun.

Entah sudah berapa lama dirinya berdiam diri dengan banyaknya pertanyaan yang masuk ke dalam otaknya.

"Gue tidur selama itu?" Gumamnya. "Masa sih?"

Bunyi pintu yang dibuka membuat lamunannya buyar. Dia melihat ke arah pintu dan tampaklah kakaknya yang mematung.

"Ngapain berdiri di situ, Bang?"

Satria mengejap. "Kamu sudah bangun?" Pertanyaan yang tidak perlu dijawab.

"Hm."

Satria menghampiri Thania dan tanpa persetujuan, Satria mendekap Thania dengan erat sambil bergumam terima kasih dan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa yang telah mengabulkan do'anya.

Thania membalas pelukan Satria. "Udah, Bang. Aku masih hidup kok belum mati."

"Ck, kamu!" Satria menjitak kening Thania pelan. "Abang khawatir oncom."

Thania tersenyum tipis dan melepaskan pelukannya.

"Makasih, Bang."

Satria tersenyum. "Sama-sama."

Thania menghela napas panjang, dia harus meminta maaf kepada kakaknya yang selama ini dia susahkan. Thania sadar, tidak seharusnya dia seperti itu.

"Bang, aku minta maaf, karen-"

"Minta maaf kenap-"

"Diem dulu elah, Bang. Jangan potong omongan aku."

"Okay."

Thania mengembuskan napasnya perlahan. "Aku minta maaf karena selama ini aku suka nyusahin Abang. Aku minta maaf."

Satria masih diam.

Thania kembali melanjutkan ucapannya. "Tolong ajarin aku, nasihati aku kalau aku hilaf."

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang