BAB 36

3.1K 257 240
                                    

Duduk menatap pemandangan malam selalu membuatnya tenang, walau bintang lebih sering bersembunyi dibalik langit, tapi itu tidak mengurangi keindahan malam ini. Suasana kafe  yang ramai dan didominasi pasangan muda-mudi membuat ketenangan itu sirna. Apalagi ketika pandangannya menatap orang-orang yang berpacaran tidak tahu tempat! Menyebalkan!

Melirik jam di pergelangan tangannya, ternyata sudah pukul sembilan lewat tiga puluh menit. "Huh. Kayaknya bang Satria kesel sama gue deh," monolog Thania. Mungkin kakaknya sedang tidak mood karena kehujanan atau karena dirinya yang banyak bertanya?

Dering ponsel mengalihkan pandangan membuat gadis yang memakai pakaian serba hitam itu berdecak kesal saat melihat nama yang meneleponnya. Thania sengaja mengabaikannya, panggilan kedua Thania juga mengabaikannya. Panggilan ketiga, baru Thania mengangkatnya dengan malas-malasan.

"Apa?"

"Thania! Tolongin gue! G-gue di uhuk! Di jalan dolly!"

Plak!

Thania beringsut bangkit mendengar Luna yang terdengar ketakutan. "Lo kenap—? Lun! Lun! Luna! Ck!"

Thania langsung berlari, meninggalkan orang-orang yang terlihat penasaran. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat tak sengaja menabrak seorang waitress yang sedang membawa minuman dan makanan.

"Awsh—!" Waitress itu masih bersimpuh. "Mbak! Kalau jalan lihat-lihat dong!" Waitress itu membersihkan minuman dan makanan yang berceceran di lantai.

Thania mengangkat alisnya sebelah, merasa tidak asing dengan suara waitress itu. "Maaf Mbak! Gue lagi buru-buru soalnya."

Setelah membersihkan, waitress tersebut berdiri dan mendongak, seketika matanya membulat. "Thania?"

Thania menatap lama waitress itu. "Oh, jadi ini layanan yang lo maksud?" Gadis itu terbahak. "Gila lo! Bikin nething aja! Gue kira layanan yang di ekhem-ekhem gitu ...."

Thania menampol kepalanya sendiri. "Edan! Kotor banget pikiran gue," katanya pelan, nyaris seperti bisikan.

Waitress itu menggaruk kepalanya gatal, dia sebenarnya canggung berdekatan dengan Thania dan merasa bersalah. "Thania gue minta ma—"

"Iya-iya, tenang aja gue udah maafin lo kok. Lagian itu udah berlalu juga."

Thania menepuk jidatnya. Dia lupa! Temannya sedang membutuhkan pertolongan. Sebelum pergi Thania berkata, "Masalah ini lo tenang aja, nanti gue bilang sama abang gue biar lo nggak dipecat karena nggak becus bekerja."

Waitress itu mengangguk dan tersenyum manis, berbeda di dalam hatinya yang menggerutu kesal karena disalahkan. Sabar-sabar.

Thania tersenyum tipis. "Bye Vitri! Semoga hari lo bahagia selalu!"

****

Thania mengepalkan tangan, dia menyorot tajam ke arah geng motor tersebut.

Tatapan Thania mengarah ke arah Luna, kedua tangan dan kedua kaki gadis itu diikat.

Mata Luna berkaca-kaca menatap Thania, bibirnya dibekap dengan lakban hitam.

"Kalian siapa?" tanya Thania akhirnya. Jika diperhatikan, tampang mereka lumayan. Tapi sorry ya, dia tidak berminat.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang