BAB 41

2.7K 213 134
                                    

Sudah dua jam lamanya, Galang duduk di samping Thania. Tapi pemuda itu sama sekali tidak mengeluarkan suara atau sekedar basa-basi untuk menanyakan keadaan Thania.

Galang menatap serius Thania, saking seriusnya tatapan Galang membuat Thania jengkel. "Apaan sih?!" Thania memalingkan wajah. Sungguh kesal dengan pemuda yang bernama Galang itu. Sedari tadi terus menatapnya tanpa sepatah kata, bibir pemuda itu tetap bungkam.

Andai Farel dan Rayhan belum pulang, mungkin Thania tidak sejenuh sekarang. Entah kenapa sekarang dia jadi menyesal telah menyuruh Farel pulang dan kenapa Rayhan harus ikut pulang segala.

Thania menghela napas panjang, dia berusaha untuk duduk. Tiba-tiba Thania tersentak saat merasakan tangan kekar yang melingkar di bahunya. Dia melihat ke arah Galang dan sayangnya Galang tidak melihat ke arah Thania. Jadi Thania hanya memandangi wajah Galang dengan jarak sedekat ini. Sapuan napas menerpa wajahnya sampai membuat Thania terkejut untuk ke sekian kalinya. Thania berdeham untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Sial kenapa gue kayak gini sih?!" gerutu Thania dalam hati.

"Udah kenyang lo natap gue?"

Thania memalingkan wajah, malu. Entah ke mana sifat malu-maluinnya yang tiba-tiba menghilang?

Galang terkekeh lucu melihat tingkah Thania seperti itu. "Lo lucu."

Uhuk uhuk

Thania terbatuk kecil, dia berdeham untuk menetralkan jantungnya yang tiba-tiba berdecak lebih cepat dari biasanya. Bukan, bukan karena Thania jatuh cinta, dia hanya agak merinding saja. Sialan lo Galang!

"Lo pulang deh!" Thania mengibaskan tangannya seolah-olah dia mengusir cowok itu. "Daripada lo di sini duduk diem cuma merhatiin gue, ya buat apa? Ngajak ngobrol kagak, bisu iya!" Thania menatap Galang sinis.

Galang tersenyum. "Oke."

Thania melotot tidak percaya dengan balasan Galang yang di luar ekspektasi.

Thania gelagapan sendiri. Dia kira Galang akan marah seperti waktu itu ketika Thania dengan lancangnya menyuruh Galang untuk mengambil motor dan jangan lupakan juga ucapannya sudah keterlaluan. Thania meringis mengingat itu. Padahal seharusnya dia berterima kasih kepada Galang karena sudah membantu membawa motornya yang kala itu mogok.

Galang berdiri, dia menunduk menatap Thania. Tangannya terangkat mengelus rambut Thania yang tidak terlalu panjang. Setelah beberapa menit, baru Galang berucap, "Gue bukan mereka yang bisa basa-basi." Setelah mengucapkan itu Galang melenggang pergi, meninggalkan Thania yang termenung.

Tinggallah Thania seorang diri di ruangannya. Karena jenuh, dia dengan terpaksa memejamkan mata dan akhirnya tertidur.

Setelah beberapa menit berlalu, Satria datang dan duduk di samping Thania yang sudah terlelap. "Sori, Abang ketiduran di rumah." Entah Thania mendengar atau tidak Satria tetap bicara, "Abang ketemu Galang tadi di parkiran, terus ngobrol sebentar sama dia."

Satria mengucapkan terima kasih kepada pemuda itu yang sudah membantunya menghajar komplotan geng motor yang dipimpin oleh Rama.

Galang tidak banyak berbicara dan hanya membalas dengan anggukkan, bahkan ketika Satria bertanya tentang nama geng mereka, Galang hanya membalas dengan satu kata. 'Printerious.' Lantas, pemuda itu pergi tanpa berbicara lagi

.

See you!

Jangan jadi silent reader. Aku nulis cerita ini gratis kok nggak bayar. Kalian cuma bayar vote aja sama komen. Itu aja kok •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ •̀

Terima kasih.

....

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang