Thania mengerjap pelan ketika matahari mulai mengintip dibalik tirai kamarnya, dia melirik ke arah jam beker di atas nakas yang berdering nyaring. Tangannya bergerak malas mematikan benda tersebut.
Pukul enam pagi Thania sudah bangun, dia regangkan tangannya ke atas lantas menelusupkan satu tangannya ke dalam piyama bagian lengan yang hanya sebatas pundak. Dengan tampang acuh tak acuh Thania menggaruk bagian keteknya dan sesekali dia menguap lebar.
Dengan gerakan malas dia turun dari ranjang, kemudian keluar kamar dan berjalan santai menuruni tangga.
Begitu sampai di meja makan dengan tampilan yang masih acak-acakan, Thania dapat melihat Satria tengah berkutat dengan beberapa peralatan, pria itu sedang membantu Bi Sri membuatkan sarapan.
"Opa sama Oma udah pergi lagi, Bang?" tanya Thania saat duduk di kursi.
Sedangkan Satria mulai menuangkan nasi goreng buatan Bi Sri ke dalam piring sambil berkata, "Udah, tadi subuh."
Thania menggaruk kepalanya. "Cepat amat perginya, nggak sampai sehari, udah pergi lagi aja."
Satria membawa dua piring nasi goreng tersebut ke meja makan. "Biasa, masalah perusahaan."
"Emang nggak ada yang gantiin dulu?"
Satria duduk di samping Thania. Tangannya bergerak mengikat rambut adiknya dengan gerakan pelan. "Ada. Tapi ini masalahnya serius, ada yang korupsi di perusahaan Opa. Jadi masalah ini nggak bisa dianggap sepele, bisa berabe kalau bukan Opa yang tangani."
Thania mengangguk sambil mengunyah nasi goreng yang pas di mulutnya, sangat lezat. "Terus Oma ngapain ikut?"
Satria tersenyum. "Opa bucin sama Oma. Jadi ke mana pun Opa pergi Oma harus ikut. Opa itu nggak bisa jauh-jauh dari Oma."
Thania mengangguk paham. "Oh."
Satria menyantap nasi goreng tersebut dengan gerakan santai. Dia sudah rapi dengan Jas kantornya. "Kamu nggak sekolah?"
Thania menggeleng. "Mager, Bang ...."
Satria menghela napas panjang. "Besok LDKS buat OSIS baru," ucapnya tiba-tiba. Tangannya bergerak mengambil piring bekas Thania dan menumpuknya dengan piring bekas makan dirinya.
"Kok Abang tahu?" tanya Thania.
"Dari wali kelas kamu." Tidak heran jika Satria selalu mengetahui tentang kegiatan di sekolah Thania. Satria selalu berkomunikasi dengan guru-guru di sana. Dia selalu dapat informasi apa saja kegiatan sekolah yang akan dilaksanakan. Dibanding Thania yang tidak tahu apa-apa jika ada kegiatan sekolah.
Thania mengangguk. "Jadi besok libur dong?"
"Nggak libur. Tapi yang ikutan LDKS dispen."
"Enak dong nggak belajar."
Satria menjitak kening Thania pelan. "Dasar." Kemudian Satria berdiri dari duduknya sambil membawa piring bekas makan tersebut untuk dicuci.
Thania bertopang dagu, memikirkan kegiatan apa yang harus dilakukan hari ini. Jemarinya terus mengetuk meja dengan pelan. "Apa gue ke butik aja ya?" monolognya lalu mengangguk membenarkan. "Bolehlah. Dari pada nggak ada kerjaan sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...