BAB 35

3K 263 198
                                    

"Bang? Kenapa basah gini?”

Satria memutar bola mata malas. Sedari tadi, Thania terus saja berceloteh membuat Satria jengkel. Padahal dirinya sudah menceritakan bahwa dia kehujanan jalan, setelah bermain futsal bersama teman-temannya.

"Berisik, Tha. Dari tadi ngomong mulu perasaan."

Brak!

Thania mengerjap, dia mengelus dada. "Buset ...!" Thania terkejut dengan suara pintu yang ditutup kencang.

 Suara gemercik air terdengar, pertanda Satria tengah membersihkan tubuh basah dan kotornya.

Thania yang tidak ada keperluan lagi di kamar kakaknya, segera keluar dan menutup pintu dengan gerakan pelan.

Di setiap langkah, Thania memikirkan kakaknya. "Takut Bang Satria sakit, bisa repot nanti ...."

"Thania! Kita mau balik."

"Eh, emang udah reda?" tanya Thania.

Luna, Faura, Ghea dan terakhir Acha yang masih merem melek, terlihat sekali masih mengantuk, membuat Thania menggeleng-geleng prihatin. Pasti Acha dibangunkan secara paksa.

Luna melirik jam tangannya. "Dari tadi, udah jam tujuh malam nih! Belum lagi nganterin mereka satu persatu ke rumahnya." Luna menghela napas berat. "Pasti gue pulang larut," keluhnya.

Faura dan Ghea hanya cengengesan.

Thania mengantar mereka ke depan rumah, kemudian melambaikan tangan, saat bunyi klakson mobil milik Luna terdengar. "Hati-hati lo pada!" teriaknya keras.

Setelah mobil Luna tidak terlihat lagi, segera Thania masuk rumah. Ketika akan menuju kamarnya, Thania berpapasan dengan Satria. "Bang-?" Thania menjilat bibir bawahnya saat Satria hanya melewati begitu saja.

Thania kembali melanjutkan langkahnya dengan lesu. "Itu orang kenapa sih?" monolognya.

 ****

Tin!

"Hati-hati, Lun!" teriak Faura.

Luna mengendarai mobilnya dengan santai sambil bersenandung, mengikuti musik yang diputar. Jalanan cukup sepi, karena sekarang sudah larut malam. Jarak rumah Faura dan rumahnya cukup dekat dan jalannya juga searah. Berbeda dengan arah rumah Ghea serta Acha yang menempuh waktu lebih lama.

Luna menghela napas, dia baru selesai mengantar pulang Acha, Ghea dan terakhir Faura yang ternyata menguras tenaga juga bensin. "Hah ... kayaknya habis bensin, deh ...," Keluhan itu keluar dari mulut Luna, dan dia menjerit kesal. "Anj! Plislahhh! Jangan sekar- AAAAA!"

Luna beringsut bangkit dan kepalanya kepentok atap mobil. "Aw!" Luna kembali duduk dan kembali melirik ke arah kaca mobil di sampingnya. Setelah melihat siapa orang yang barusan mengintip, Faura menghela napas lega. "Gue kira setan."

Tok tok

"Mbak, kenapa berhenti di tengah jalan?" tanya orang itu.

Luna menurunkan kaca mobilnya sedikit dan menjawab tanpa menoleh ke arah orang tersebut. "Habis ben-" Mata Luna seketika membola melihat seorang pemuda tampan dan memakai topi hitam serta masker. "Buset pake masker aja udah kelihatan ganteng banget! Coba kalau di buka. Behhh ... Ganteng banget pasti, " batinnya menjerit.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang