BAB 12

7.6K 487 227
                                    

"Ihh, Acha mau dibawa ke mana?!"

"Lepasin Acha! Acha takut!"

"Berisik! Sakit nih kuping gue!"

Thania menyentak tangan Acha dengan kasar, membuat sang empu mengerucutkan bibirnya.

"Ih, Acha kan cuma nanya." Acha menjawab dengan pipi yang mengembung.

"Acha nggak jadi nge-fans, ah. Kak Thania jahat! Acha nggak suka."

Thania bergidik geli. "Sumpah, gue jijik, ih!"

"Kak Thania bawa Acha ke sini ngapain?" tanya Acha sambil melihat-lihat tempat yang jarang dikunjungi oleh murid lain.

"Mau nyunat lo!" jawab Thania ketus.

Mata Acha membola. "Ih, Acha, kan,  udah disunat, masa disunat lagi, sih?"

"Kata siapa, Cil?" tanya Thania sambil menatap Acha yang setinggi dadanya. Terlihat imut dan menggemaskan dengan baju seragam kebesaran, pipi chubby dan bibir merah alami.

"Kata mami Acha."

Thania mengangguk dan duduk di bangku panjang dekat tembok. Dia mengeluarkan vape di saku jas almamaternya, kemudian menghisapnya, membuat Acha terbatuk-batuk.

"Ih, Acha nggak suka yang berasap! Engap, tahu!"

Thania terperanjat. Dia menggeram kesal. "Pergi lo, Cil. Ganggu ketenangan aja!"

"Ih, Acha kan nggak tahu jalan pulangnya!" Acha kembali berteriak, membuat Thania menghela napas sabar menghadapi bocil semacam Acha.

"Lagian Kak Thania ngapain bawa Acha ke sini?!"

"Ah, anjir! Bacot, anjing, bacot!" umpat Thania sambil mengacak-acak rambutnya kesal.

"Pergi lo pergi! Sebelum gue santet lo!"

Acha mengentak-entakkan kakinya kesal. Dia melenggang pergi, meninggalkan Thania yang masih berada di taman belakang.

"Dari tadi, kek!"

Thania kembali menghisap vape-nya, kemudian mengembuskan asapnya  perlahan. "Padahal tadi gue pengin ngajakin dia jadi babu pertama di hidup gue."

Thania menggeleng-geleng, tidak habis pikir dengan pemikiran konyol ini. "Ingat, Tha, anak orang. Main babu-babu aja lo, ah!" monolognya.

Sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba sebuah notifikasi dari ponsel miliknya bergetar di saku roknya. Thania merogoh ponselnya, lalu melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya.

Aksa ketos sinting🖕:
| gue tunggu di kafe |

Thania syok. Aksa si ketos sinting mengirim pesan kepadanya. Gadis itu tersenyum manis, jujur dia sangat rindu menjahili pemuda itu.

Thania segera mengetik balasan.

Thania:
| lo kngn ya sama gue? Smpe² lo ngajakin gue ketemuan |
| sweet bngt sih pcr aku |

Sedangkan di seberang sana. Aksa menatap datar ponsel yang digenggamnya, menunggu notif dari seseorang.

Aksa menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, saat mendapatkan pesan tersebut. Gadis ini!

Thania:
| g vape ue off dulu y ketos sinting.
| soalnya gue ketahuan sama osis lagi ngevape |

Aksa menggeleng-geleng. Gadis itu belum berubah sikapnya, masih sama.

"Sa, ayo! Katanya mau rapat OSIS."

Aksa mengangguk.

Di sisi lain, Thania tengah menjalani hukuman karena ketahuan menghirup vape oleh Shaka. Gadis itu menggerutu kesal. "Pasti si Acha, nih, cepu," kata Thania yakin.

Shaka memantau Thania yang tengah menjalani hukuman, menghela napas berat. Sebenarnya Shaka malas harus menjaga gadis onar itu, namun dia harus bersikap profesional karena bagaimanapun, ini sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Shut, shut, oy!" panggil Thania.

"Apa?" Shaka berjalan menghampiri Thania.

"Gue laper." Thania mengelus perut ratanya. "Kasihan cacing gue di dalam minta-minta."

"Terus? Urusan sama gue apa?" Shaka menyahut dengan tampang datar.

Thania cemberut. "Kalau gue pingsan, lo tanggung jawab ya gendong gue sampe rumah sakit, tanpa naik kendaraan!" balasnya sewot.

Shaka mengangguk, lebih baik dia menyetujui daripada gadis itu semakin tantrum. "Yaudah, lo ke kantin!" 

"Yes! Makasih." Thania hendak pergi, namun suara Shaka kembali terdengar.

"Gue nggak mau tanggung jawab kalau lo ketahuan guru BK."

"Aman." Saat Thania akan kembali melangkah, dia berhenti sesaat dan melihat ke arah Shaka. "Maafin gue, gara-gara gue, lo ketinggalan pelajaran."

Shaka menghela napas panjang dan berujar, "Bagus kalau lo sadar! Tapi ingat! Lo jangan keseringan kayak gini. Jangan sering-sering ngerokok di lingkungan sekolah, apalagi diumbar-umbar." Shaka tersenyum tipis dan melanjutkan ucapannya lagi. "Meskipun lo masih terbilang baru di sini dan apa yang Zoni katakan benar, lo harus jadi contoh buat adik kelas lo."

Shaka menepuk pundak Thania dengan lembut. "Gue nggak larang, tapi jangan keseringan, nggak baik buat tubuh lo," Shaka menjeda ucapannya.

"Kurangi kebiasaan lo itu."

 ****

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang