BAB 44

1.9K 113 107
                                    

"Shaka kuy otw!"

Zoni berteriak di depan pintu rumah Shaka. Dia mengetuk pintu itu brutal, sesekali menendangnya kuat. "Shaka!"

Akbar mengelus dadanya. "Setan satu ini, Nauzubillah."

Dito duduk di teras, kakinya dia selonjorkan. "Teken bel aja, Zon. Pintu orang nanti rusak kalau lo tendang-tendang terus. "

"Rusak juga bodoamat, nggak peduli gue mah."

Zoni kesal, sudah tiga puluh menit menunggu Shaka. Namun, pemuda itu tidak kunjung membuka pintu.

Zoni terus memukul, menendang, hingga pintu tersebut, terbuka menampakkan muka bantal Shaka.

"Apaan sih?!" Shaka mendengkus kesal.

Zoni meraup wajah ganteng Shaka. "Ipiin sih. Katanya mau jenguk Thania? Jadi nggak?" Zoni bertanya dengan nada malas. Dia sangat kesal dengan Shaka.

Mata sayu Shaka seketika berbinar, "Oh iya, lupa gue." Shaka menutup pintu rumahnya dengan kencang membuat Zoni terperanjat.

Dito yang sedari tadi duduk di lantai seketika bangun, sedangkan Akbar kembali mengelus dadanya sambil menggeleng-geleng. Entahlah semenjak berteman dengan mereka, Akbar selalu mengucapkan banyak istighfar.

Berteman dengan mereka bukan kesengajaan melainkan ketidaksengajaan. Entah siapa yang memulai, keempatnya menjadi dekat.

Hubungan antara Shaka dan Zoni memang keduanya sudah lama dekat. Berbeda dengan Akbar dan Dito yang tidak terlalu dekat. Namun, Seiring berjalannya waktu dan kebersamaan dalam kepengurusan organisasi membuat mereka menjadi teman yang saling membutuhkan hingga kini.

"Disuruh masuk apa kek gitu?! Lah ini?!" Dito menendang pintu rumah Shaka kesal. "Bangke lo Shaka!"

Akbar yang sedari tadi berdiri di samping Zoni hanya tersenyum maklum. "Sabar ...."

Zoni berdecak kasar. "Sabar-sabar gimana? Anjayy!" Zoni berteriak di akhir. "Kesel gue." Bagaimana tidak kesal, dia bagaikan cacing kepanasan menunggu Shaka sampai kakinya kesemutan.

Akbar menghela napas panjang. "Ya, sabar ...."

Zoni mendelik sinis menatap Akbar yang kini tengah tersenyum polos sambil menepuk-nepuk pundaknya. "Bacot, Bar! Bacot!"

Pintu rumah terbuka kembali menampakkan pemilik rumah ini yang sudah rapi dengan pakaian kasualnya. "Ayo berangkat!"

"Lama lo! " sinis Zoni.

Shaka mengedikkan bahu acuh, mengabaikan perkataan Zoni.

"Jadi apa nggak nih? " tanya Shaka.

Akbar mengangguk. "Jadi, tapi alamatnya nggak tahu, coba tanya Fau atau Ghea. "

"Tapi bener kan Thania di rumah sakit?" Dito bertanya, dia takut jika faura dan Ghea berbohong.

"Bener Dit, lagian udah ada buktinya Thania nggk kelihatan di sekolah."

Zoni menjawab ucapan Dito. "Ya, siapa tahu, kan nggak sekolah atau bolos."

Akbar menyahut, "Makanya sekarang kita samperin, biar jelas! "

"Ya, udah ayo! "

****

"Ayo!"

Kenzo menarik tangan Dellon, sedangkan yang ditarik nampak bangun dengan malas.

"Nggak usah pegang-pegang juga kali ...." Dellon menepis tangan Kenzo kasar.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang