Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah 2 minggu Thania bersekolah di Tunas Bangsa. Saat ini, gadis nakal itu tengah berjalan di koridor sekolah sambil menenteng skateboard yang baru dibelinya kemarin. Thania berjalan dengan angkuh tanpa mempedulikan apapun, kedua earphone di telinga semakin menegaskan bahwa gadis itu tidak ingin diganggu dan hal itu membuat siapapun yang menatapnya menciut. Terlalu segan untuk menyapa atau sekedar basa-basi.
Thania menurunkan skateboard-nya, kemudian menaikkan satu kakinya dan satu kakinya lagi mengayun-ayun ke belakang. Dia meluncur dengan santai di koridor sambil mengunyah permen karet. Semua murid seketika langsung menepi ke samping agar memberi jalan untuk gadis nakal itu.
Thania dengan santai meludah, membuang permen karet itu ke samping, lalu tangannya merogoh vape di saku.
Sambil meluncur santai, Thania menghisap vape itu. Tidak peduli dengan koridor yang ramai dan mungkin disertai CCTV. Gadis itu tetap melanjutkan kegiatannya.
Sebagian guru sudah angkat tangan dengan kenakalan Thania, kecuali OSIS dan guru BK yang masih menasihati dan menceramahinya.
"Thania!"
Gadis itu menghentikan skateboard-nya dan melihat ke arah orang yang berteriak, memanggil namanya.
Thania memutar bola mata malas, melihat Shaka dan seorang gadis. "Apa?"
Sungguh, untuk saat ini dia terlalu malas untuk meladeninya. Mood-nya sedang buruk.
"Tahu peraturan sekolah?" tanya Shaka.
Thania tersenyum dan menggeleng dengan wajah polos.
Gadis di samping Shaka menatap Thania dari atas sampai bawah. Dia berdecak kesal melihat penampilan Thania. Seragam ketat dan rok jauh di atas lutut, rambut di cat blonde dipadukan dengan merah muda di bagian ujung.
"Thania, sekolah di sini dilarang membawa vape."
Thania menatap santai Shaka dan gadis di depannya, dia melirik ke arah name tag yang dikenakan oleh si gadis. Nabila putri.
"Lo siapa?"
Nabila menganga merasa tidak percaya. "Gue ketua MPK," jawab Nabila malas, tidak habis pikir dengan Thania yang tidak mengetahui jabatannya.
Thania mengangguk, kemudian mengalihkan pandangan dan tertawa kecil karena sekarang dia sudah diperhatikan sepenuhnya oleh para murid. Ya, walaupun sedari awal Thania sudah menjadi pusat perhatian.
Thania menguap. "Aduh, gue nggak ada urusan sama kalian, minggir dong!" ucap Thania, malas meladeni mereka.
Nabila mencekal lengan Thania kuat saat gadis itu akan pergi dari hadapannya. "Lo harus ikut kita ke BK!"
Thania mengentakkan tangan Nabila dengan kasar. "Ogah!" ketus Thania memandang Nabila tajam.
"Jangan pegang-pegang tangan suci gue." Thania memandang Nabila sinis. "Lo itu najis! Awas ah minggir!"
Nabila menggeram, merasa direndahkan. "Lo! Berani-beraninya bilang gitu sama gue!" Wajah Nabila memerah, dia terlihat marah.
"Bacot!"
Nabila geram. Dia sebagai ketua MPK merasa tidak dihargai sama sekali. Nabila memang terkenal dengan sifatnya yang temperamen. Tangannya terangkat, menampar pipi Thania kuat sampai Thania menoleh ke samping dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Perlakuan Nabila membuat kerumunan bertambah heboh, karena melihat aksi Nabila yang di luar batas.
Thania terkekeh ringan, dia menatap Nabila tajam. Dengan sengaja, Thania mengepulkan asap vape-nya di depan wajah Nabila sampai gadis itu mundur dan terbatuk. Terlihat jelas tidak menyukai yang berasap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...