BAB 47

2.1K 112 105
                                    

Orang tua mengharapkan anaknya menjadi orang yang sukses dan berpendidikan. Tapi, tidak semua anak mengharapkan keinginan orang tuanya. Ada sebagian anak cenderung sesukanya, tidak mau diatur karena menurutnya hidup dia sendiri yang mengatur.

Sebagai orang tua yang sudah tua, umurnya tidak lagi muda, membuatnya selalu menunggu kematian. Dan kematian tidak ada yang tahu bukan? Baik itu sekarang, esok, ataupun lusa.

Hari ini, langit cukup gelap dengan kabut yang menggumpal, sebentar lagi hujan akan turun menemani kesedihan seorang gadis yang memeluk jasad Omanya. Kayla Elsafhier Alvarez. Seorang wanita tua yang baik, penyayang dan tegas. Dialah yang mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik. Omanya lah yang mengharapkannya menjadi orang sukses dan berpendidikan tinggi.

Thania tergugu, hatinya sesak ketika dia mendapat kabar dari kepala sekolah yang mengatakan Omanya masuk Rumah Sakit. Thania yang kala itu masih di sekolah sedang mengerjakan ulangan hari kelimanya.

Tidak terasa bukan? Sudah lima hari Thania mengikuti ulangan dengan benar. Namun, di ujian terakhir Thania mendapat kabar yang mengharuskannya pergi ke bandara dimana sang kakak telah menunggu.

Satria dan Thania datang terlambat, ketika sampai di sana, Omanya telah tiada. Kematian ini diakibatkan oleh penyakit kanker paru-paru yang diderita oleh Omanya selama ini.

Thania ingat, Omanya pecandu rokok seperti dirinya. Tapi, Kayla bisa membatasinya sebab dia tidak mau meninggal dunia di usia muda. Kayla yang dulu seorang detektif handal tentu saja membutuhkan pelampiasan dengan merokok jika target yang diincarnya gagal.

Dan hari ini adalah kesalahan terbesar yang dilakukan Omanya, karena beliau merokok, merasa rindu dengan temannya itu. Bukan Thania saja yang gila, tapi Omanya juga gila menganggap benda mati itu teman.

Kayla yang sudah tua dan memiliki penyakit jantung dan paru-paru yang sudah kronis tentu saja dengan merokok adalah kesalahan besar. "Sudah tua banyak gaul, sih!" Gerutu Thania dalam hati. Meskipun raut wajahnya memancarkan kehampaan dan kesedihan, tetapi hatinya sedang mengomentari jasad di depannya ini. "Udah tua, punya penyakit malah bunuh diri sendiri. Sudah tahu rokok itu membunuhmu!" kesal Thania dalam hati. Dia tidak sadar apa yang diucapkannya. Thania seperti mengomentari dirinya sendiri.

Satria merangkul adiknya, pemuda itu sedari tadi hanya diam di samping Opanya. Dirgael Richard Alvarez. Satria sangat tahu, Opanya sedang sedih melihat wanita yang sangat dicintainya terbaring dengan kaku. Namun, beliau pandai sekali menyembunyikannya.

"Thania kemari, Oma akan segera diurus." Satria membawa adiknya ke dalam dekapannya. "Opa ayo kita tunggu di luar."

Dirgael mengangguk.

 ****

see you!

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang