BAB 22

5.5K 391 115
                                    

Selamat membaca

Motor KLX yang di kendarai oleh Thania berhenti tepat di halaman luas rumah besar bercat putih. Thania segera melepaskan helmnya kemudian turun dari motor. Alisnya mengernyit melihat mobil yang berjejer rapi di halaman rumahnya.

"Mang Diman!" teriak Thania memanggil supir barunya itu yang sudah bekerja beberapa hari di rumahnya.

"Iya, Non. Ada yang bisa dibantu?"

"Ada siapa di rumah?" tanya Thania.

"Oh itu, di rumah Non ada—"

Brum

Deruman mobil sport warna hitam mengkilap memotong ucapan mang Diman. Pengendara mobil itu turun dan berjalan menghampiri Thania yang kini menatapnya.

"Ada siapa?" Suara bas itu mengalun bagaikan alarm. Thania mengejapkan mata melihat Satria yang terlihat seksi, kemeja di keluarkan, kancingnya dibuka memperlihatkan kaos hitam yang mencetak perut sixpack nya. Dasi yang dililitkan di dahi menambah kesan badboy.

"Wihhhh ... Bang cakep amat!"

Satria memutar bola mata malas. "Ke mana aja kamu, baru lihat Abang mode ganteng?!" ketusnya menatap Thania malas.

Thania cengengesan. "Aku baru balik di Mars, bang."

"Nyenyenye ...."

Mang Diman merasa tidak dibutuhkan pamit undur diri dan dibalas anggukkan oleh Thania dan Satria.

"Yok masuk!" ajak Thania menggandeng tangan kakaknya. Berjalan memasuki rumah, menatap seisi ruangan hingga pandangan jatuh pada sosok pria dan wanita, oh jangan lupakan di belakang kedua orang itu banyak sekali pria berbadan kekar memakai baju hitam yang berjejer rapi.

"Halo, apa kabar cucu-cucu Opa."

Thania mengerjap begitu pun Satria. Otaknya masih loading hingga beberapa detik suara melengking mengisi kesunyian ruangan itu.

"Opa! Oma! Aaaa Thania kangen!"

Thania memeluk kedua orang itu erat, seakan-akan tidak ingin mereka pergi darinya.

Satria melihat itu hanya menggeleng-geleng. Dia duduk di sofa dekat ketiga orang itu yang masih berpelukan.

Thania melepaskan pelukannya, dia duduk di antara kedua orang itu.

Kayla mengelus kepala cucunya sayang. Sedangkan Dirgael hanya sesekali mengecup kepala Thania.

Satria melihat itu mendengkus. Keberadaannya seperti tidak diharapkan, dia, kan cucunya juga!

"Ekhem!" Satria berdeham keras menyadarkan ketiga orang itu. "Jangan lupa masih punya satu cucu lagi," sindirnya.

Kayla terkekeh, "Sini sayang."

Satria tersenyum, dia menghampiri Omanya dan memeluk Kayla erat membuat Dirgael menatapnya datar.

Thania melihat itu terkekeh geli. Dia menepuk paha Dirgael membuat atensinya teralihkan. "Jangan cemburu Opa, Kan ada Thania yang gantiin Oma."

Kayla melepaskan pelukannya dan menatap suaminya itu malas. "Kamu ini, suka cemburu sama cucu sendiri."

Satria tertawa. "Haha dasar kakek-kakek."

Dirgael mendengkus kasar. Dia tidak menanggapi cucu laki-lakinya itu.

"Thania, gimana sekolah kamu?" tanya Kayla.

"Ba—"

"Bandel Oma, nggak pernah masuk kelas. Setiap hari bolos mulu, bikin ulah kerjaannya." Satria tersenyum miring.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang