Decitan suara motor sport memasuki pekarangan sekolah membuat beberapa pasang mata beralih menatap sang pengendara. Bisik-bisik mulai terdengar saling bersahutan karena seragam yang digunakan sang pengendara berbeda.
Pemuda dengan balutan Hoodie hitam masih nangkring di atas jok motornya tanpa ada niatan untuk membuka helm full face nya.
Tidak lama kemudian, datang motor KLX hitam yang terlihat mengkilap dengan motif abstrak yang unik. Pengendara itu membuka helm full face dan membantingnya asal. Dia turun dan menghampiri si pengendara motor sport.
"Turun lo!"
Pengendara motor sport itu menurut dan turun dari motor, langsung berhadapan dengan gadis yang kini memandang tajam.
"Buka helm lo!"
Pemuda itu menurut dan membuka helm full face nya, seketika pekikan dan teriakan histeris dari kaum hawa membuat pemuda itu risih. Beda halnya dengan gadis yang masih berdiri kini diam mematung sambil mengucek matanya berulang kali guna memastikan penglihatannya tidak salah.
"Lo ngapain di sini?"
Pemuda itu mengangkat alisnya sebelah. "Menurut lo?"
"Apanya?"
"Tuh." Matanya mengarah ke motor KLX yang di sampingnya.
"Apasih?!"
"Gue mau ganti rugi."
Gadis itu mengangguk. "Oh." Tangannya menengadah meminta sesuatu dan kembali berucap, "Mana? Yang banyak ngasih duitnya, soalnya motor gue masih baru di modif dan lo seenaknya bikin motor gue lecet."
"Nggak sengaja."
Gadis itu berdecak. "Bodo. Cepetan! Bentar lagi masuk nih."
Pemuda itu menghela napas. "Nih pake," katanya sambil menyerahkan kartu hitam.
Gadis itu memicing. "Ini nggak kosong, 'kan?"
"Nggak."
"Oke. Lo balik sana, nanti gue kembaliin kalau motor gue dah sele-"
"Thania kenapa belum masuk?"
"-sai."
"Hm."
"Oke. Thank you Galang!"
Setelah kepergian Galang, Shaka menatap Thania, sedang menciumi kartu itu beberapa kali membuat Shaka menggeleng-geleng. "Ekhem! Thania."
"Eh iya, kenapa?"
"Masuk!"
Thania menurut dan pergi meninggalkan Shaka yang masih menatap Thania sampai punggung tegap itu hilang ditikungan koridor.
****
Setelah tiga jam berkutat dengan buku pelajaran, bel istirahat akhirnya berbunyi. Disambut dengan gembira oleh semua murid, begitu pun dengan kelas XII IPA 2, mereka semua langsung pergi keluar kelas guna menjernihkan pikiran mereka agar rileks akibat rumus-rumus matematika.
Sama hal dengan Thania, gadis itu mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir dan itu membuat para guru yang mengajar serta para murid sekelasnya menganga tidak percaya.
Saat ini Thania berjalan menyusuri koridor dengan langkah tegas, pandangan tajam yang dia pancarkan membuat para murid tidak berani menatapnya secara terang-terangan.
Thania baru saja kembali dari rumah sakit kemarin, dia tidak langsung pulang. Thania menyuruh Satria mengantar ke bengkel untuk mengambil motor barunya, motor KLX keluaran terbaru yang sudah di modif.
Thania ingin segera menggunakannya, dia berangkat ke sekolah menggunakan motor barunya. Namun, di pertengahan jalan dia disenggol oleh si pengendara motor sport yang membuat Thania oleng dan jatuh. Alhasil motor barunya itu bergesekan dengan aspal yang membuat motor itu lecet. Dan sialnya pengendara motor sport itu malah asyik mengemudikan motornya tanpa ada niatan untuk berhenti atau pun membantu.
Kembali lagi kepada Thania yang saat ini sedang berjalan menuju kantin, perutnya sudah keroncongan minta di isi. Tapi di pertengahan koridor dia malah tertembak bola.
Thania sedikit oleng karena pusing di kepala. Dia menunduk dan seketika matanya membulat saat melihat cairan merah yang mengalir dari hidungnya.
"Thania!"
Suara derap langkah menghampirinya membuat Thania penasaran. Dia melirik sekilas kepada Shaka dan Zoni. Entah kenapa Thania selalu bertemu mereka berdua.
"Lo nggak papa?" Shaka bertanya dengan nada datar.
"Gue nggak papa."
Zoni menjitak kepala Thania pelan. "Hidung lo berdarah."
Thania mendengkus, menghiraukan ucapan Zoni. Tangan Thania sesekali menghapus darah yang mengalir dari hidungnya.
"Sori, gue nggak sengaja."
Perkataan seseorang mengalihkan atensi para murid yang menonton begitu pun dengan Thania.
Shaka menatap tajam orang itu. "Lain kali hati-hati."
Thania menatap orang itu intens, kemudian berujar, "Gue lagi baik hari ini, jadi lo bisa pergi sebelum hari baik ini berubah jadi hari nggak baik buat lo."
Orang itu mengangguk dan melenggang pergi, meninggalkan beberapa murid yang mendesah kecewa karena Thania tidak bereaksi. Tumben.
"Tumben lo nggak balas tuh orang."
Thania mengangkat bahunya acuh. "Gue lagi belajar jadi orang baik."
Zoni mencibir, "Besok-besok lo pasti balas dendam."
Thania mengangguk membenarkan. "Ya pastilah! Orang gue cuma sehari aja jadi orang baik. Jangan harap besok gue masih jadi orang baik."
Setelah mengucapkan itu, Thania pergi meninggalkan Shaka dan Zoni yang geleng-geleng tidak habis pikir.
"Ada ya orang begitu."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...