BAB 19

5.8K 403 150
                                    

08.30

Perlahan-lahan sinar matahari terpancar menembus jendela kamar mengenai seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Kerai dibuka oleh seorang pemuda yang baru saja masuk ke dalam kamar gadis itu.

Satria. Pemuda yang mengenakan style jas berwarna hitam rapi itu menatap adiknya yang masih tertidur pulas.

Hari ini weekend. Tapi, bagi Satria bukan hari libur melainkan hari lembur. Di mana dia harus bekerja dari pagi sampai malam. Di usia ke 24 tahun ini dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan menafkahi adiknya serta pekerja rumahnya.

Cukup melelahkan. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia harus mengurusi perusahaan papanya yang sudah pergi dan butik milik mamanya yang diurus oleh manager kepercayaan mamanya.

Satria awalnya menyuruh Thania untuk mengurus butik mamanya, tapi Thania menolak karena belum siap.

Satria membungkuk badannya sedikit. Tangannya terangkat mengusap adiknya yang masih terlelap, mungkin karena efek bergadang semalaman. Maklum Thania masih tidur karena gadis itu tidur jam empat subuh. Sedangkan Satria tidur lebih awal.

Setelah urusannya selesai. Satria melangkah keluar kamar Thania. Menutup pintu kamar perlahan agar tidak mengganggu orang yang berada di dalam. Menghela napas, kemudian berujar, "Semangat!"

****

Derap langkah sesosok pemuda tampan yang terbalut sepatu pantofel hitam yang mengkilap mengeluarkan gema suara karena suasana begitu sunyi. Para pekerja menunduk hormat kepada penerus perusahaan A'Company, Satria Bagaskara Alvarez.

Satria kini tengah duduk di kursi kebesarannya dengan tatapan tajam membuat Jack yang berdiri di sana tidak berani menatapnya.

"Ceroboh!"

Jack menunduk tidak berani menatap pemuda itu. Auranya benar-benar pekat membuatnya tidak bisa berkutik.

"Maaf, Tuan." Hanya itu yang bisa Jack ucapkan.

Satria menggeram. "Angkat kepalamu Jack!"

Jack tersentak, dia dengan ragu mengangkat kepalanya. Dia menelan salivanya kala matanya bertatap dengan mata tajam milik pemuda itu yang hitam pekat.

Sungguh ini bukan tuan muda yang dikenalnya jika berada di dekat Thania. Sikapnya benar-benar berubah drastis jika menyangkut pekerjaan atau perusahaan yang dikelolanya.

"Jelaskan!"

Jack menghela napas panjang berusaha tenang, dengan ragu dia mulai menjelaskan apa yang terjadi.

"Selama dua minggu. Ada beberapa karyawan yang semena-mena. Saya sendiri pun sudah memarahinya dan menasihatinya, tapi para karyawan itu sama sekali tidak takut—" Jedanya.

"—saham perusahaan menurun tiga persen karena kelalaian mereka."

 Satria memijit keningnya. Pusing dengan apa yang menimpanya. "Kenapa tidak memberitahuku Jack?"

"Ada berapa karyawan yang seperti itu?" tanya Satria.

"Sekitar tujuh orang, Tuan." Jack menjawab dengan tegas.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang