H A P P Y R E A D I N G !
Embusan napas keluar dari lubang hidung Satria, dia dapat bernapas lega setelah mendapatkan informasi keberadaan Thania. Akhirnya, doa-nya terkabul. Aksa pun sudah pulang setelah sholat Dzuhur tadi ketika mengetahui jika adik dari temanya tersebut sedang dalam perjalanan menuju kediaman Bagaskara. Satria yang sudah merepotkan Aksa meminta maaf dan terima kasih. Dan Aksa bilang tidak apa-apa. Lagi pula, sesama teman memang saling merepotkan, kan? Tapi kita juga harus tahu diri, jangan seenaknya.
Brum!
Suara deruman motor membuat Satria yang duduk di ruang tamu menunggu seseorang segera bangkit nan tergesa-gesa. Saat tangannya ingin membuka pintu, pintu itu lebih dulu terbuka dan tampaklah seseorang yang dia tunggu sedari tadi.
Thania yang kala itu masih mengenakan baju lengan panjang serta celana selutut hampir terjungkal ke belakang saat sang kakak tiba-tiba menerjang dengan pelukan.
"Thania, kamu ke mana aja hah?! Bikin Abang khawatir ...."
Thania mengangkat tangannya membalas pelukan Satria, dan menepuk-nepuk punggung kakaknya itu pelan. "Hehe ...."
"Ck, malah nyengir!"
Thania cemberut. Dia pegal pengin duduk, apalagi posisinya masih berdiri di depan pintu, dan itu tidak enak dilihat. "Bang, gue pengin istirahat, capek!"
Satria segera melepas pelukannya, dia menuntun adiknya itu menuju kamar. "Ayo Abang anter. Terus mandi, bau banget badan kamu."
Thania memutar bola mata. Ya iyalah bau, orang belum mandi dari kemarin. Tapi, perasaan tubuhnya masih wangi meskipun tidak mandi seminggu pun.
Setelah mengantar adiknya, Satria pamit karena ada pekerjaan yang harus dia urus di kantor.
"Bang gue titip martabak coklat ya."
Satria mengangguk. "Iya."
Thania menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua lewat dua puluh menit, dia kembali menatap kakaknya. "Tapi ini udah mau sore, Bang. Nggak asa niatan besok aja gitu ke kantornya?"
"Kalau besok, pekerjaan Abang makin numpuk. Lagian masih siang, belum sore."
"Iya-iya, udah sana berangkat, Bang. Keburu makin sore nanti. Oh iya, jangan lupa martabaknya ya ... Dah! Dah!" Thania mendorong Satria agar segera keluar dari kamarnya.
Setelah memastikan Satria sudah pergi. Segera Thania menutup pintu dan menguncinya. Berjalan sempoyongan ke arah kasur dan menjatuhkan tubuhnya dengan telentang.
Pikiran Thania berkelana atas kejadian menimpanya kemarin saat dikejar-kejar komplotan geng motor.
Thania mengacak rambutnya kesal. "Baru kali ini gue dikejar-kejar musuh." Ya, Thania sudah menganggap mereka musuh.
Menghela napas kesal, Thania merangkak dari rebahannya dan berjalan santai ke arah meja belajar. Mengambil sesuatu lalu mengunyahnya.
"Uhuk, uhuk. Pahit anjir!"
Thania berlari keluar kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
Bi Sri yang sedang bersih-bersih di ruang tamu seketika membulat melihat nona nya yang sudah kembali. "Non! Ya ampun! Awas jat— tuh, kan!"
"Awsh—" Thania meringkuk memegang kakinya yang sepertinya terkilir. "Bi, bantuin Bi! Duh, sakit banget ...."
Bi Sri dengan segera membantu Thania berdiri. "Non teh kenapa lari-lari atuh," katanya sembari memapah Thania.
"Haus B," Thania menjawab pelan.
Bi Sri menggeleng-geleng. "Kenapa harus lari-lari atuh, Non. Bahaya," ujarnya. "Sebentar, Bibi ambilkan dulu kompresan."
Thania mengangguk patuh. Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. "Sial banget gue."
****
Galang berserta teman-temannya. Angga, Farel dan Rayhan sedang berkumpul di ruangan khusus di salah satu kediaman Galang. Mereka berempat sedang mengobrol masalah semalam saat seorang gadis dikejar-kejar oleh komplotan geng motor.
"Untung gue ngikutin Thania," ucap Angga. Ya, saat Thania pamit pulang, dia segera mengikuti gadis itu dari jarak jauh. Angga merasa khawatir jika seorang perempuan pulang malam, meskipun dia sadar Thania bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi, tidak menutup kemungkinan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dan benar, saat itu dia terkejut melihat Thania dihadang oleh salah satu geng motor.
Dari situ, Angga bersembunyi di semak-semak dengan mendorong motornya agar tidak menimbulkan suara. Dia melihat mereka dari kejauhan.
Angga dibuat takjub oleh Thania yang tidak ada takutnya sama sekali, dan gadis itu kini sudah melesat pergi dengan diikuti para anggota geng yang mengejarnya.
Ketika Angga dapat melihat nama geng yang mengejar Thania, dia sangat terkejut, segera saja Angga menghubungi Galang agar segera datang bersama Farel juga Rayhan.
"Itu, kan si Ucup sama antek-anteknya," ucap Farel.
Rayhan menatap Farel jengkel. "Nama orang nggak usah di ganti-ganti, Rel."
Farel memutar bola matanya. "Serah gue lah."
"By the way, gue kangen Noval sama Nasal. Kira-kira mereka berdua lagi ngapain yah?" Celetuk Farel. Dia menatap sang ketua. "Lang, menurut lo kasih tahu nggak tentang masalah ini?"
Galang mengangguk. "Ya."
"Gue aneh sama si Ucup, bisa-bisanya punya geng motor." Rayhan berucap santai. Dia mengambil minuman jus jeruk yang sudah disediakan. "Gabut kali ya?"
Farel tertawa. "Gabutnya serem."
Galang terkekeh ringan. Dia melirik ke arah Angga. "Nama geng mereka apa?"
Angga yang sedari tadi fokus merokok menjawab dengan santai. "Printerous."
Galang mengangguk.
Angga termenung, memikirkan kejadian semalam. "Kenapa Printerous ngincar Thania?" Pertanyaan Angga hanya dibalas gelengan oleh mereka.
****
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
See you!
>•<
NATHANIEL RAFAREL KEDERICK
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...