BAB 46

2K 111 102
                                    

Thania menatap cermin, gadis itu sudah terbiasa pergi ke sekolah dengan seragam ketat berantakan, rok pendek di atas lutut serta rambut panjang yang di warnai. Namun, hari ini berbeda.

Thania terlihat lebih rapi dengan seragam yang dimasukkan, bahkan rok yang dipakainya kali ini tiga senti dibawah lutut. Hari ini adalah sesuatu yang menegangkan, dimana Thania mengikuti ujian pertamanya.

Penilaian Akhir Semester atau sering disingkat menjadi PAS, sungguh membuat Thania resah. Namun, dia berusaha tetap tenang.

Thania mengembuskan napas panjang, dia mengadahkan kepalanya sambil memejamkan mata. "Gue bisa!"

Tok, tok, tok.

"Dek! Udah selesai belum?"

Thania membuka mata, tangan cantik itu terulur mengambil tas dan menyampaikannya di bahu, segera dia langkahkan kaki menuju pintu untuk membukanya.

Dibalik kayu tersebut, ada Satria yang sedang fokus memasang jam tangan, pria itu mengangkat kepala dengan senyum manis melihat tampilan adiknya. Tidak sia-sia rencana Omanya itu.

Kemudian, Satria merangkul sang adik untuk berjalan beriringan. "Semoga dapet nilai yang bagus ...."

Thania tersenyum tipis. "Aaminn .... "

Di sela-sela langkah keduanya, Satria bergumam pelan. "Perasaan Abang kok nggak enak ya ...."

"Hah? Apa Bang?" Thania menghentikan langkahnya, kemudian menatap Satria. "Abang kenapa? "

Satria melirik jam tangannya, jam enam pagi. "Ayo duduk dulu." Satria menyuruh Thania untuk duduk di kursi.

Keduanya duduk sambil menunggu makanan.

Bi Sri datang membawa dua porsi nasi goreng. "Den, Non. Bahan makanan teh habis, Bibi lupa belum belanja. Jadi Bibi bikin nasi goreng aja ya ...."

Satria mengangguk. "Iya, Bi."

Setelah Bi Sri pergi, Satria melirik Thania yang masih menatapnya. Satria terkekeh melihat wajah adiknya yang terlihat penasaran. "Makan dulu."

Thania mengangguk dan memakannya dengan lahap, dan beberapa menit kemudian mereka selesai. Gadis itu beralih menatap jam tangannya yang menunjukkan jika mereka hanya punya waktu sekitar tiga puluh menit lagi, dia tatap sang kakak yang tengah memasukkan makanan ke dalam mulut. "Bang, buruan ...!"

Satria mengangguk, dia tatap adiknya itu. "Perasaan Abang nggak enak, entah kenapa? Tapi yang pasti bakal ada sesuatu yang terjadi ...."

"Itu cuma perasaan, Bang. Jangan dipikirin." Walaupun Thania juga merasakan hal sama. Namun, dia tetap berpikir positif.

"Iya, sih ... tapi semoga aja nggak ada apa-apa ya."

Thania tersenyum tipis. "Semoga aja," balasnya sambil memeluk kakaknya.

Thania melepaskan pelukannya. "Udah yu, berangkat! Abang anterin, ya." Gadis itu melirik sebentar arloji di pergelangan tangannya. "Lima belas menit lagi masuk ...."

"Cus berangkat."

****

See you!

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Maaf jika ada typo.

Bye! Mmuach.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang