Kala itu, Vitri tengah mondar-mandir seraya menggigit kukunya, dia gugup. Bagaimana jika dia ketahuan hamil oleh orang-orang. Apa yang harus dia lakukan? Menggugurkannya? Vitri menggeleng, dia masih punya hati, tidak mungkin dia menggugurkan janin yang tidak berdosa.
Ini semua salahnya yang sudah melakukan dosa. Jika dia tidak melakukan itu, mungkin janin ini tidak akan tumbuh di rahimnya, dan Vitri merasa bodoh, mengetes di sekolah. Bagaimana jika nanti ketahuan?
Vitri merutuki kebodohannya, dipukul kepalanya berkali-kali. "Sinting-sinting!"
Vitri menatap Test Pack yang menunjukkan dua garis merah itu di genggamannya. Saat akan memasukkan Test Pack-nya ke saku rok, tiba-tiba suara gebrakan pintu membuatnya terkejut dan membuat Test Pack itu terjatuh, cepat-cepat Vitri segera mengambil dan menyembunyikan Test Pack itu di belakang punggungnya.
Brak!
"Anjir sinting tuh si ketos main hukum-hukum gue!" Thania datang dengan muka kesal, dia belum menyadari keberadaan Vitri.
Sedangkan Vitri mulai gelisah. Dia takut kehamilannya diketahui oleh Thania. Namun, dia harus bersikap tenang, jangan sampai Thania mencurigainya.
Tiba-tiba ide licik terlintas dalam otaknya. Vitri mendekat dan menepuk pundak Thania yang masih menggerutu tidak jelas.
"Lo belum ke kelas?"
Thania menoleh menatap Vitri, dia mengangkat alisnya sebelah. "Sejak kapan lo di sini?" Bukannya menjawab, Thania malah bertanya dengan mimik muka yang masih terlihat kesal.
Vitri menghela napas sebelum menjawab. "Barusan."
"Oh." Thania kembali mencuci tangannya. Saking fokusnya, dia tidak menyadari bahwa Vitri sedang memasukkan sesuatu ke dalam tas gendongannya.
"Thania oy! Si ketos nyariin lo tuh!"
Thania mendesah kasar. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di tatap kedua pemuda itu tajam. "Nggak usah teriak-teriak bisa!"
Dellon cengengesan, dia garuk lehernya pelan. "Lagian lo main kabur aja, jadi kita yang kena imbas gara-gara lo."
Thania memutar bola mata sinis. "Bacot!"
Kenzo menengok ke arah belakang Thania. "Eh Vit, lo di sini juga?"
Vitri tersenyum kikuk. "Hehe iya," balasnya sambil menghampiri ketiga remaja itu.
Kenzo kembali melihat Thania. "Tha, minta rokok," pintanya dengan cengengesan membuat Thania mendelik sinis.
"Tampang doang cakep, tapi duit kagak punya. Kismin lo!"
Kenzo mencibir, "Ngomong apa sih, Tha? Nggak jelas banget."
"Kasih aja, Tha. Si Kenzo kan emang kismin," ledek Dellon ikut-ikutan. Padahal mah si Kenzo tuh kaya, cuma dia berlagak seperti orang yang tidak punya apa-apa, cuma minta gratisan doang Kenzo mah.
Kenzo mendelik, "Bacot lo setan!"
Thania melempar tasnya ke arah Kenzo dan diterima baik oleh pemuda itu. "Makasih beb."
"Najis."
Vitri yang sedari tadi menyimak mulai gugup saat Kenzo mulai membuka resleting tas Thania.
Alis Kenzo mengernyit melihat sesuatu, dia mengangkat benda tersebut, seketika matanya membola.
"Tha ...," panggil Kenzo lirih. "Sejak kapan lo hamil?"
Thania menoleh ke arah Kenzo yang kini sedang berdiri mematung di depan pintu toilet sambil memegang sesuatu di tangannya.
Thania memutar bola mata. "Drama apalagi sih anjir?! Gue nggak hamil!"
"Tapi ini ...," Kenzo menjawab sambil mengangkat Test Pack yang menunjukkan dua garis merah.
Thania mendengkus, "Itu bukan punya gue!"
"Tapi ini ada di tas lo, Tha." Dellon menyahut.
"Maksud lo? Itu ada di tas gue?" tanya Thania bingung. "Orang gue cuma bawa rokok, nggak bawa yang begituan," elak Thania.
Vitri menautkan jemarinya yang gemetar, dia harus segera menyelesaikan rencana ini. Dengan gugup dia berucap, "T-tadi gue lihat Thania muntah-muntah."
"Kapan gue mun—"
"Terus gue juga lihat Thania pegang benda kayak gitu." Vitri memotong ucapan Thania sambil menunjuk benda yang masih dipegang oleh Kenzo. "Gue juga sempat denger, dia bilang ... 'Gue hamil’ gitu.."
Thania menganga. "Lo fitnah gue?"
Kenzo menggeleng tak habis pikir. "Lo bilang ini fitnah? Sedangkan ini bukti ada di depan lo."
"Lo percaya sama dia?!" Thania menunjuk ke arah Vitri yang terlihat gemetar. "Lo percaya sama dia, ketimbang gue yang jelas-jelas teman lo!"
Dellon memijit pelipisnya bingung.
Vitri diam. Dia tidak tahu haru menjawab apa? Haruskah Vitri menceritakan yang sebenarnya? Vitri bingung, dia juga takut Thania akan membencinya. Apalagi dia belum berteman dekat dengan Thania.
"Nggak usah temenan lagi sama gue! Lo, lo, gue end!" Setelah mengucapkan itu, Thania pergi meninggalkan mereka yang mematung, tidak lupa menyenggol bahu Dellon dan menendang betis Kenzo dengan kencang.
Sedangkan Kenzo dan Dellon menatap tak percaya ke arah Thania yang pergi begitu saja tanpa mau menjelaskan masalah serius ini.
Jadi kedua pemuda itu meminta penjelasan sama Vitri karena gadis itu yang menjadi saksi.
Dan mengalirlah cerita karangan dari Vitri memfitnah Thania, dan bodohnya Kenzo dan Dellon percaya dengan cerita karangan gadis itu, tanpa ada niatan untuk mencari tahu kebenaran.
Dan yang membuat heran, mereka lebih percaya dengan Vitri ketimbang Thania yang sudah berteman sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...