BAB 8

9K 570 394
                                    

"Ohh, di sini jomlo."

"Di sana jomlo."

"Di mana-mana aku selalu jomlo."

"Lalalalalalala ... ohh~"

Thania bersenandung ria di jalanan. Tidak peduli jika dikira gila. Pada dasarnya, bernyanyi adalah kesenangannya.

"Jamet, woi, jamet!"

"Ngopi ngapa ngopi!"

Thania mengelus dadanya dengan sabar. Dia memandang tajam pemuda yang meneriakinya jamet. Sialan memang, cantik-cantik gini dikatai jamet. "Lo bilang gue jamet?" Thania bertanya sambil menghampiri pemuda itu.

Pemuda itu meneguk ludahnya kasar. Dia sudah menebak bahwa Thania akan menghampiri, dia menatap Thania dengan wajah memelas. "Maaf, Than—"

"Lo tahu nama gue?" Thania mendelik sinis ke arah pemuda itu. "Tujuan lo apa teriak-teriak begitu?"

Pemuda itu cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf, gue sengaj—"

"Apa kata lo? Sengaja?" Thania menatap tajam pemuda itu, lalu melipat tangannya ke depan dada. Mengangkat dagunya dengan wajah dibuat sedemikian mungkin, agar terlihat garang.

Pemuda itu mengejapkan matanya. "Maksud gue nggak sengaja, bukan sengaja."

Thania memutar bola mata malas. "Bacot lo!" ujarnya dan pergi meninggalkan pemuda itu yang melongo dengan tingkah Thania yang tidak jelas.

"Nggak waras," celetuk pemuda itu.

Thania yang sialnya belum jauh dan mendengar perkataan pemuda itu, langsung berbalik dan menatap tajam. "Lo bilang apa barusan?!" Thania menghampiri pemuda itu, lalu memukulnya dengan keras.

Pemuda yang bernama Dion itu terjatuh, setelah mendapat serangan mendadak dari gadis itu. Sialnya, Dion hanya pasrah, dia berdoa dalam hati semoga ada malaikat baik hati yang menyelamatkan nyawanya dari gadis gila ini.

Ulah Thania itu mampu mengundang pusat perhatian beberapa orang. Lama-kelamaan, orang-orang makin banyak mengerumuni dan menonton aksi kebrutalan Thania.

"Berani-beraninya lo bilang gue nggak waras! Mau mati lo?!" Thania terus memukul, menjambak, dan mencakar tubuh tinggi Dion. Dia seperti kerasukan, karena menyiksa tubuh Dion habis-habisan.

"Stop, Thania!"

Thania berhenti dari aksinya saat mendengar suara familier. Dia berdiri dan mencari asal suara itu. Thania mengernyit heran saat melihat Galang bersama teman-temannya yang sudah berada di dekatnya.

"Bubar!" Suara dingin dan tegas secara bersamaan itu langsung membuat kerumunan bubar dan menyisakan Thania dengan yang lainnya.

Galang melirik pundak Thania yang terekspos karena ulah kebrutalan gadis itu, membuat pakaiannya tersingkap sedikit. "Lo ditato?" tanya Galang setelah melihat ada tato di samping leher Thania dan beberapa tato di depan dadanya.

"Kapan?"

Thania menatap datar Galang. Tumben pemuda itu berbicara. "Tadi." Thania membenarkan jaketnya, menutupi tubuhnya yang terekspos.

Setelah pulang dari tempat tato, Thania langsung pulang, namun di pertengahan jalan motornya mogok karena habis bensin. Jadilah, Thania berjalan kaki sambil bersenandung dan membiarkan motornya di jalanan karena malas untuk mendorongnya.

Saat asyik-asyiknya berjalan sambil bersenandung, Thania malah mendapatkan teriakan jamet oleh pemuda yang bernama Dion itu. Sialnya, dia tidak bisa mengontrol emosinya karena sedang menstruasi.

"Kenapa lo jalan kaki malam-malam begini? Pantas, lah, lo dibilang jamet karena gaya lo emang kayak jamet."

Thania melirik Noval dengan tajam. "Bacot!" ketus Thania. "Cantik-cantik gini dibilang jamet."

"Rambut lo kayak jamet," ucap Farel. "Coba lo ganti warna rambut lo jadi merah Maron. Pasti keren," sambung Farel cengengesan, membayangkan rambut Thania berwarna merah layaknya jamet sungguhan.

Thania memutar bola mata, malas mendengar kegajean Farel. "Mending kalian anterin gue balik, terus motor gue urusin." Thania berbicara layaknya bos yang tidak mau dibantah.

"Gue anter."

Thania menatap Angga. "Oke, ayo!" ajak Thania sambil menggandeng tangan Angga dan melenggang pergi, meninggalkan mereka yang melongo, kecuali Galang yang menatap keduanya datar.

"Bantuin, Nyet!" Dion, pemuda yang disiksa Thania itu berdiri dengan susah payah, dibantu oleh Nasal. Dion yang sering dipanggil Yon itu adalah sepupunya Galang sekaligus sahabat teman-temannya Galang juga.

Nasal menggeleng-geleng prihatin. "Kasihan amat hidup lo, Yon."

"Bacot!" Dion berucap ketus. "Salah lo pada, ngapain nyuruh gue!" Kesialan yang menimpanya hari ini membuat Dion trauma. Dia tidak mau lagi berurusan dengan Thania.

"Lagian lo ngapain bilang jamet sama Thania? Udah tahu tuh bocah barbar kayak setan." Rayhan berkata sambil bergidik ngeri, membayangkan video Thania yang hampir membunuh ketua MPK di sekolahnya. Ngeri dengan kebrutalan Thania, membuat beberapa orang selalu menghindar jika berpapasan dengan gadis itu.

"Lah, anying! Kan lo yang nyuruh!" sungut Dion. Sungguh, hari ini dia sangat emosi. "Sial!" Seharusnya Dion tidak usah menuruti apa yang mereka suruh. Namun, karena kekalahan dalam bermain truth or dare, Dion dengan terpaksa menurutinya.

"Kalian lihat nggak video yang tersebar?" tanya Farel kepada teman-temannya dan dibalas anggukkan oleh mereka, kecuali Dion yang tidak tahu apa-apa.

"Video apa?" tanya Dion, dia menatap Farel penasaran.

"Lo cari aja videonya sendiri, pasti langsung ada. Soalnya baru-baru viral." Bukan Rayhan yang menjawab, melainkan Noval.

"Balik."

Semuanya langsung pergi ke motornya masing-masing, setelah mendengar instruksi dari ketua.

 
****

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang