Thania menatap sinis sosok didepannya yang menghadang pintu, membuat jalan Thania terhenti untuk masuk kantin. "Ngapain lo? Coplas jadi satpam?"
"Cosplay, bukan coplas."
Thania mendelik sinis. "Serah gue, lah!"
Gadis itu terkekeh mendengar suara sinis Thania. Dia memandang Thania dari atas sampai bawah. "Waw! Lo perfect."
Thania mengibaskan rambutnya dengan angkuh. "Jelas, dong!" balas Thania. "Awas lo! Minggir Bocil, gue mau lewat!"
Gadis itu terbelalak. "Ngomong apa lo barusan? Bocil? Lo bilang gue Bocil?"
"Lo budek apa gimana, sih?" Thania mulai malas. Dia menatap gadis itu datar. "Minggir, anjing!"
Gadis itu dengan terpaksa menyingkir.
Thania bernapas lega. "Dari tadi kek," gerutunya dan berjalan masuk. Sebelum itu, Thania memesan makanan dan minumannya terlebih dahulu, kemudian Thania duduk di bangku bagian pojok.
"Boleh duduk di sini?"
Thania menatap dua orang pemuda, berpenampilan rapi yang bertolak belakang dengan dirinya. Sebelum Thania menyahut, kedua pemuda itu langsung duduk berhadapan dengannya.
Thania melirik sebentar ke arah dua pemuda itu, kemudian dia melahap makanannya yang baru saja datang. "Jangan ganggu."
Kedua pemuda itu mengangguk. Selang beberapa menit ketiganya telah selesai makan, tidak ada percakapan di antara ketiganya. Salah satu di antara mereka kemudian membuka suara. "Gue Zoni Mikhael."
"Gue OSIS di sini, jabatan gue sebagai sekretaris, dan tentunya tugas OSIS untuk memberi peringatan kepada murid yang melanggar aturan sekolah. Dilihat dari seragam yang lo gunakan, gue rasa lo nggak menaati peraturan." Zoni berucap tanpa basa-basi.
"Berisik!" ketus Thania. "Nggak ada yang nyuruh lo buat ceramahin gue." Thania menatap sinis Zoni. "Urus aja hidup lo, nggak usah urus hidup orang lain!"
Rupanya percakapan Thania dan Zoni membuat siswa-siswi lain tertarik, kini bangku yang di tempati Thania sudah menjadi pusat perhatian.
Sedari awal, Thania masuk ke sekolah ini, dia tahu telah menjadi perbincangan banyak murid, bahkan guru-guru, namun Thania tidak peduli. Thania tahu, dia masuk ke sekolah yang cukup terkenal, membuat mereka berpikir sekolah ini akan tercemar buruk seperti sekolah sebelumnya.
Thania melirik ke samping Zoni, alisnya terangkat sebelah. "Lo cowok tadi pagi, 'kan?" tanya Thania memastikan dan dibalas anggukkan oleh pemuda itu.
Thania melirik name tag pemuda itu gunakan. Tertera di sana, Shaka Rajendra. "Thanks, gue lupa bilang makasih sama lo," kata Thania, kemudian dia berdiri dari duduknya dan melenggang pergi.
"Dia perfect, gue suka."
****
Bel pulang sekolah berbunyi beberapa saat yang lalu. Thania keluar kelas, berjalan menuju parkiran sekolah sambil mendengarkan kelanjutan musik dengan lirik bombayah yang didengarnya tadi pagi.
Thania langsung memakai helm tanpa melepaskan earphone-nya, lalu naik ke atas motor miliknya dan menyalakan mesin motor. Setelah keluar dari gerbang sekolah, Thania langsung menancap gas dengan kencang.
Lama di perjalanan, akhirnya Thania sampai di halaman rumah besarnya. Setelah memarkirkan motor, gadis itu masuk ke rumah yang terlihat sepi, karena bi Sri pulang kampung tadi pagi. Sebelum Thania berangkat, bi Sri meminta izin terlebih dahulu karena anaknya di kampung sedang sakit dan Thania memberikan beberapa uang buat pengobatan anaknya bi Sri, sementara kakaknya mungkin masih bekerja.
Thania membuka pintu kamarnya, dia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur tanpa mengganti seragam terlebih dahulu.
"Capek banget kalau tanpa bolos."
"Cukup hari ini gue jadi anak baik, besok-besok gue jadi anak buruk lagi." Thania terkekeh geli saat mengucapkan kalimat itu.
Thania bangun dari rebahannya, gadis itu berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya. Setelah berkutat dengan alat kamar mandi, Thania melangkah ke walk closed, memilih kaus warna putih polos kebesaran dan celana training biru yang pas dipakai.
Thania duduk di meja belajar. Dia mengambil vape, kemudian mengepul-ngepulkan asap vape itu dengan indah. "Anjay, estetik," ucap Thania takjub, melihat karyanya.
"Bisa, nih, gue ikutan audisi mencari bakat di RCTI, pasti gue kepilih."
"Pede."
Thania menoleh ketika mendengar suara kakaknya yang berdiri diambang pintu. "Abang udah pulang?"
"Seperti yang kamu lihat."
Thania mengangguk paham dan melanjutkan kegiatannya lagi yang tertunda. Thania memang suka yang berasap-asap, karena tanpa asap rokok atau asap vape, dia merasa kehilangan hidupnya. Lebay memang, ya, itulah Thania, si bad girl sejuta keanehan.
****
SATRIA BAGASKARA
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...