BAB 28

5.2K 347 102
                                    

H A P P Y R E A D I N G!

Thania menopang salah satu tangannya pada pembatas balkon sekolah lantai dua, sedangkan satunya lagi dia gunakan untuk memegang rokok yang sudah habis setengah.

Thania mengisap rokoknya dalam-dalam dan mengepulkan asap roko itu perlahan ke udara.

Pandangan Thania mengarah ke bawah, melihat Shaka dan teman-temannya yang sedang serius membahas sesuatu.

"Murid sekolah tetangga ngajakin war."

"Nggak usah diladenin."

"Tapi Shak, mereka ngatain kita. Katanya pengecut, di ajak war nolak mulu."

"Terima ajalah Shak. Lagian kita udah bebas, nggak menjabat lagi."

Shaka menghela napas panjang. "Bukan masalah menjabat atau nggaknya, gue males aja ngurusin yang nggak penting."

Zoni tetap kekeh memaksa Shaka agar menerima ajakan war dari murid sekolah tetangga itu. "Ayolah Shak, gue kangen banget adu jatos."

Akbar memutar bola matanya malas, merasa jengkel mendengar ucapan temannya itu. "Kalau lo mau adu jatos, ya udah sendiri nggak usah ngajak-ngajak."

Cowok dengan nama lengkap Akbar Raden As-Sholeh itu berdiri dari duduknya. Dia menepuk bahu Zoni pelan. "Kata Abi gue, 'ayok tobat," ujar Akbar sembari terkekeh. "Udah ah, gue mau balik, soalnya Abi gue tadi kirim pesan buat gantiin Abi di pondok."

Zoni cemberut kesal.

Dito menabok bibir Zoni. "Nggak usah di manyun-manyunin juga Zon, jijik gue."

Zoni mendelik sinis. "Diem lo! Gue lagi kesel."

Akbar geleng-geleng. "Mending lo ikut sama gue ke pondok, biar dapet siraman rohani dari Abi Shaleh."

Dito mengangguk. "He'em. Dari pada war mending ngaji sono biar dapet pahala."

Zoni termenung sejenak. Dia memegang kalung salib yang terpasang indah di lehernya, kemudian berkata pelan. "Ngaji aja kagak pernah gue."

Mereka terhenyak.

"Eh sori Zon, gue nggak bermak-"

"Nggak papa," sela Zoni menatap Dito yang tersenyum kikuk. "Santai kali Dit, gue udah terbiasa sama keadaan."

Dito tertawa canggung. Segera dia mengalihkan pembicaraan yang tidak mengenakkan ini. "Katanya mau pada balik lo pada."

Akbar tersadar. "Astaghfirullah lupa gue. Duluan ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Shaka berdiri diikuti Dito, dan terakhir Zoni. Mereka berpamitan ala-ala cowok. Setelah berpamitan mereka menuju motor yang terparkir rapi di sekolah.

Sebelum naik ke motor. Shaka mendongak dan tanpa sengaja matanya tertuju ke arah balkon, tempat Thania berdiri.

Shaka tersenyum dan dibalas kerutan oleh Thania. Setelahnya senyum Shaka memudar saat Thania mengacungkan jari tengahnya tanpa ekspresi.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang