Jangan lupa tinggalkan jejak!
Aksa menyunggingkan senyuman tipis. Dia terkekeh saat terbayang hal konyol. Pemuda itu seperti orang gila, senyum-senyum sendiri di dalam kafe, membuat seseorang yang tengah bersedekap di depannya bergidik ngeri.
"Lo kesurupan, ya?"
Aksa hampir terjungkal ke belakang. Dia mengelus dadanya, kemudian menatap tajam orang yang duduk di hadapannya. "Sejak kapan?"
Kerutan di dahinya tercetak. "Apanya sejak kapan?" tanya orang itu pura-pura tidak tahu.
"Ck! Lo sejak kapan di sini, Thania?!"
Thania mengangguk mengerti. "Oh."
Aksa menahan napas atas jawaban gadis itu.
"Napas, Sa." Thania berucap santai, lalu tangannya mengambil minuman di depannya. Diteguknya minuman itu sampai habis, membuat Aksa menatapnya datar.
"Btw, lo ngapain ngajakin gue ketemuan?" tanya Thania menatap Aksa.
"Biasa aja dong mukanya, datar amat!"
Aksa berdecak.
"Dihh." Bibirnya terangkat, seakan meledek. Tangan Thania terulur, menyentil bibir Aksa. "Gue tanya, lo ngapain ngajakin gue ketemuan, Aksa ganteng?!" pekik Thania di akhir kalimat, membuat beberapa pasang mata memperhatikan mereka berdua.
"Huh, gini nih kalau ngomong sama es kutub," lirih Thania. Matanya menatap Aksa datar.
"Au, ah! Mau pulang!" Thania bangkit dari duduknya, meninggalkan Aksa yang tersenyum tipis. Merasa lucu dengan tingkah Thania, membuatnya tidak kuat untuk tersenyum. Alasan Aksa mengajak Thania bertemu karena rindu.
Dia melihat ke arah Thania yang sudah keluar dari dalam kafe. Matanya menyipit saat melihat seorang perempuan menghampiri Thania.
"Thania!"
Langkah Thania terhenti. Dia berbalik dan berdecak kesal, melihat siapa yang memanggil namanya. Memutar kembali tubuhnya dan berjalan tergesa-gesa, meninggalkan orang itu.
"Buset, ngapain tuh bocah ada di sini, sih?!" gerutu Thania. Dia terus berjalan, sedikit lari-lari kecil agar orang itu tidak bisa mengejarnya. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti karena ada yang menarik tangannya.
Thania memutar tubuhnya, menatap orang yang menariknya dengan datar. "Lepas!" desisnya.
Orang itu menurut, kemudian tersenyum, memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. "Halo, apa kabar?"
Thania memutar bola mata malas. "Hili, ipi kibir? Bacot!"
Orang itu mengerucutkan bibirnya, membuat Thania bergidik ngeri.
"Au ah, mager." Thania berucap malas. Dia menatap orang itu sinis. "Jangan pernah lo temuin gue lagi!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Thania pergi meninggalkan orang itu yang memandangnya dengan raut wajah sedih.
Di lain sisi, Aksa yang menatap mereka dari dalam kafe itu hanya mengangguk-angguk seolah mengerti apa yang terjadi.
Dia ingat betul orang yang menghampiri Thania. Dia Vitri, satu sekolah dengannya. Aksa juga tahu jika Vitri ingin berteman dengan Thania, tapi Thania selalu menolak dan bersikap tidak peduli. Aksa juga tahu jikan Vitri membuat kesalahan besar dengan memfitnah Thania hingga akhirnya gadis itu tidak lagi peduli dan meninggalkan lingkaran pertemanan mereka.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...