BAB 43

2.1K 119 110
                                    

Farel sedang video call dengan Nasal. "Masa sih nggak ada bule?" Farel tentu saja tidak percaya. Masa iya, di Amerika tidak ada bule. "Bohong kan lo!" Alis Farel menukik tajam.

Di seberang sana, Nasal mendengkus, "Lo bego apa gimana sih?! Ya jelaslah di sini banyak bule." Nasal mengganti kameranya ke belakang. Terlihat di sana, Nasal berjalan membawa ponselnya dengan mengarahkan kameranya ke sana—ke sini. "Noh, bule." Tunjuknya dengan mengarahkan kameranya ke wanita bule yang terlihat cantik.

Farel jingkrak-jingkrak. "Buset itu bule ...! Cantik bener, Sal!" Farel heboh. Dia segera menghampiri Rayhan yang sedang bermain ponsel dekat Galang.

Ketiga pemuda itu sedang berada di rumah Galang. Tepatnya di kamar yang tidak dipakai, di lantai paling atas. Kamar tersebut dihias seperti Base Camp. Tempat kumpul-kumpul mereka.

Farel menepuk-nepuk tangan Rayhan sambil berkata dengan heboh. "Han! Liat Han! Noh bule, Han! Bule!"

Rayhan menepis tangan Farel tanpa mengalihkan pandangannya, dia berujar dengan nada datar. "Nggak minat."

Cup. Suara kecupan di seberang sana membuat Farel kicep seketika. Terlihat di sana Nasal mengecup pipi bule cantik itu.

"Sorry Rel, ini pacar gue." Nasal tersenyum miring, dia merangkul pundak Chaterine sambil menatap Farel mengejek.

"Sialan lo, Sal!" Farel langsung mematikan panggilannya sepihak.

Rayhan mengelus dada sambil terus mengucap istighfar di dalam hati mendengar kecupan yang sangat jelas, meskipun lewat panggilan video call.

Galang yang sedang memainkan rubik mendengkus dingin.

Farel melipatkan tangan di dada. "Kesel gue anjay!"

Rayhan menyimpan ponselnya. Dia menatap Farel yang sedang merajuk, bibirnya monyong satu senti membuat Rayhan bergidik jijik.

"Jangan kayak bocah! Jijik gue." Rayhan melempar bantal kecil ke arah Farel membuat pemuda itu cemberut kesal. Rayhan yang melihat itu kembali bergidik. "Najis!"

Galang melempar rubik ke arah Farel dan tepat mengenai kepalanya membuat Farel berteriak histeris. "SAKIT ANJAYY!" Ingin membalasnya, tapi tidak berani. Bisa kena tendangan maut nanti jika Farel melempar kembali rubiknya ke arah Galang.

Rayhan terbahak. "Mampus!"

Farel mendelik sinis ke arah Rayhan. "Nyenyenye."

"Angga mana?" tanya Galang tanpa memedulikan rengekan Farel. Dia mengangkat kedua kakinya di atas meja. Tangannya merogoh sebungkus rokok dan pemantik api, kemudian mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Setelah itu, bungkus rokok dan pemantik api dilempar ke arah Farel.

Farel langsung menangkap rokok tersebut.

Sedangkan Rayhan, pemuda itu merogoh permen kiss di saku. Rayhan tidak seperti kelima temannya yang suka merokok. Jika mereka merokok, maka Rayhan mengemut permen.

"Lagi di jalan abis jenguk Thania," balas Rayhan. Bukan tanpa alasan Rayhan memegang ponsel. Pemuda dengan nama lengkap Rayhan Habibie itu sedang bertukar pesan dengan keluarga dan teman-temannya.

Galang langsung duduk tegap setelah nama Thania disebut, dia menatap datar Rayhan. "Jenguk?"

Rayhan mengangguk. Dia menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan room chat nya dengan Angga. "Noh."

Galang mengangguk.

Farel mengembuskan asap rokoknya. "Dua hari nolak mulu tuh bocah kalo diajak ngumpul." Setiap mengajak Angga untuk kumpul bersama, pemuda itu selalu beralasan sedang menginap di rumah sepupunya. "Padahal kan rumah sepupunya masih di Indonesia, tidak jauh-jauh amat. Tinggal minta izin mau ngumpul, apa susah—"

"Lo ngomongin gue?"

"—nya. Eh, Angga udah nyampe lo. Sini-sini duduk." Farel langsung menghampiri Angga dan merangkul bahu Angga, menggiringnya untuk duduk.

"Gue nggak ngomongin lo, Kok. Ya nggak, Han?" Farel mengedipkan matanya sebelah, mengkode kepada Rayhan untuk segera mengiyakan.

Angga menepis kasar tangan Farel dan berucap dengan datar. "Bacot."


****

See you!

Mohon maaf, jika ada typo :)

Jangan lupa tinggal jejak!

Bye!

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang