BAB 26

5K 352 124
                                    

Suara elektrokardiograf terdengar nyaring di sebuah ruangan yang sangat sunyi. Di sana, Thania terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit.

Beberapa saat kemudian, jari gadis itu mulai bergerak, diikuti mata yang mulai terbuka. Bau obat-obatan langsung menusuk indra penciumannya.

Thania mengerjapkan mata pelan, mencoba menyesuaikan matanya yang silau karena cahaya lampu.

Thania refleks duduk tegak, dia melepaskan selang infus di tangannya. "Siapa sih yang bawa gue ke rumah sakit?"

Thania turun dari brankar. Mengedarkan pandangannya, menatap ruangan yang terlihat sepi. Kemudian Thania berjalan ke arah pintu. Saat hendak memegang handle pintu, dia terperanjat karena tiba-tiba pintu terbuka, memperlihatkan seorang pemuda tampan.

Thania terpaku, dia menatap orang itu intens. "Lo ngapain?" tanyanya bodoh.

Aksa. Pemuda itu menatap datar Thania. Dia berjalan melewati gadis itu. "Menurut lo? Gue ngapain ke sini selain jenguk lo."

Thania menghampiri Aksa, dia duduk di sebelah pemuda itu di sofa yang tersedia.

"Nih."

Thania tersenyum, dia mengambil kue yang diberikan Aksa. "Makasih."

"Hm."

Keduanya terdiam cukup lama. Thania yang asyik dengan makanan. Sedangkan Aksa? Dia sibuk memperhatikan Thania.

Sampai suara seseorang menyadarkan keduanya. "Permisi ... Maaf mengganggu, nona Thania bisa kembali ke brankar, saya mau periksa sebentar keadaan Nona."

Thania mengangguk, dia kembali ke brankar untuk segera diperiksa. Setelah dokter selesai dengan pekerjaannya dalam memeriksa tubuh Thania dan berbicara beberapa hal, dokter tersebut pergi ke keluar.

"Yuk ah balik!"

****

"Lo nggak sekolah?"

Saat ini Thania dan Aksa sedang di perjalanan menuju rumah Thania. Kedua remaja itu terlihat akur, tidak seperti dulu saat Thania masih sekolah di SMA Merah Putih. Si biang onar yang sering mencari keributan hingga berakhir di ruang BK karena para OSIS yang tidak bisa diajak kerja sama. Apalagi si ketos bermuka datar itu yang selalu merecokinya.

"Udah bubar."

"Masih pagi kok udah bubar. Sekolah tempat gue aja belum pada bubar."

Aksa mengangkat bahunya acuh. "Gue mau nagih yang kemarin," ujar Aksa tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Dia fokus mengemudikan mobilnya tanpa ada niatan untuk menoleh ke samping. Di mana Thania sedang duduk di sampingnya.

"Nagih apa?" tanya Thania. Pasalnya dia tidak menawarkan apa-apa. Tapi kenapa pemuda itu menagih? Apakah dirinya memiliki hutang yang belum dibayar?

"Yang di chat," balas Aksa cuek.

Thania memutar bola mata. "Apa sih?!"

Aksa diam tidak menjawab, dengan satu tangannya dia ambil handphone dalam saku kemudian diserahkan pada Thania.

"Apaan nih?" tanya Thania bingung.

My Perfection Is Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang