Thania menepis tangan yang dengan kurang ajar memegangnya, "Uang gajian yang lo minta ke rumah gue, kan banyak! Masa habis?" heran Thania.
Pasalnya, sang kakak memberikan satu miliar pada wanita itu. Thania cukup tercengang ketika mendengar nominalnya, apalagi hanya untuk pelayan kafe yang belum lama bekerja. Tapi, setelah Satria menjelaskan tujuan serta konsekuensi kondisi Vitri yang tengah mengandung, dia mengerti. Sejujurnya, Thania cukup penasaran dengan ayah dari anak yang dikandung gadis itu, dia yakin kakaknya tahu sesuatu.
Vitri menunduk. "Itu ... Uang itu diambil sama saudara gue, semuanya."
Entah kenapa, Thania merasa Vitri menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang sangat berat.
"Thania?" Vitri mengangkat kepala, "Gue pengin ketemu sama kakak lo ...," Vitri berkata dengan sangat pelan, melihat tidak ada respons dari Thania, wanita itu menarik napas dan akhirnya memilih pergi dengan tubuh gemetar.
Thania seperti merasakan beban berat yang ditanggung perempuan itu, dia benar-benar penasaran dengan sesuatu yang terjadi. Apa hubungan Vitri dengan kakaknya? Satria hanya menjelaskan bahwa Vitri bekerja di kafe-nya dan dia sedang memantau seseorang, tanpa menjelaskan lebih detail. Yah, walaupun Thania tidak peduli, tapi setelah melihat Vitri sekarang, dia mulai penasaran. Dia harus mencari tahu tentang masalah ini!
"Thania?"
Asyik melamun, Thania tidak sadar bahwa dia tidak sendiri. Dia lupa sedang ketemuan dengan pemuda tampan di depannya ini.
"Iya, Sa?"
Aksa tersenyum tipis. Sedari tadi dia hanya terdiam melihat Thania berbincang dengan perempuan yang bernama Vitri tadi. Bahkan Aksa mendengar sedikit percakapan mereka. Setelahnya tidak tahu.
"Tata, gue suka nama panggilan itu. Gue panggil Tata, ya?" Aksa tahu karena Satria memberitahunya lewat pesan tadi. Katanya dia suka menggoda adiknya itu dengan sebutan Tata dan Thania suka memarahinya. Itu pesan dari Satria.
"Lo tahu dari mana?" tanya Thania kesal. Pasti dari kakaknya.
Aksa mengangkat bahu acuh dan tersenyum menawan. "Gue suka panggilan itu. Boleh ya, Tata?"
Thania mendengkus mendengarnya. "Serah lo ah!" Thania jadi bete. Tapi entah kenapa, ketika Aksa yang mengatakan nama panggilan itu terdengar lucu, berbeda dengan yang lainnya. Merasa cupu dan menjijikkan.
Aksa tersenyum semringah. Menegakkan tubuhnya, menatap dalam bola mata berwarna biru safir itu dan bibirnya terbuka mengucapkan sebuah kalimat tiga kata tapi bermakna. "Tata, ayo pacaran."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfection Is Bad Girl
Teen FictionKenakalan remaja? Bukan sesuatu yang aneh untuk dilakukan. Meski sedikit berlebihan hingga harus terus bergonta-ganti sekolah, itulah yang terjadi pada hidup seorang gadis cantik bernama Thania Aurora. Thania, sang selebgram terkenal dan juga beran...