33. Misunderstand

1.7K 137 10
                                    





"Apakah kau sudah lama menunggu?" Jungkook meletakkan dua cangkir teh di atas meja, matanya melirik bergantian dua orang dengan ekspresi berbeda. Yang berambut panjang tersenyum lebar sementara yang satunya lagi berwajah datar sedatar papan tripleks.

"tidak, baru 20 menit kok."  rambut yang menempel di wajah di sisir ke belakang, Jieun meneguk teh di dalam cangkir dengan kaki kirinya yang ia tumpu di atas kaki kanan. Senyum manis tak pernah luntur dari wajah cantiknya hingga membuat pria yang  duduk di sampingnya menatapnya sinis. Sok cantik padahal Jimin yakin ia lebih cantik dari pada wanita bertubuh tripleks di sampingnya.

"begitu rupanya. Oh...iya, Jimin perkenalkan ini Nona Jieun." Jieun menjulurkan tangannya ke samping , berharap pria yang irit senyum itu segera menyambut uluran tangannya .  Sudah satu menit lebih dan Jieun masih menunggu namun pria mungil itu tak juga menunjukkan tanda-tanda akan bergerak. Jimin duduk tegap dengan pandangannya yang tertuju pada Jungkook. Masa bodoh dengan wanita yang berniat sok akrab dengannya karena  Jimin sendiri tak punya minat untuk mengajaknya berkenalan apalagi berhubungan baik dengan wanita itu.

Jieun berdehem, tangan mungilnya ia kembalikan ke letaknya semula. Sementara Jungkook memberi kode pada Jimin agar pria itu bisa lebih menjaga sikapnya di depan tamu Jungkook. Jimin memilih untuk memalingkan wajahnya ke samping saat Jungkook mengajak Jieun untuk kembali berbincang. Rasa- rasanya seperti Jimin sedang cosplay menjadi seekor nyamuk yang selalu ada di antara pasangan yang sedang memadu kasih. Jimin merasa heran, harusnya disini dirinyalah yang lebih di prioritaskan dan bukan wanita itu, Jungkook suaminya tapi kenapa pria itu lebih memperhatikan Jieun ketimbang dirinya yang jelas-jelas istri sahnya.

"Maafkan istriku yah, dia ini memang sangat pemalu pada orang yang baru di kenalnya." Jungkook tersenyum tampan yang dimana tindakannya itu tak luput dari pengawasan Jimin.

Jieun melirik pria di sampingnya namun dengan secepat kilat matanya langsung kembali ke tempat semula apalagi setelah ia baru saja mendapatkan pelototan dari pria yang menurutnya tidak ada seram-seramnya itu. Sok berlagak mengancam tapi wajahnya imut, jadi daripada di musuhi lebih baik ia tetap diam di tempatnya. Tidak tahu saja jika semua tingkahnya itu membuat Jimin merasa muak bahkan untuk sekedar meliriknya barang satu detik pun.

Jimin memegang perutnya yang sedari tadi terus berbunyi layaknya air terjun di pegunungan, mata sipitnya ia lirikkan ke  kiri dan juga ke depan berharap Jungkook akan melihatnya dan meminta wanita itu untuk segera pulang.

"Jungkook, Aku lapar."  Cicit Jimin dengan suara yang ia buat sepelan mungkin tapi karena Jieun dan Jungkook sedang asyik berbincang ia pun tidak mendengar suara Jimin.

Hingga hal yang tak di inginkan oleh Jimin pun terjadi, perut keroncongannya di dengar oleh Jieun dan juga Jungkook. Wajah Jimin langsung merah padam begitu pandangan Jungkook dan Jieun tertuju padanya. Ia menggaruk bagian belakang lehernya yang bahkan tidak gatal sama sekali.

Jimin semakin malu saat mendapati  wanita di sampingnya malah menertawakannya, Jungkook juga ikut-ikutan. Jimin cemberut, kedua tangannya ia lipat di depan dada. Jangan lupakan bibirnya yang ia majukan ke depan, benar-benar imut hingga membuat Jieun hampir kelepasan dan mencubit pipi tembemnya.

"Kenapa tidak bilang jika kau lapar?" Jimin makin cemberut, badannya ia balikkan ke samping karena tidak ingin Jungkook dan Jieun menjadikan wajah merahnya ini sebagai bahan candaan. Sudah cukup dengan perut keroncongannya saja karena yang lain tidak boleh di jadikan bahan lelucon.

"Oh iya, aku hampir lupa. Tunggu sebentar, aku akan mengambil paper bag dalam mobilku dulu." Setelah mengatakan itu, Jieun pun langsung berlari keluar rumah Jungkook. Meninggalkan Jungkook yang masih berusaha untuk memenangkan hati pria cantik yang sedang cemberut.

Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang