43. Every Moment Of You

684 69 8
                                    







Sungguh malam yang benar-benar indah, dengan bulan dan juga bintang yang seakan tak pernah lelah untuk terus memancarkan cahayanya. Jimin dan Jungkook menatap lurus ke langit-langit kamar mereka, namun nampaknya hal itu tidak berlangsung lama bagi Jungkook. Karena kini pria itu lebih memilih untuk mengagumi pesona dari keindahan dunia yang menurutnya jauh lebih menakjubkan dari apapun.

"Bukankah bulan dan bintangnya benar-benar cantik?"

Jungkook tidak bergeming dari tempatnya. Matanya tetap fokus memandang wajah cantik pria di sampingnya. Jimin terlihat begitu bersinar malam ini. Membuat Jungkook jatuh cinta pada pria itu untuk yang kesekian kalinya. Mata yang berbinar cantik, hidung yang mungil nan menggemaskan, serta jangan lupakan senyum manis miliknya. Jungkook jadi tahu hanya dengan memiliki pria itu di sisinya membuat ia seperti memiliki seluruh alam semesta. Karena bagi Jungkook, Jimin itu adalah pelabuhan tempatnya untuk melabuhkan hati. Sebuah dunia kecil yang dibuat khusus oleh Tuhan untuknya. Jungkook bahagia dan merasa benar-benar beruntung karena telah
memiliki Jimin.

"Mereka memang cantik tapi bagiku keduanya tidak akan pernah bisa menandingi kecantikanmu dimataku."

Jimin yang semula fokus menatap langit malam harus dibuat terbelalak saat mendengar apa yang pria itu ucapkan padanya. Bahkan karena saking malunya, ia sampai memalingkan wajahnya ke samping. Jimin malu, jika pria itu harus melihat bagaimana konyolnya wajahnya yang memerah karena di beri pujian seperti itu.

"B-bisakah kau berhenti menggodaku?" Jungkook yang melihat pipi Jimin memerah pun lantas tertawa. Inilah yang paling ia sukai dari Jimin. Karena tidak peduli berada situasi apapun wajah pria mungil itu tetaplah merona. Rona alami yang membuat Jimin jadi semakin cantik.

Baru saja Jimin ingin memalingkan wajahnya ke posisi semula, Jungkook langsung sigap membalikkan tubuh Jimin menghadap ke arahnya. Jimin yang merasa terkejut pun secara spontan memukul dada bidang prianya. Jungkook benar-benar membuat dirinya kaget bukan main. Jimin jadi bingung, tidak tahu harus melakukan hal apa lagi demi menutupi wajahnya yang kemerahan seperti kepiting rebus.

"Kau tahu bukan jika aku tidak pernah main-main dengan apa yang aku katakan. Lagipula Mana mungkin aku tega membohongi orang yang aku sayangi."

Jimin mendadak dibuat salah tingkah. Sejak dari awal mereka berdua berkenalan, pria itu memang selalu berterus terang padanya. Tidak pernah sekalipun berpikir untuk membohongi atau bahkan sampai melakukan kesalahan karena Jungkook tidak ingin membuatnya kecewa.

"A-aku tahu, tapi tetap saja aku masih tidak mempercayaimu." Jungkook tersenyum lebar melihat respon yang ditunjukkan oleh pria itu. Jiminnya gugup dan jujur itu adalah hal paling menggemaskan yang pernah Jungkook lihat di dalam hidupnya.

Jimin menundukkan wajahnya, ingin beranjak dari tempatnya berdiri namun Jungkook langsung menarik pinggangnya untuk mendekat. "K-kau mau pergi kemana, hmm? apa dengan berada didekatmu membuatmu jadi tidak nyaman?" Jimin memilin ujung piyamanya. Sesekali menatap dan kemudian menundukkan wajahnya kembali. Jungkook pikir kesabarannya sudah habis. karena sejak awal mereka berada disini, pria mungil itu tidak pernah berhenti bertingkah imut.

Jungkook tahu, Jimin pasti tidak pernah sadar akan hal itu. Bahkan hanya dengan menggerakkan badannya saja itu sudah mampu membuat Jungkook gemas. Entahlah, tapi apapun yang dilakukan oleh Jimin selalu berhasil melelehkan hatinya. Hingga Jungkook berpikir jika ia tidak akan pernah bisa menemukan orang seimut Jimin. Pria itu hanya satu di dunia dan tidak ada satupun orang yang mampu menggantikannya posisinya di hati Jungkook.

"T-tentu saja itu tidak benar." Sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Tak peduli bahkan di saat ruangan yang mereka tempati saat ini penerangannya minim, itu sama sekali tidak mengurangi kadar kelucuan dari pria itu dimata Jungkook.

Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang