Jungkook berbalik begitu Jimin tiba-tiba melepaskan tangannya, bisa ia lihat jika pria berperut buncit itu terduduk di atas aspal, Mungkin tidak nyaman karena harus berlari dalam kondisi perut yang membesar seperti saat ini. Jimin terengah-engah, tangan kanannya terangkat untuk mengelus-ngelus perut buncitnya, Jimin bisa merasakan pergerakan luar biasa yang dilakukan oleh bayinya dari dalam sana terbukti dari cara sang bayi menendang-nendang perutnya, Jimin meringis pelan merasakan ngilu di beberapa bagian perutnya, seharusnya hal ini adalah hal yang wajar untuknya namun entah mengapa kali ini rasanya sakit sekali. Jimin tidak tahu kenapa.
"kenapa, apa perutmu sakit, Butuh sesuatu?" Jungkook di depan Jimin, tangan kanannya ia arahkan untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Jimin, pria manis itu terlihat sangat kelelahan, kelihatan sekali bila di lihat dari ekspresi wajahnya. Sesekali Jimin bahkan akan meringis sambil memegangi perutnya, membuat Jungkook yang melihatnya jadi tidak tega.
"Aku ingin minum, Jungkook-ah.
Aku haus." Jimin menilih menyandarkan kepalanya di mobil yang terparkir di dekat mereka, kedua kakinya ia buka lebar agar pergelangan kakinya yang tadinya pegal bisa berangsur-angsur membaik."baiklah, kalau begitu tunggu di sini dulu. Aku akan membelikanmu minuman , ok?" Jungkook menyempatkan dirinya untuk mengecup kening Jimin yang dimana membuat pria mungil itu tersenyum, Jimin senang mendapatkan perlakuan manis dari Jungkook. Ia nyaman dengan sikap lembut Jungkook yang seperti ini.
"iya, aku akan menunggumu, jadi sekarang pergilah sebelum Ibumu datang dan melihat kita disini." Jungkook mengangguk setelahnya ia pun berlari meninggalkan Jimin.
Saat Jimin sedang asyik memijat-mijat pergelangan tangannya tiba-tiba saja Taehyung muncuk dan mengagetkannya dari belakang. Jimin sudah akan bangkit dari posisi duduknya jika pria tampan itu tidak mendudukkannya kembali, dengan mata sipitnya yang melebar Jimin beralih menatap horror pria itu, badannya gemetaran , air matanya perlahan mulai menumpuk di pelupuk matanya. Jimin takut begitu melihat pria itu memeluk tubuhnya tiba-tiba.
"untunglah, aku yang menemukanmu duluan. Jadi sekarang ayo ikut bersamaku."
Ujar Taehyung sambil melepaskan pelukannya, pipi yang kemerahan itu di usapnya dengan perlahan, Berharap jika ia melakukannya dengan lembut maka sang empunya akan segera membaik, mengingat sejak kedatangannya tadi tubuh mungil itu terus saja gemetaran, jangan lupakan bagaimana cara Jimin menatapnya, sepertinya ia ketakutan dengannya."aku tahu kau pasti sangat takut padaku, tapi percayalah jika kali ini aku benar-benar berniat menolongmu, Jimin-ah." Jimin menggelengkan kepalanya tidak bisa dengan mudahnya mempercayai pria yang ada di hadapannya ini.
"maafkan aku Taehyung-ah, aku tidak bisa ikut denganmu. Aku akan tetap disini, menunggu Jungkook kembali." bibir Jimin gemetaran bahkan hanya untuk mengucapkan beberapa kalimat saja sepertinya ia tak sanggup, ia benar-benar ketakutan.
Kepala Taehyung menunduk, sebenarnya ia cukup tahu diri jika Jimin tidak akan semudah itu mempercayainya lagi bahkan untuk sekedar di ajak berbicara pun sepertinya pria mungil itu hanya melakukannya karena terpaksa saja.
"baiklah, aku mengerti. Tapi bisakah kau mengizinkan aku untuk tetap menemanimu sampai Jungkook datang kembali?" mata Taehyung memanas, apalagi saat melihat pria mungil itu nampak kesakitan dk depannya, ia tahu tidak seharusnya pria hamil seperti Jimin mengalami hal sepahit ini.
Jimin menatap wajah Taehyung, memperhatikannya dengan baik-baik walaupun jujur sampai saat ini ia masih ketakutan berada di dekat pria berkulit tan itu, Namun saat melihat sudut bibir Taehyung terluka tangan mungilnya itu secara otomatis langsung terangkat dan menyentuh bagian wajah pria itu.
"bibirmu terluka, Taehyung-ah" Jimin menyentuh bagian itu dengan perlahan membuat tangan Taehyung semula hanya diam saja kini terangkat untuk memegang tangan mungil itu, Taehyung benar-benar menikmati bagaimana Jimin memperlakukannya dengan lembut seperti ini, diam-diam Taehyung merindukan kembali momen-momen kebersamaan mereka dulu, disaat mereka berdua menjalin kasih dan tinggal bersama dalam satu kontrakan kecil miliknya. Itu benar-benar momen terindah sepanjang hidupnya dan ia berjanji akan selalu mengingatnya.
Taehyung dan Jimin yang larut dalam momen manis mereka pun tidak menyadari kehadiran Nyonya Jeon yang kini sudah berdiri tepat di hadapan mereka, dengan pistol yang ia genggam erat-erat.
"akhirnya, aku menemukanmu, Jimin-ah?" Taehyung dan Jimin terlonjak di tempatnya, baru saja Taehyung akan bergerak membantu Jimin untuk bangkit dari posisi duduknya namun dua kata yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu membuatnya berhenti seketika.
"tinggalkan dia" Taehyung memposisikan dirinya di depan Jimin, menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi pria mungil di belakangnya. Jimin takut saat melihat ibu mertuanya itu bergerak ke arahnya, pistol di tangannya ia
mainkan, sudut bibirnya terangkat membentuk seringaian yang membuat Jimin berjengit ketakutan. Mungkin sebentar lagi peluru yang ada di dalam pistol itu akan menembus kepalanya dam membuatnya mati di tempat ini."jangan sakiti dia, jika ada orang yang ingin kau lukai maka biarkan orang itu menjadi aku, tolong biarkan ia tetap hidup, kumohon" nyonya Jeon tertawa terbahak-bahak di tempatnya , benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa semua pria yang dekat dengan pria mungil itu berubah menjadi bodoh. Berapa banyak lagi pria yang akan menjadi idiot hanya karena seorang Park Jimin, sebenarnya seberapa dahsyat efek Jimin, nyonya Jeon bertanya-tanya di dalam hatinya.
"cepat menyingkir, Kim Taehyung!"
mengapa kau berubah menjadi bodoh seperti Jungkook, hah? untuk apa kau melindungi orang ini, bukankah dia yang telah membuatmu menderita selama ini, apa kau ini tidak punya otak, apa jangan-jangan pria sialan ini telah meracuni otakmu juga!"Taehyung tersenyum miris, ia lalu membuka mantelnya dan menyelimuti tubuh Jimin. Jimin menggeleng, memberi kode agar Taehyung menghentikan aksinya, cukup. Kali ini cukup, tidak ada lagi orang yang boleh menderita karena dirinya.
"tinggalkan aku, Taehyung-ah. Kumohon?!" rengek Jimin sambil memegang tangan Taehyung, air matanya mengalir dengan derasnya.
"tidak, aku tidak akan melakukannya, jadi kumohon berhentilah memintaku untuk meninggalkanmu disini."
"pergi, kubilang pergi Taehyung-ah. Apa kau tuli, kenapa kau berubah menjadi keras kepala seperti ini, hah?" Jimin memukul-mukul punggung Taehyung namun percuma pria itu tidak mau bergerak dari posisinya.
"maafkan aku Jimin-ah, jika dengan keras kepala seperti ini bisa membuatmu selamat, maka aku akan melakukannya!"
"aku akan menghitung dari satu sampai 3, jika kau tidak pindah juga maka jangan salahkan aku jika aku akan menembakmu juga, Tuan Kim?"
"lakukan saja, aku tidak akan keberatan."
dan....
DOR...
Jungkook yang baru kembali dari minimarket pun terlonjak di tempatnya saat mendengar suara tembakan yang muncul dari tempat persembunyian Jimin.
"jimin!!!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap Revisi
FanfictionJimin adalah istri yang sempurna di mata Jungkook, cantik dan juga sangat populer. Namun berkat popularitas yang di raihnya itu membuat Jimin justru jadi kurang memperhatikan Jungkook dan juga rumah tangga mereka. Sanggupkah Jungkook membuat Jimi...