Karena tidak ingin membuat Jimin khawatir, Jungkook pun akhirnya mengikuti saran pria itu untuk melakukan check up ke rumah sakit setiap satu minggu sekali. Tidak banyak hal yang dikatakan dokter padanya, Ia hanya dianjurkan untuk lebih banyak beristirahat dan mengurangi aktivitas yang mengharuskannya untuk keluar rumah.
Rasanya sangat membosankan bagi Jungkook untuk tetap berdiam diri di rumah di saat jalan-jalan telah menjadi rutinitasnya. Perasaan Jungkook pun tak jauh berbeda dengan apa yang kini dirasakan oleh Jimin. Pria itu bahkan tidak bisa memejamkan matanya barang sedikit pun.
Mungkin karena ini adalah malam minggu, jadi mereka berdua merasa tidak tenang jika tetap berdiam diri di rumah. Membayangkan bagaimana orang lain di luar sana bisa menghabiskan akhir pekan mereka dengan baik, membuat Jimin ingin menangis.
Dulu setiap akhir pekan atau bahkan hari liburnya, Jimin selalu memanfaatkannya dengan baik. Berkelana mulai dari matahari terik hingga pada akhirnya kembali terbit. Namun hal seperti itu hanya bisa ia lakukan saat ia masih melajang. Tidak terikat hubungan apapun baik itu dengan Jungkook maupun orang lain.
"Jungkook, apakah kau sudah tidur?" Jimin membalikkan badannya. Sementara pria itu tidur dengan posisi membelakangi nya. Jungkook yang memang belum tertidur pun akhirnya memutar posisi tubuhnya menghadap pada pria mungil yang kini menatap wajahnya dengan senyuman manis yang begitu mempesona.
"Aku tidak bisa tidur. Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau sendiri belum tidur juga."
Jimin merapatkan tubuhnya hingga kini ia berhadapan dengan dada bidang prianya itu. Jungkook tahu, apa yang pria itu butuhkan saat ini. Makanya tanpa diminta sekalipun ia langsung memeluk tubuh mungil itu dengan erat.
Jimin tersenyum di dalam pelukan Jungkook. Sejak dulu hanya pria itulah yang paling tahu apa yang menjadi keinginannya. Jujur, saat ini ia memang sedang kedinginan. Walaupun mereka berdua telah memakai selimut super tebal sekalipun. Namun entah mengapa tubuhnya tetap merasa kedinginan. Apa mungkin ini semua ada kaitannya dengan penyakit yang kini diderita oleh dirinya. Jimin jadi takut, was-was memikirkan jika sewaktu-waktu Tuhan akan memanggil kembali dirinya ke dalam pangkuan.
Katakanlah jika ia belum siap untuk yang satu itu, karena jujur masih ada banyak hal yang ingin Jimin lakukan bersama dengan Jungkook. Mereka berdua bahkan belum lama ini menjalani kehidupan layaknya pasangan suami istri pada umumnya.
Jimin tidak ingin pergi secepat ini. Memikirkan apa yang akan terjadi pada pria itu jika ia sudah tidak ada disisinya. Sungguh, hanya dengan membayangkannya saja sudah mampu membuat Jimin menjatuhkan air matanya.
"Jungkook, bagaimana kalau kita tidur di kamar atas saja. Aku ingin melihat bintang dan bulan malam ini. " Jungkook menganggukkan patuh dan memilih untuk menuruti setiap apapun yang kini menjadi keinginan Jimin. Jadi setelah ia menyempatkan diri untuk menyematkan kecupan manis di kening pria kesayangannya itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun Jungkook segera turun dari ranjang dan berlutut di bawah lantai.
Jimin yang melihat hal itu tentu saja langsung merasa kebingungan. Tidak tahu apa maksud dari tujuan Jungkook melakukan semua ini. "Kenapa kau hanya diam di tempatmu. Bukannya tadi kau bilang ingin melihat bintang dan bulan bersamaku." Jimin mengerjap-ngerjapkan matanya dengan begitu polos. Andai saja keadaan dan situasi mereka tidak seperti saat ini, sudah bisa dipastikan Jungkook akan menghujani pria itu dengan kecupan sayang di seluruh tubuhnya.
Sudah bukan rahasia lagi jika Jimin dalam mode menggemaskan seperti saat ini selalu menjadi hal yang membuat hati Jungkook melemah. "A-ah, iya. Bagaimana bisa aku sampai melupakannya." Cicit yang lebih mungil sambil menarik turun selimut dari tubuhnya.
Dengan penuh kehati-hatian Jimin melangkahkan kakinya ke arah Jungkook. Tersenyum lebar dengan fakta bagaimana pria di depannya itu menjadi sangat penurut padanya. Namun tetap saja ia juga merasa tidak enak karena selalu membuat Jungkook kerepotan. "Harusnya kau tidak perlu repot-repot menggendongku seperti ini" Jimin memulai pembicaraan terlebih dahulu saat dirasa sejak tadi pria itu hanya diam di tempatnya.
"Ini sudah menjadi bagian dari tugasku. Jadi kau tidak perlu merasa tidak enak padaku. Lagipula mana mungkin aku tega membiarkanmu berjalan sendirian di saat kondisimu seperti ini."
"mendengar kau berbicara seperti itu membuatku merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini."
Merasakan baju bagian belakangnya basah, membuat Jungkook menghentikan langkahnya saat itu juga. Dan dengan penuh kelembutan ia kemudian mengubah posisi Jimin menjadi menghadap kearahnya. Sungguh, hanya dengan melihat pria itu menunduk dan mengusap air mata di pipinya, membuat Jungkook jadi merasa bersalah. "Kumohon jangan menangis dan tolong lupakan semua hal yang terjadi di masa lalu kita." Jimin menggelengkan kepalanya karena jujur permintaan Jungkook kali ini sangat sulit untuk ia realisasikan. Rasanya benar-benar mustahil untuk bisa melupakan semua dosa yang telah ia perbuat pada Jungkook. Pria itu mungkin tidak mempermasalahkannya tapi tetap saja Jimin tidak akan bisa lari dari kenyataan yang ada. Ia telah melakukan sebuah dosa besar yang mungkin akan ia bawa sampai mati.
"Aku selalu berusaha untuk melupakannya, Jungkook. Tapi aku selalu gagal melakukannya. Aku jahat. Aku orang yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk berterima kasih. Kau selalu memperlakukanku dengan baik, sementara aku—" Ucapan Jimin terpotong karena Jungkook dengan cepatnya langsung membungkam bibir cantik itu menggunakan jari telunjuk miliknya.
"Kumohon, jangan katakan seperti itu lagi. Ini bukan saatnya bagi kita untuk bersedih, apa kau sudah lupa dengan apa yang menjadi tujuan awal kita." Mendengar kata Jungkook membuat Jimin buru-buru menghapus air mata di pipinya. Benar, apa yang dikatakan pria itu padanya memang benar. Ini bukan waktunya bagi mereka untuk bersedih karena setelah ini mereka akan melewati malam bersama sambil melihat pemandangan malam dari kamar yang kebetulan letaknya berada persis di atas loteng rumah mereka. Itu adalah ruangan yang memang Jungkook desain khusus untuk Jimin. Mengingat bagaimana tertariknya pria itu pada keindahan dunia malam yang meliputi bulan dan juga bintang. Dulu saat mereka berdua masih pengantin baru, ruangan itu selalu mereka gunakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kedekatan mereka kian merenggang yang dimana akhirnya membuat ruangan dengan nuansa cokelatnya itu kemudian menjadi terbengkalai.
Jimin memilih untuk diam dan menyandarkan dagunya di pundak Jungkook dengan Pria itu yang sesekali memberikan usapan pada kepalanya. Hanya satu atau mungkin dua anak tangga lagi agar mereka sampai ke tempat tujuan. Fakta itu membuat Jimin jadi semangat dan tanpa sengaja mendongakkan kepalanya hingga sejajar dengan wajah pria di hadapannya.
"Terima kasih, karena sudah mau mengabulkan permintaanku." Kalimat itu meluncur keluar dari dalam mulut Jimin bersamaan dengan pria mungil itu yang menangkup wajah Jungkook dan memberikannya sebuah ciuman manis di bibir.
Jungkook terpaku di tempatnya, tidak menyangka jika Jimin akan memberikannya sebuah ciuman. Mengingat akhir-akhir ini mereka berdua sudah jarang melakukannya lagi.
Jimin dan Jungkook membisu, saling menatap satu sama lainnya. Namun tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membuka suara. Jungkook tahu mungkin rasanya akan benar-benar canggung bila mereka berdua hanya diam dan tak melakukan apa-apa. Jadi sebelum pria di depannya sempat berbicara, Jungkook kembali menyambar bibir Jimin. Membawa pria mungil ke dalam ciuman yang hangat dan begitu mengairahkan. Bahkan karena saking terbuainya, mereka berdua bahkan tak sadar jika kini sudah berada di atas tempat tidur. Dengan langit-langit kamar yang dibiarkan transparan hingga cahaya bulan dan maupun bintang-bintang ikut masuk dan menjadi penerang tambahan bagi kamar keduanya.
"Jungkook, aku mencintaimu." Jimin tidak dibiarkan untuk mengambil jeda lebih lama dari itu karena setelah mengucapkan kalimat itu, Jungkook kembali mencium bibirnya.
"Aku juga mencintaimu, sayang. Sangat...sangat mencintaimu lebih dari apapun yang ada di dunia ini."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap Revisi
FanfictionJimin adalah istri yang sempurna di mata Jungkook, cantik dan juga sangat populer. Namun berkat popularitas yang di raihnya itu membuat Jimin justru jadi kurang memperhatikan Jungkook dan juga rumah tangga mereka. Sanggupkah Jungkook membuat Jimi...