38. I will Protect You

967 102 6
                                    

"J-jungkook? sepertinya kau telah salah paham padaku. Aku sama sekali tidak berniat berlaku kasar pada Jimin."

Raut wajah Jungkook begitu datar, tidak berniat sekalipun untuk membalas ucapan Jieun karena nyatanya ia melihat faktanya dengan mata kepalanya sendiri. Wanita yang selama ini sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri, yang selalu menjaga dan juga memperlakukannya dengan sangat baik nyatanya juga pandai dalam hal berakting.

Tidak pernah sekalipun Jungkook membayangkan jika selama ini Jieun menyimpan perasaan tidak sukanya terhadap Jimin. Padahal wanita itu selalu bersikap baik dan juga ikut berbahagia oleh karena kehadiran Jimin di dalam hidupnya. Setidaknya semuanya terlihat baik-baik saja sampai di hari ini Jungkook mengetahui fakta yang sebenarnya, kebenaran tentang Jieun yang nyatanya tidak pernah menerima Jimin menjadi pasangan hidup Jungkook.

"Jimin, kau tidak apa-apa kan?" Kedua tangan yang saling bertautan seolah berebut untuk memberikan ketenangan. Jungkook tahu walaupun Jimin terlihat baik dari luar itu belum tentu akan terlihat sama dari dalam karena nyatanya pria mungil itu begitu lihai menutupi kesedihannya di hadapan orang lain.

"Ya, aku baik-baik saja." Pundak Jimin yang bergetar pelan seolah mengirimkan isyarat secara tak langsung pada Jungkook agar dirinya sesegera mungkin membawa pria itu ke dalam pelukannya. Jungkook tahu Jimin pasti merasa syok  karena mendapatkan perlakuan kasar dari Jieun secara tiba-tiba. Karena setahu Jimin wanita itu begitu baik padanya, tidak pernah sekalipun menunjukkan perilaku yang aneh baik itu saat bersamanya maupun saat ia bersama dengan Jungkook.

Tubuh Jimin di dekap dengan begitu erat, pertahanannya  yang awalnya sekokoh batu karang seketika menjadi hancur lebur. Jimin menangis, air matanya tumpah membasahi pundak Jungkook.

"Tidak perlu takut. Selama ada aku disini, kau akan tetap aman. Aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu. Apa kau mengerti? " Jimin mengangguk di dalam pelukan Jungkook. Ada perasaan aman dan juga nyaman  saat pria itu menghibur dirinya.

Jinggo yang baru kembali ke dalam ruangan setelah selesai menerima telfon dari rekan bisnisnya pun di buat kebingungan. Pasalnya di depannya saat ini Jimin dan juga Jungkook masih saling berpelukan satu sama lainnya tapi yang menjadi pertanyaannya sekarang mengapa  istrinya bisa semarah itu melihat kemesraan Jungkook dan Jimin. Apa ada masalah saat ia keluar?

"Sayang, apa kau baik-baik saja. Ada apa dengan wajahmu? " Jieun menolehkan wajahnya ke samping, terkejut saat mendapati suaminya telah kembali. "Tidak ada apa-apa. Bagaimana jika kita pulang sekarang? " Sekuat tenaga Jieun berusaha untuk tidak menumpahkan rasa kekesalannya, ia hanya tidak ingin membuat suaminya merasa kecewa jika tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Jika semuanya dalam keadaan baik-baik saja, kenapa kau tiba-tiba bersikap aneh seperti ini. Bukannya tadi kau yang bersikeras ingin menjenguk Jungkook, lalu ada apa sekarang?" Jieun menghela nafas panjang, seperti biasa suaminya tidak mudah untuk di kelabuhi. Jinggo adalah orang yang paling mengenal dirinya. Tahu kapan saat ia berbicara jujur maupun berbohong.

"Memang tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin cepat pulang untuk beristirahat." Sudut bibir Jinggo terangkat, wanita di hadapannya memang tidak  pandai bersandiwara. Lihat saja seberapa banyak bulir keringat yang membasahi pelipis Jieun, wanita itu terlihat begitu panik mendengar rentetan pertanyaan yang Jinggo tujukan padanya.

"Kau tidak pandai berbohong sama sekali" Air muka Jieun seketika berubah. Tubuhnya terasa kaku dalam sekejap mata. ia tahu jika pada akhirnya pria itu akan mengetahui kebenarannya.

Jinggo menjadi tidak nyaman berbicara dalam waktu yang lama dengan Jieun, apalagi setelah menyadari hal apa yang membuat emosi Jieun menjadi tidak stabil seperti saat ini. Jungkook, pria itu masih menjadi orang pertama  di hati istrinya. Apapun yang terjadi pada pria itu selalu saja mampu membuat Jieun menjadi tidak terkendali. Wanita itu bisa marah dan juga sedih dalam waktu yang yang bersamaan hanya karena Jungkook. Jadi, jika Jieun seperti itu pada Jungkook, lalu bagaimana dengan dirinya. Siapa orang yang akan memperhatikan dirinya? Jawabannya tidak ada. Karena nyatanya walaupun ia dan Jieun telah lama menikah, wanita itu hingga detik ini masih menjadikan Jungkook sebagai pusat perhatiannya, poros kehidupannya. Jadi sebenarnya apa arti dirinya bagi Jieun selama ini, boneka atau mungkin ATM berjalan? Jinggo benar-benar merasa muak saat Jieun selalu membandingkan dirinya dan Jungkook. Mengatakan seandainya ia bisa bersikap manis dan juga romantis seperti pria itu walaupun selama ini yang ia tahu Jungkook bukanlah seperti apa yang istrinya itu katakan.

Memang benar jika Jinggo ingin membuat Jieun hidup bahagia dengannya, tidak menyesal menikahi dirinya. Namun itu semua tidak berarti ia harus hidup seperti Jungkook. Jinggo ingin bahagia dengan caranya sendiri dan bukannya dengan cara orang lain. Ia ingin menjadi dirinya sendiri dan bukannya menjadi sempurna seperti apa yang Jieun selalu impikan.

"Jungkook, sepertinya aku dan Jieun harus pulang sekarang. Maaf karena kami hanya mampir sebentar, ada kesibukan lain yang harus kami selesaikan setelah ini." Jungkook mengangguk kecil, belum bisa terlalu banyak bergerak karena masih dalam tahap pemulihan. Ia tahu jika saat ini Jieun merasa malu sekaligus kecewa pada dirinya tapi Jungkook memilih untuk berpura-pura tidak tahu akan hal itu.

"Iya, Hyung. Sebelumnya Terima kasih karena kalian berdua telah meluangkan waktu untuk datang kemari." Jinggo menganggukkan kepalanya, satu tangannya mengenggam pergelangan tangan Jieun yang sejak tadi terus memberinya tatapan tidak nyaman. Sepertinya wanita itu ingin cepat-cepat pergi dari sini. "Iya, sekarang tidurlah. Kau butuh banyak beristirahat agar lekas sembuh. " Jungkook tersenyum tipis, dengan tangan kanannya yang masih berada di dalam genggaman Jimin. Pria itu menatapnya  teduh, memberikan isyarat agar Jungkook tidak mengatakan apapun pada suami Jieun. Baik itu tentang perkataannya maupun tindakan kasarnya pada Jimin. Jimin memang bukan tipe orang yang suka mengadu. Lagipula ini semua tidak ada kaitannya dengan Jinggo melainkan hanya ia dan Jieun.

Jieun masih sempat melayangkan tatapan tak sukanya pada Jimin sesaat setelah Jinggo menutup pintu ruangan Jungkook. Nampaknya Jieun merasa kecewa karena Jungkook lebih memilih untuk membela Jimin daripada dirinya. Padahal selama ini bukan pria itu yang merawat Jungkook melainkan dirinya.



Tbc.










Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang