48. Is That You?

650 68 15
                                    
























Menghabiskan waktu di ruangan yang sempit dengan jeruji besi menjadi penghalangnya bertemu hangatnya dunia luar. Itu sama sekali tidak pernah Jungkook bayangkan terjadi di dalam hidupnya. Ini bukan hanya satu hari melainkan untuk beberapa bulan ke depan.

Diam-diam ada perasaan takut yang muncul dari dalam hatinya. Memikirkan jika setelah ini ia tidak akan bisa mengunjungi Jimin dalam waktu yang cukup lama. Jungkook tidak tega membayangkan Jimin yang harus kesepian, menetap di tempat dimana di sana tidak ada dirinya bersama dengan pria itu.

"Apakah kau bahagia? Tolong beritahu aku, sayang. Agar aku bisa hidup tenang disini." Ucapnya sambil menatap pemandangan kota dari balik jendela ruangan perawatannya. Jungkook mengusap air mata di pipinya, membuat permohonan di dalam hatinya, berharap semoga duka ini bisa ia lewati dengan baik. Walaupun pada akhirnya semua ini memang tidak akan pernah ia lupakan.

Mustahil, karena walau bagaimana pun Jimin sudah menjadi bagian terpenting di dalam hidupnya. Pun dengan cintanya pada pria itu tidak akan pernah berubah meskipun waktu berusaha untuk membuatnya menjadi pudar. Jungkook akan tetap bertahan dengan cinta yang ia miliki. Membuat janji bahwa tidak akan ada satupun orang bisa menggantikan posisi pria itu di hatinya. Jimin pemilik cintanya, keseluruhan hatinya dan selamanya akan tetap seperti itu.

Waktu bergulir dengan begitu cepat. Dunia terus berputar dan perlahan-lahan  itu membuat Jungkook jadi mulai terbiasa. Jika pada awalnya ia sangat frustasi, putus asa. Kini ia mulai mencoba untuk melepaskan semuanya. Melupakan setiap kenangan buruk yang  ia lalui di masa lalu. Namun tetap saja dari sekian banyaknya kepedihan, Jungkook masih belum bisa merelakan kepergian cintanya. Pria cantik yang Selalu menemaninya sepanjang waktu. Jungkook tersenyum, ingatan tentang Jimin tidak pernah sekalipun memudar dalam pikirannya. Bahkan terkadang di suatu waktu ia seperti melihat pria itu lagi. Jimin yang tiba-tiba saja datang padanya dan memberikannya kekuatan untuk tetap berdiri tegap. Menopang masa depannya yang bahkan ia sendiri tidak ketahui akhirnya akan jadi seperti apa.

Jungkook melamun, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang dengan pandangan mata yang lurus menghadap bingkai foto Jimin yang kebetulan memang sengaja di letakkan di tengah-tengah ruangan. Ini bukan atas saran Yoongi, melainkan murni karena permintaan Jungkook. Pria itu mengeluh, mengatakan jika dirinya tidak bisa tidur jika belum melihat foto dari mendiang istrinya itu. Bahkan karena saking tidak teganya, Yoongi sampai mencetak beberapa foto Jimin dan meletakkannya secara
berjejeran dalam ruang perawatan Jungkook. Semua itu ia lakukan semata-mata agar Jungkook bisa tenang menjalani sisa masa perawatannya.

Pun dengan urusan perusahaan, Yoongi  meminta bantuan Kang Daniel. Pria cerdas dan juga memiliki wibawa yang besar. Sekretaris yang sudah lama bekerja di bawah perusahaan milik keluarga Jungkook. Yoongi percaya, seratus percaya dengan kinerja pria tampan itu. Mengingat selama ini Daniel tidak pernah sekalipun membuat kesalahan dan ikut serta mempertahankan citra perusahaan di mata dunia. Ia tahu jika Daniel bukan sembarangan orang. Dan juga Yoongi bisa mengandalkannya dalam segala situasi. Pria yang diam-diam ia kagumi pesonanya.

Pintu ruangan Jungkook di buka, menampilkan sosok pria bertubuh mungil dengan kedua tangannya yang kini memegang nampan berisi makan siang Jungkook. Ia sempat berhenti di tempatnya begitu melihat deretan foto yang ada di dalam ruangan pria itu. Jungkook yang sejak tadi fokus memandang foto Jimin pun kemudian berbalik, menengok ke arah dimana sumber suara berasal.

Begitu pandangan mereka bertemu, Jungkook langsung bangkit berdiri dan berlari menghampiri pria yang menjadi petugas pengantar makan siangnya itu. Tidak ada perlawanan yang cukup berarti dari pria itu karena mengingat apa yang dilakukan oleh Jungkook padanya itu sangatlah tak terduga. "J-jimin?"

Tubuh pria itu mendadak gemetar, menerima perlakuan yang bisa dikatakan cukup intim dari orang asing tentu saja  i menimbulkan perasaan takut bagi siapa saja yang mengalaminya. "M-maaf, tapi sepertinya anda  salah mengenali orang. Namaku memang Jimin tapi aku sama sekali tidak mengenal anda." Jimin tidak pernah tahu jika berdiri berdekatan dengan orang asing akan membuat degup jantungnya bertambah menjadi dua kali lipat.

"Tidak, kau pasti Jimin ku, kan. Aku tahu ini pasti kau." Jimin menggelengkan kepalanya. Kebingungan karena tidak mengenal siapa pria yang kini ada di hadapannya pun dengan apa yang orang itu katakan padanya barusan. Harus berapa kali lagi ia katakan jika ia bukan orang yang pria maksud. Mungkin benar nama mereka berdua sama, begitupun dengan wajah tapi tidak mungkin cara mereka bersikap pun juga akan sama.

Mereka berdua adalah orang yang berbeda. Dengan kepribadian yang tentu saja bertolak belakang. "T-tidak, tolong lepaskan aku. Aku harus mengganti makanan anda dengan yang baru. Jadi tolong biarkan aku pergi sekarang."

Pelukan Jungkook semakin erat dan itu membuat Jimin jadi merasa risih. "Tidak, siapa bilang kau boleh pergi dariku. Kau harus tetap disini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, sayang." Jimin merasa sesak, berusaha sekuat tenaga untuk bebas dari cengkeraman pria di depannya. Karena sudah jelas semua ini tidak benar. Ia datang kemari untuk bekerja bukan untuk mengasuh bayi besar seperti pria di hadapannya ini.

"Lepaskan aku sekarang juga atau aku akan berteriak agar petugas yang lain datang kemari dan melihat apa yang kau lakukan padaku." ucap Jimin dengan penuh penekanan namun sayang semua usahanya itu berakhir sia-sia karena pria itu enggan untuk melepaskannya.

"Lakukan apapun yang kau inginkan, karena aku tidak takut. Lagipula apa yang bisa mereka lakukan jika aku mengatakan kau adalah istriku." Jimin mendadak jengkel. Padahal awalnya ia merasa kasihan pada pria itu. Jimin tidak bisa membiarkan kejadian ini terus berlangsung. Oleh karena itu ia pun segera merogoh sakunya dan mengambil ponsel dari dalam kantong celananya. Namun belum sempat ia menelfon, Jungkook langsung merebut ponsel itu dari tangannya dan membantingnya ke bawah lantai.

Jimin membelalakkan matanya, shock dengan apa yang baru saja ia alami. "K-kenapa kau malah membanting ponselku? Padahal itu satu-satunya ponsel yang aku miliki. "

Jungkook berusaha menulikan telinganya.
"Sudah berapa kali aku katakan padamu kalau aku tidak akan membiarkan siapapun datang dan merebutmu dariku. Apakah sebegitu beratnya bagimu untuk tetap tinggal disisiku. Hiks...hiks...kenapa kau bersikeras ingin pergi, Jimin. Kenapa?"


Jimin mematung di tempatnya, tidak tahu harus melakukan apa lagi. Berharap semoga bantuan segera datang agar ia bisa segera lepas dari cengkraman pria yang bahkan tidak ia kenali itu.



Tbc.



A/N: hmm.... 🤔







Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang