39. I Feel Happy When I'm With You

1K 93 2
                                    





"Apakah anda yakin ingin pulang hari ini? "

yang di beri pertanyaan pun hanya bisa memberi respon dengan menganggukkan kepalanya. Hari ini ia sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Sebenarnya tidak sepenuhnya keputusan ini atas izin dari Namjoon tapi apa mau di kata jika pasien yang ia tangani saat ini tidak jauh berbeda keras kepalanya dengan pria cantik yang kini berdiri bersebelahan dengan Jungkook.

Selama Jimin berada di rumah sakit ia bahkan tidak pernah sekalipun mengizinkan dokter muda itu untuk mengecek kondisi kesehatannya. Bukannya Jimin takut dengan penyakit yang ia derita namun ia justru tidak ingin membuat Jungkook khawatir akan dirinya.


Kondisi pria itu baru saja membaik, jadi tidak mungkin kan Jimin harus kembali menambahkan beban pikiran pada Jungkook. Bisa-bisa pria itu akan drop untuk yang kedua kalinya dan tentu saja Jimin tidak mau hal itu terjadi Jungkook.

Setelah mendapatkan respon atas pertanyaan yang ia ajukan, Namjoon pun segera menuliskan resep obat untuk Jungkook. Namjoon tahu sejak awal pembicaraan mereka ia tidak seharusnya mengalihkan pandangannya ke arah Jimin tapi entah mengapa begitu melihat pria itu menatapnya lekat membuatnya terpaksa harus kehilangan fokus akan pembicaraannya bersama Jungkook.

Namjoon benar-benar merasa khawatir namun lewat ekor matanya pria mungil itu seolah mengatakan padanya jika dirinya dalam keadaan baik-baik saja. Jadilah Namjoon hanya bisa pasrah sambil sesekali menghela nafas panjang. Sikap keras kepala pria itu sejak dulu sama sekali belum pernah berubah. Diam-diam Namjoon berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada Jimin setelah ini.


"baiklah jika itu yang menjadi keputusan anda. Sebagai dokter saya hanya bisa memberikan dukungan. Tapi ingat, anda harus tetap rutin melakukan check up ke rumah sakit untuk mencegah segala kemungkinan buruk. Saya mengatakan hal ini sekedar untuk mengantisipasi saja, karena tidak ada yang tahu kapan penyakit anda akan kambuh kembali."

Bisa Jimin rasakan bagaimana takutnya pria itu saat ini. Semua itu terbukti dari kedua tangannya yang bergetar di bawah meja. Jadi Jimin mengambil inisiatif untuk mengenggam tangan Jungkook. Memberikan elusan juga tatapan lembut khas miliknya, berharap semua usahanya itu akan membuahkan hasil yang nyata. Dan ternyata memang berhasil, kini pria itu mulai berangsur-angsur tenang. Jungkook bahkan mengecup punggung tangan Jimin, merasa dirinya benar-benar beruntung karena di saat seperti ini ia punya Jimin sebagai penyemangat dan juga motivasi dirinya untuk tetap hidup.

"Iya saya berjanji akan menuruti semua perkataan dokter. Sebelumnya saya sangat berterima kasih karena dokter mau memenuhi permintaan saya.
Dan sekali lagi saya minta maaf karena selama ini saya sudah begitu banyak membuat anda repot. "

Permintaan maaf Jungkook tidak hanya melalui ucapan saja melainkan juga turut ia realisasikan lewat tindakan nyata. Jungkook bahkan sampai membungkukkan badannya hingga 90°, membuat Namjoon yang berada di depannya merasa tidak enak. Ia pikir Jungkook tidak perlu melakukan hal seperti itu padanya karena memang sudah sepantasnya ia melakukan semuanya terlebih disini ia adalah dokter yang di pilih khusus untuk menangani Jungkook. Mengingat posisi Jungkook yang bukanlah
Sembarangan orang sudah menjadi kehormatan tersendiri bagi dirinya.


Selama ini keluarga Jeon memang terkenal tidak pernah sembarangan memberikan kepercayaan kepada dokter untuk menangani masalah kesehatan keluarga mereka, apalagi jika masa kerja dokter itu tergolong masih baru dan juga tidak cukup berkompeten di bidangnya. Semua itu dilakukan karena mereka tidak ingin
Mengambil resiko atas kemungkinan malpraktik atau bahkan kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi di kemudian hari.


"Saya merasa tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti ini dari anda, Tuan. Semua tindakan yang saya lakukan selama ini semata-mata karena profesi saya sebagai dokter. Jadi anda tidak perlu merasa tidak enak seperti itu."

Jimin ikut di buat terkejut melihat hal yang baru saja dilakukan oleh Jungkook, alasannya bukan karena posisi Jungkook saat ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Namjoon tapi lebih kepada gerakan spontan yang dilakukan oleh pria itu. Padahal Jungkook tidak seharusnya melakukannya mengingat kondisinya yang masih jauh dari kata sehat. Semalam saja ia baru mimisan dan jujur melihat kondisi Jungkook yang seperti itu membuat Jimin jadi bertambah khawatir. Jimin hanya takut terjadi apa-apa pada Jungkook. Rasa-rasanya ia tak akan sanggup jika harus kembali melihat pria itu menderita.



"Apa yang dikatakan oleh dokter benar. Kau tidak perlu sampai harus melakukan hal seperti itu, bukannya membuat terkesan tindakanmu justru membuat kami jadi khawatir, Jungkook." Senyum lebar terpancar dari wajah tampannya, Jungkook kepalang senang mengetahui Jimin untuk pertama kalinya membuat pengakuan pada dirinya jika pria itu begitu mengkhawatirkannya.


Usapan lembut di pipi Jimin dapatkan dari pria yang sejak tadi memusatkan perhatian pada dirinya. Bahkan karena saking tidak sanggupnya di tatap intens oleh Jungkook, membuat Jimin terpaksa harus memalingkan wajahnya ke samping. Merasa malu jika pria itu sampai menyadari adanya rona merah yang kini menjalar di kedua pipinya. Namun sepertinya memang benar jika Jungkook sudah hafal betul bagaimana
Kelakuan Jimin saat pria itu sedang salah tingkah, jadi ia dengan jahilnya malah berpindah tempat ke posisi dimana wajah Jimin berada saat ini. Coba bayangkan bagaimana merahnya wajah Jimin saat mendapati pria yang mati-matian ia hindari justru kini sudah berada tepat di depan matanya.

"Oh, astaga. K-kau membuatku kaget." Ucapnya dengan terbata-bata sambil menutup kedua matanya. Sementara sang pelaku yang berdiri di sampingnya hanya bisa tertawa, menggoda Jimin memang tidak pernah gagal membuatnya moodnya membaik.

"Apa kau tahu Wajahmu jadi cantik sekali saat kau malu-malu begitu." Bukannya berhenti, Jungkook malah semakin membuat dirinya malu. Jangan lupakan jika ada orang lain yang bersama mereka di dalam ruangan. Namjoon, pria itu hanya bisa berdiri kaku sambil memasang senyum termanis yang ia punya. Setidaknya sekarang ia bisa melihat Jimin tertawa meskipun alasannya bukan karena dirinya melainkan karena Jungkook.


"Terima kasih, dok. Kalau begitu kami berdua pulang dulu." Namjoon merespon dengan anggukkan kepala. Melihat Jungkook yang mengenggam tangan Jimin begitu erat dan bahkan sesekali memberi kecupan di pipi Jimin sedikit banyaknya menimbulkan setitik perasaan cemburu di hati Namjoon. Namun jika dengan hidup bersama pria itu maka akan membuat Jimin bahagia, maka Namjoon sama sekali tidak merasa keberatan jika ia harus menghapus perasaan cintanya pada pria mungil itu detik ini juga.

"Jungkook, aku bilang berhenti. Kalau kau tidak mau mendengarkanku juga, jangan salahkan aku jika aku meninggalkanmu."
Jimin yang masih cemberut memutuskan untuk mengambil posisi di depan, tentunya dengan Jungkook yang mengekori dirinya dari arah belakang. Sepanjang perjalanan mereka berdua terus berdebat karena Jungkook tiada ada habisnya memberikan pujian pada istri cantiknya itu.

Biarkan saja, toh tidak ada orang yang akan merasa cemburu melihat kemesraan mereka. Karena Jungkook dan Jimin, mereka berdua adalah pasangan suami istri.




Tbc.





Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang